Sabtu, 22 Oktober 2011

SENI BUDAYA

MEPANDES,

MENUJU MANUSIA SEJATI



Manusia selalu menginginkan agar mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Berbagai cara dilakukan, mulai dari pendidikan hingga seperti yang dilakukan masyarakat Hindu melalui berbagai upacara terutama manusa yadnya. Salah satu upacara manusa yadnya yang dilakukan yakni mepandes atau yang dikenal juga dengan istilah metatah (potong gigi).

Dalam tahap kehidupan manusia, upacara mepandes memiliki makna yang sangat dalam.  Pada upacara mepandes ini, gigi dikikir dan diratakan. Gigi yang dikikir yakni empat gigi seri dan dua gigi taring atas. Idealnya upacara potong gigi ini dilaksanakan sebelum seorang anak menikah, karena itu upacara ini juga sering disamakan sebagai proses memasuki usia dewasa.

Pemotongan enam gigi ini melambangkan simbol pengendalian terhadap Sad Ripu (enam musuh dalam diri manusia), meliputi kama (hawa nafsu), loba (rakus), krodha (marah), mada (mabuk), moha (bingung), dan matsarya (iri hati). Sad Ripu yang tidak terkendali akan membahayakan kehidupan manusia. Karenanya kewajiban setiap orangtua untuk menasehati anak-anaknya serta memohon kepada Hyang Widhi Wasa agar terhindar dari pengaruh Sad Ripu.

Sumber sastra mengenai upacara potong gigi adalah lontar Kala Pati, Kala Tattwa, Semaradhana, dan sang Hyang Yama. Dalam lontar Kala Pati disebutkan bahwa potong gigi sebagai tanda perubahan status seseorang menjadi manusia sejati, yakni manusia yang berbudi dan suci sehingga kelak di kemudian hari bila meniggal dunia sang roh dapat bertemu dengan para leluhur di sorga Loka.

Lontar Kala Tattwa menyebutkan bahwa Bathara Kala sebagai putra Dewa Siwa dengan Dewi Uma tidak bisa bertemu dengan ayahnya di sorga sebelum taringnya dipotong. Oleh karena itu, manusia hendaknya menuruti jejak Bathara Kala agar rohnya dapat bertemu dengan roh leluhur di sorga.

Sementara dalam lontar Semaradhana disebutkan bahwa Bethara Gana sebagai putra Dewa Siwa yang lain dapat mengalahkan raksasa Nilarudraka yang menyerang sorgaloka dengan menggunakan potongan taringnya. Selain itu disebutkan bahwa Bethara Gana lahir dari Dewi Uma setelah Dewa Siwa dibangunkan dari tapa semadhinya oleh Dewa Semara (Asmara) namun kemudian Dewa Siwa menghukum Dewa Semara dengan membakarnya  hingga menjadi abu.

Istri Dewa Semara yakni Dewi Ratih kemudian memohon agar dirinya turut dibakar. Abu dari Dewa Semara dan Dewi Ratih kemudian menyebar dan masuk ke dalam tubuh tiap manusia. Abu Dewa Semara pada laki-laki, dan Abu Dewi Ratih pada perempuan.

Dalam lontar Sang Hyang Yama disebutkan bahwa upacara potong gigi boleh dilaksanakan bila anak sudah menginjak dewasa, ditandai dengan menstruasi untuk wanita dan suara yang membesar untuk pria. Biasanya hal ini muncul di usia 14 tahun. Pada usia inilah anak biasanya mulai memiliki ketertarikan dengan lawan jenis.



“MEGETEP BOK” HINGGA “METAPAK”

MEREKA yang akan mepandes haruslah dilukat dengan padudusan madya, setelah itu mereka memuja Hyang Raditya untuk memohon keselamatan dalam melaksanakan upacara.
Upacara dilanjutkan dengan megetep bok (potong rambut) dan merajah yang bertujuan menyucikan diri serta menandai adanya peningkatan status sebagai manusia yaitu meninggalkan masa anak-anak ke masa remaja.

