
LK Budi Martini, SE.,MM.
Setiap wanita di dunia ingin tampil cantik dan menarik sepanjang hari. Umumnya, orang beranggapan cantik identik dengan kulit putih dan mulus, hidung mancung, kulit bebas kerutan, serta tubuh ramping, yang semua itu merupakan dimensi fisik seseorang. Padahal sebenarnya ada dimensi lain, yaitu dimensi psikis, sosial dan spiritual. Kalau hanya dari dimensi fisik, kecantikan seorang wanita bisa berubah seiring dengan bertambahnya usia. Untuk menyiasatinya, dengan mengembangkan empat dimensi yakni fisik, psikis, sosial dan spiritual. Kecantikan bisa terpancar dengan mengasah hal lain yang dimiliki seperti psikis (cara perpikir positif), sosial dan spiritual yang bagus.
Pengembangan dimensi fisik tanpa dibarengi dimensi lain juga menyebabkan tumbuh rasa takut, seperti takut tua, gemuk bahkan keriput. Padahal hal itu adalah kondisi alamiah yang pasti dialami tiap orang. Jika kondisi fisik sudah tidak mampu memberikan keindahan karena pengaruh usia, dimensi lain yakni psikis, sosial, dan spiritual harus menjadi dasar utama wanita tampil menarik.
Wanita yang hanya mengasah penampilan luar seperti fisik, membuat hidup menjadi tidak nyaman. Timbul pemikiran negatif tentang pribadi orang lain saat berada di lingkungan pergaulan. Wanita yang hanya mengandalkan satu dimensi yakni fisik dalam kehidupannya, cenderung menimbulkan pemikiran negatif tentang penampilan lawan mainnya. Sebagai contoh saat berkenalan dengan seseorang, biasanya wanita tipe ini selalu melihat penampilan lawannya, misalnya jam tangan dan busana yang digunakan merek apa? Mobil yang dipakai jenis apa? Hal tersebut membawa dampak dalam pergaulan, yaitu mengalami keterasingan dalam pergaulan.
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam berhubungan dengan orang lain adalah, dengan menganggap bahwa kita semua egois, lebih tertarik kepada kepentingan kita sendiri, setiap orang ingin merasa penting dan setiap manusia ingin mendapatkan persetujuan dari orang lain. Jika hal tersebut kita pahami, akan memudahkan kita bergaul dan mendapat respons positif dalam pergaulan.
Mengembangkan dimensi psikis, yakni menggunakan cara berpikir yang bijak, bisa membuat wanita tampil percaya diri. Jika kita berpifikir bahwa orang lain menilai diri kita menarik, akan menimbulkan rasa percaya diri. Oleh karena itu selalu berfikir bahwa kita menarik.
Untuk meningkatkan rasa percaya diri serta membuat hidup lebih efektif di tiap usia, ada tiga kebiasaan hidup yang perlu tertanam dalam diri wanita
1. Tujuan
Apapun yang dilakukan, harus memiliki tujuan seperti tujuan hidup kita yaitu berkembang dan berubah.
2. Proaktif
Membiasakan diri untuk hidup lebih proaktif tidak reaktif. Untuk menjadi pribadi yang sukses, perilaku kita tergantung pada tujuan kita, bukan di luar lingkungan kita.
3. Prioritas
Membiasakan mengutamakan prioritas, baik dalam hidup maupun dalam pekerjaan. Prioritaskan akal atau ego.
Banyak wanita menggunakan empat dalih, yang menyebabkan kegagalan. Empat dalih tersebut adalah :
1. kesehatan
2. otak cerdas/intelegensi
3. usia
4. nasib baik
Tujuh rahasia untuk menjadi percaya diri :
1. Mengetahui bahwa kita dicintai
2. Menolak untuk hidup dengan rasa takut
3. Positif
4. Segera pulih dari kegagalan/kemunduran
5. Menghindari membandingkan diri dengan orang lain
6. Bertindak
7. Tidak berpanjang angan-angan
ETIKA
Etiket berarti tata cara pergaulan yang baik antarsesama manusia. Berasal dari bahasa Perancis “Etiquette”. Etika berarti falsafah moral dan merupakan pedoman cara hidup yang benar dilihat dari sudut budaya, susila dan agama. Berasal dari bahasa latin “Ectica”.
Etika merupakan falsafah moral dan pedoman cara hidup yang benar dipandang dari sudut budaya, susila dan agama (Uno, dalam Wulandari, 2007)
PERBEDAAN ETIKA & ETIKET
Etika : niat, apakah perbuatan itu boleh dilakukan atau tidak, sesuai pertimbangan niat baik atau buruk sebagai akibatnya Etiket : menetapkan cara, untuk melakukan benar sesuai yang diharapkan
Etika : nurani (bathiniah) bagaimana bersikap etis dan baik yang sesungguhnya timbul dari kesadaran dirinya Etiket: formalitas (lahiriah), tampak dari luarnya penuh dengan sopan santun dan kebaikan
Etika : bersifat absolut, artinya tidak dapat ditawar-tawar lagi, kalau perbuatan baik mendapat pujian dan yang salah harus mendapat sanksi Etiket : bersifat relatif, yang dianggap tidak sopan dalam suatu kebudayaan daerah tertentu, belum tentu di tempat daerah lainnya
Etika : berlakunya, tidak tergantung pada ada atau tidaknya orang lain yang hadir Etiket: hanya berlaku, jika ada orang lain yang hadir, dan jika tidak ada orang lain, maka etiket itu tidak berlaku
Sumber : Wulandari, 2007