Jumat, 19 Agustus 2011

RONA

Wirausaha,  Alirkan Perubahan Ekonomi


Kewirausahaan, memperoleh  perhatian publik sebagai salah satu cara untuk mengatasi permasalahan nasional, terutama pengangguran dan kemiskinan. Pengembangan kewirausahaan harus diposisikan sebagai satu elemen untuk menciptakan pendapatan, memperluas kesempatan kerja dan pencapaian kesejahteraan.

Tjok Istri Agung Widyawati, SE
Untuk mengatasi masalah ketenagakerjaan di Indonesia, tak ada cara lain kecuali melahirkan wiarausaha-wirausaha muda. Menjadi wirausaha, dewasa ini belum menjadi pilihan utama masyarakat Indonesia, terutama di kalangan muda. Pekerjaan formal masih menjadi pilihan utama. Di sisi lain, pekerjaan formal memiliki kapasitas yang sangat terbatas, sehingga tidak mampu menampung seluruh angkatan kerja yang setiap tahun semakin bertambah.

Sejatinya, kewirausahaan dapat tumbuh pada siapa saja, orang yang belum pernah bekerja seperti mahasiswa, sarjana atau siswa yang baru lulus dari sekolah. Pun dapat tumbuh pada orang yang pernah bekerja atau berusaha seperti pegawai perusahaan yang memilih berhenti bekerja, orang yang pernah PHK atau pensiunan.

Kewirausahaan adalah proses. Wirausaha adalah orangnya dan usaha atau perusahaan (enterprise) adalah output-nya. Ukuran kesuksesan seorang wirausaha bukan hanya dilihat dari individu bersangkutan sudah memiliki (memperlihatkan) ciri sebagai wirausaha, melainkan pada hasil konkret (output). Kewirausahaan itu sendiri berasal dari bahasa Prancis “entrepreneuriat” atau dalam bahasa Inggris “oundertake”, dimana dalam SK Menteri Koperasi dan PPK No.961/Kep/M/XI/1995 artinya :    “semangat, sikap dan perilaku seseorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, mengharapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang besar.”

Wirausaha adalah orang yang menyukai perubahan, melakukan berbagai temuan yang membedakan diri dengan orang lain, menciptakan nilai tambah, memberikan manfaat bagi dirinya dan orang lain, karyawannya dibangun berkelanjutan dan dilembagakan agar kelak dapat bekerja dengan efektif di tangan orang lain.

Untuk memasyarakatkan dan membudayakan jiwa kewirausahaan tersebut, kita perlu memahami yang menjadi azas-azas pokok kewirausahaan di antaranya :
  1. Kemampuan yang kuat untuk berkarya dengan semangat kemandirian
  2. Kemauan dan kemampuan memecahkan masalah dan mengambil keputusan secara sistematis termasuk keberanian mengambil risiko usaha
  3. Kemampuan berpikir dan bertindak secara kreatif dan inovatif
  4. Kemampuan bekerja secara teliti, tekun dan produktif
  5. Kemauan dan kemampuan untuk berkarya dalam kebersamaan berlandaskan etika bisnis yang sehat.

Beberapa Pengertian
Richard Cantilon menyebut wirausaha memiliki fungsi unik sebagai “penanggung risiko”. Di Indonesia,  wirausaha (entrepreneur), dalam bahasa Sanskertanya berarti wiraswasta -- “wira” berarti manusia tunggal, pahlawan, pendekar, teladan, berbudi luhur, berjiwa besar, gagah berani serta memiliki keagungan watak,  “swa” berarti mandiri dan “sta” berarti tegak berdiri.

Dalam pandangan Joseph Schumpeter, wirausaha adalah orang yang memutuskan mengambilalih risiko dalam memperkenalkan produk atau jasa baru serta menciptakan teknologi baru yang memajukan perekonomian.  Raymond Kao menyatakan bahwa wirausaha adalah orang yang menciptakan kemakmuran dan proses peningkatan nilai tambah melalui inkubasi gagasan, memadukan sumber daya dan membuat gagasan menjadi kenyataan. Sementara Rhenald Kasali menyebut wirausaha sebagai orang yang menyukai perubahan, melakukan berbagai temuan yang membedakan diri dengan orang lain, menciptakan nilai tambah, memberikan manfaat bagi dirinya dan orang lain, karyawannya dibangun berkelanjutan dan dilembagakan agar kelak dapat bekerja dengan efektif di tangan orang lain.