Upacara kemudian dilanjutkan dengan naik ke bale tempat mepandes dengan terlebih dahulu menginjak caru sebagai lambang keharmonisan, mengetukkan linggis tiga kali (Ang, Ung, Mang) sebagai simbol mohon kekuatan kepada Hyang Widhi dan ketiak kiri menjepit caket sebagai simbol kebulatan tekad untuk mewaspadai Sad Ripu.
Berikutnya, merupakan yang paling pokok, yakni saat gigi yang bersangkutan dikikir oleh sangging. Selama mepandes, air kumur dibuang di sebuah nyuh gading (kelapa kunging) agar tidak menimbulkan keletehan. Dilanjutkan dengan mebiakala sebagai sarana penyucian serta menghilangkan mala untuk menyongsong kehidupan masa remaja.

Setelah itu mapedamel. Mapedamel berasal dari kata “dama” yang artinya bijaksana.Tujuan agar tercipta manusia yang bijaksana, mempunyai pandangan luas, dan dapat menentukan sikap yang baik, karena dapat memahami apa yang disebut dharma dan apa yang disebut adharma.

Saat mapedamel orang yang mesangih mengenakan kain putih, kampuh kuning, dan selempang samara ratih sebagai simbol restu dari Dewa Semara dan Dewi Ratih (berdasarkan lontar Semaradhana tersebut). Tak lupa dipakai benang pawitra berwarna tridatu (merah, putih, hitam) sebagai simbol pengikatan diri terhadap norma-norma agama.

Mereka yang metatah kemudian diberikan kesempatan mencicipi sad rasa yaitu enam rasa berupa rasa pahit hingga asam sebagai simbol agar tabah menghadapi peristiwa kehidupan yang terkadang tidak menyenangkan.
Tiap rasa memiliki maknanya sendiri. Rasa pedas sebagai simbol agar tidak menjadi marah bila mengalamai atau mendengar hal yang menjengkelkan, rasa sepat sebagai simbol agar taat ada peraturan atau norma-norma yang berlaku, rasa asin sebagai simbol kebijaksanaan, selalu meningkatkan kualitas pengetahuan karena pembelajaran diri, dan rasa manis sebagai simbol kehidupan yang bahagia lahir bathin sesuai cita-cita akan diperoleh bilamana mampu menhadapi pahit getirnya kehidupan, berpandangan luas, disiplin, serta senantiasa waspada dengan adanya Sad Ripu dalam diri manusia.

Upacara dilanjutkan dengan natab banten. Tujuannya memohon anugerah Sang Hyang Widhi agar apa yang menjadi tujuan melaksanakan upacara dapat tercapai. Rangkaian metatah ditutup dengan upacara metapak yang menandakan kewajiban orangtua terhadap anaknya dimulai sejak berada dalam kandungan ibu sampai menjadi dewasa secara spiritual sudah selesai.

Makna lainnya, sebagai ucapan terima kasih si anak kepada orangtuanya karena telah memelihara dengan baik serta memohon maaf atas kesalahan-kesalahan anak terhadap orang tua juga mohon doa restu agar selamat dalam menempuh kehidupan di masa datang.
Bagikan

SAJIAN TERBARU LAINNYA

  • SEBUAH PERAYAAN SEKADAR “ NGE-POP” (Edisi II/2013)Valentine Day menyimpan banyak pertanyaan  tentang nilai. Kali ini seorang budayawan  membedah arti perayaan Valentine Day, untuk menjadi renungan banyak orang. Tentu segalanya agar tak terkesan latah dalam berbudaya. Redaksi memilih seorang budayawan yang cukup tajam dalam pengamatan dan...(more)
  • MENEMUKAN VALENTINE YANG LEBIH UNIVERSAL (Edisi II/2013) Martir itu bernama Santo Valentinus. Ia menggoreskan pesan tentang keyakinannya pada kasih sayang, saat detik-detik sebelum hukuman mati dilaksanakan. "Dari Valentinusmu," tulisnya. Valentinus secara sadar melanggar larangan menikah yang digariskan oleh Raja Roma Claudius II (zaman itu raja...(more)
  • KASIH SAYANG SEPANJANG ZAMAN (Edisi II/2012) Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE ...(more)
  • BISNIS KASIH SAYANG ALA PANTAI KUTA (Edisi II/2013)Valentine Day yang menembus hampir semua usia, semua lapisan dan pelosok sebagai Hari Kasih Sayang, juga dirasakan merambah dunia pariwisata. Dunia pelancongan ini memang dikenal toleran terhadap sesuatu yang  baru termasuk budaya popular. Begitu juga bisnis akomodasi wisata di Bali. Bali,...(more)
  • DESA ADAT SEBAIKNYA PASIF (Edisi I/2013)Semarak Tahun Baru 2013 di Bali, tentu tak bisa dihindari. Berbagai niat dan ekspresi kegembiraan selalu mewarnai. Ada perbedaan tentunya dengan Tahun Baru Caka yang menjadi tradisi masyarakat Hindu Bali pada momen ini. Hampir seluruh kegembiraan yang rutin dalam pergantian tahun selalu ditandai...(more)
  • PERGANTIAN TAHUN MENJELANG, UANG BERPUTAR KENCANG (Edisi I/2013)Bali masih menjadi destinasi yang menarik bagi wisatawan. Apalagi di momen menjelang pergantian tahun, selalu menjadi wisata menarik dengan berbagai suguhannya. Terbukti dari tahun ke tahun, selalu saja wisatawan nusantara maupun dunia mendambakan pemandangan tersendiri di Pulau Dewata ini. Tak...(more)
  • MEMBERI MAKNA PADA PERGANTIAN TAHUN (Edisi I/2013)Pergantian tahun atau yang lazim disebut tahun baru, bagi tiap daerah dirayakan dan dimaknai dengan tradisi sendiri. Pun masyarakat Bali demikian adanya, ketika Tahun Baru Caka, datang. Tiap daerah memiliki tradisi berbeda secara ritual maupun spiritualnya. Ida Pedanda Gede Telaga, salah seorang...(more)
  • POSKO TAHUN BARU MARAK Bermanfaat atau Berlebih? (Edisi I/2013)Perayaan penghujung tahun tentu sah-sah saja. Pesta dan perayaan kecil memang selalu terlihat berulang mewarnai tutup tahun dan menyambut datangnya tahun baru. Ada rona kemeriahan dan kegembiraan di setiap sudut kota dan di banjar-banjar.  Kewajaran berpesta diamini oleh seorang aktivis muda...(more)
  • URUSAN PEREMPUAN, URUSAN SEMUA LINI (Edisi XII/2012)Hari AIDS Sedunia (HAS 2012) tengah melansir isu besar yang menjadi fokus utama dewasa ini -- perempuan dan anak. Menurut Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Denpasar, Tri Indarti, tema HAS tersebut sangat beralasan. “Data dari nasional hingga daerah, semua mendapati  bahwa kasus...(more)
  • UJICOBA TERAPI AIDS DENGAN REKAYASA GENETIKA (Edisi XII/2012)Penyakit HIV-AIDS hingga kini tetap belum dapat disembuhkan. Terapi kombinasi obat-obatan memang secara medis dapat mengendalikan serangan penyakit AIDS, namun efeknya hanya untuk memperpanjang umur penderita. Kini sejumlah ilmuwan dari Amerika Serikat melakukan uji coba pengobatan HIV-AIDS...(more)