SK Menteri Koperasi dan PPK No. 961/Kep/M/XI/1995 pun membeber pengertian wirausaha sebagai orang yang mempunyai semangat, sikap, perilaku dan kemampuan kewirausahaan yang meliputi :
  1. Pribadi yang hebat; produktif, kreatif dan inovatif.
  2. Pribadi yang mengutamakan kepuasan pelanggan, dan pertumbuhan perusahaan.
  3. Pribadi yang dinamis, mengenali peluang dan berani menghadapi risiko.

    Ada beberapa alasan kenapa orang berwirausaha (Yuyun Wirasasmita, Entrepreneur’s Book, 1981) :
  • Alasan keuangan : mencari nafkah, menjadi kaya, pendapatan tambahan, dan jaminan/stabilitas keuangan. Alasan sosial : memperoleh gengsi/status, dapat dikenal/dihormati, menjadi contoh bagi orangtua di desa, dapat bertemu dengan banyak orang.
  • Alasan Pelayanan: memberi pekerjaan pada masyarakat, menatar masyarakat, membantu ekonomi masyarakat.
  • Alasan keluarga: demi masa depan anak atau keluarga, mendapatkan kesetiaan suami/isteri, membahagiakan ayah/ibu. Alasan Pemenuhan Diri : menjadi atasan/mandiri, mencapai sesuatu melalui bisnis, menghindari bekerja pada orang lain, menjadi produktif, menggunakan kemampuan pribadi dan sebagai tantangan terhadap kecakapan diri.

Jadi Subjek di Negeri Sendiri 
PENTINGNYA wirausaha bagi negara kita yang penduduknya  lebih kurang 238 juta jiwa. Seandainya  saja 2% di antaranya wirausaha, menjadi sebanyak 4,7 juta jiwa akan berdampak bahwa jika setiap wirausaha dapat membuka lapangan kerja 10 orang, makan tercipta lapangan pekerjaan bagi 47 juta jiwa. Jika 47 juta jiwa mendapat gaji dan tunjangan lain rata-rata 1 juta rupiah per bulan, maka akan dibayarkan gaji Rp 47 trilyun yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan produk konsumtif dan lainnya untuk memutar ekonomi, bagaimana jika menjadi Rp 1,2 juta? Apabila yang bersangkutan masing-masing  menghidupi 4 orang (istri dan 2 orang anak) maka akan mensejahterakan 188 juta jiwa rakyat Indonesia. Di samping itu pendapatan negara akan bertambah karena para pengusaha tersebut akan membayar pajak dan menyumbang devisa negara.  Seiring dengan  berkembangnya para pengusaha tersebut, maka akan banyak pula diantara mereka yang mendirikan yayasan dan menyumbang kegiatan-kegiatan sosial.
Jumlah penduduk yang besar menjadikan bangsa kita ajang pasar atau objek pasar bagi pelaku-pelaku wirausaha dunia.  Lihat saja misalnya pasar hanphone atau telephone cellular, provider, perbankan, garmen dan sebagainya.  Posisi negara kita bukan lagi sebagai pencipta/subjek yang menghasilkan barang/jasa tersebut tetapi sebaliknya. Uang dan sumber daya kita lama-lama akan habis berpindah ke negara lain dan kemiskinan serta pengangguran akan semakin sulit teratasi jika kita masih membudayakan budaya “konsumtif” daripada budaya ”berwirausaha”.
Pengentasan kemiskinan dan pengangguran bukan hanya diperankan oleh pemerintah saja.  Kalau bukan kita siapa lagi?  Kita tentu tidak mau, maju tidaknya negeri ini tergantung dari orang lain bukan? Setiap orang, setiap warga negara dapat turut berpartisipasi di dalamnya.   Bagi mereka yang telah mengambil keputusan untuk berwirausaha, itulah cara dan saat yang tepat di dalam berpartisipasi aktif membangun negeri ini.  
Jangan ragu lagi untuk berwirausaha. Tinggalkan keraguan itu agar kita dapat turut menjadi pelaku/subjek di dalam kegiatan ekonomi di negeri sendiri dan juga dapat membantu saudara-saudara kita untuk meningkatkan kesejahteraannya.
Bagikan

SAJIAN TERBARU LAINNYA