  • PERAN KAUM MUDA CUKUP SIGNIFIKAN (Edisi XII/2012) Persoalan perempuan dan anak tak bisa dipecahkan sendiri. Semua pihak berkepentingan untuk menyelamatkan generasi. Dan isu HIV/AIDS adalah bagian penting yang terintegrasi dari kehidupan sosial perempuan dan anak. Begitu juga yang didengungkan dalam tema Hari AIDS Sedunia (HAS 2012). Persoalan...(more)
  • SINERGI BERBAGI PERAN ADALAH KUNCI (Edisi XII/2012)Hari AIDS Sedunia (HAS), diperingati setiap tahun oleh seluruh negara. Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat tengah menyiapkan rangkaian HAS dengan berbagai hal. Buku pedoman pun tengah dilansir melalui Kementerian Perlindungan Perempuan dan Anak Republik...(more)
  • MENCEGAH DAN MENGENDALIKAN BERSAMA (Edisi XI/2012)Data statistik Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) tentang kasus HIV/AIDS di Indonesia  menunjukkan secara komulatif kasus ini per 1 April 1987 hingga 30 Juni 2012 memiliki total jumlah yang terinfeksi di Indonesia sebanyak 86.762 orang. Sedangkan yang sudah dalam tahapan AIDS di Indonesia,...(more)
  • MENGELOLA RISIKO DENGAN POSITIF DAN KONSTRUKTIF (Edisi XI/2012)Awal Oktober lalu, RSUD Badung menolong persalinan ibu yang teridentifikasi ODHA. Ibu rumah tangga berusia 30-an tahun itu, melahirkan bayinya dengan operasi caesar yang disarankan oleh dokter. Tak ada kelainan fisik apapun pada bayi. Hanya saja menunggu 18 bulan lagi untuk mengetahui sang bayi...(more)
  • SUARA ODHA MENOLAK DISKRIMINASI (Edisi XI/2012)Lika-liku, penuh kenangan. Kesedihan berubah menjadi kebanggaan adalah kemungkinan yang ditasbihkan bagi Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). Itulah perjuangan yang sedang diyakini oleh kelompok ODHA saat ini. Penuh harapan dan selalu ingin mengubah keadaan yang membanggakan. Seperti yang dialami AR...(more)
  • Mengenang Komitmen Sanur MENITI HIDUP LEBIH BAIK (Edisi XI/2012)Perhelatan besar di dunia internasional setiap tanggal 1 Desember adalah Hari AIDS sedunia. Hari itu mengajak warga dunia untuk menorehkan kembali tentang kumpulan dari segala penyakit yang mempengaruhi tubuh manusia, dimana sistem kekebalan tubuh melemah dan tidak dapat merespon sesuai...(more)
  • “TIDAK PAS UNTUK BALI” (Edisi X/2012)Semakin menjamurnya tempat hiburan malam di wilayah Bali, di satu sisi memang memberikan dampak ekonomi yang cukup besar bagi masyarakat. Perputaran uang dari bisnis ini lumayan tinggi. Namun bagi pengamat ekonomi Gede Made Sadguna, keberadaan tempat-tempat hiburan tersebut tidak seharusnya...(more)
  • SEDAPNYA ATMOSFER DUNIA MALAM (Edisi X/2012) Sinar laser beragam warna beradu, menusuk setiap sudut ruang. Tubuh-tubuh yang bergerak ritmis, seolah berbalut busana warna-warni. Musik berdentum kuat hingga menggetarkan dada. Atmosfer ruangan menebar aroma alkohol . Perempuan bertubuh seksi sensual bergerak ritmis menggoyang badan. Wow...(more)
  • “DI BALIK PIRINGAN HITAM” (Edisi X/2012)Diskotek dan tempat clubbing, tidak lepas dari “pawang” piringan hitam yang dikenal  disc jockey (DJ). Disc jockey atau joki cakram yang kerap juga disebut hanya deejay adalah seseorang yang terampil memilih dan memainkan rekaman suara atau musik yang telah direkam sebelumnya. Media hasil...(more)
  • KETIKA HARGA SEMBAKO MELANGIT (Edisi IX/2012)Ketika harga bahan-bahan kebutuhan pokok melangit jelang Hari Raya Idul Fitri dan Galungan, Agustus lalu, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) se-Bali tidak tinggal diam. Pasar murah digelar serentak di 35 desa di seluruh Bali.  Ni Made Wenten tampak agak kelelahan membawa satu karung kecil beras...(more)