Senin, 28 November 2011

I Wayan Laksana MENGELOLA KOPERASI, MENJAGA WARISAN LELUHUR (Edisi 11)

Mengembangkan sebuah usaha yang didukung dengan keserbatersediaan fasilitas, mungkin bukan hal yang luar biasa. Tetapi untuk mampu bertahan di tengah berbagai keterbatasan, namun tumbuh menjadi sesuatu yang sangat luar biasa, layak menadi cermin bagi yang lain. Dalam kondisi seperti kasus yang kedua itu, diperlukan keteguhan dan semangat untuk mengabdi guna bertahan dan mengembangkan sebuah organisasi, seperti koperasi dengan segala keterbatasan yang dimilikinya.

Semangat mengabdi ini ditunjukkan I Wayan Laksana, S.Pd. Pria yang telah dua periode menjadi ketua Koperasi Seniman Wayang Kulit Sukawati ini, menunjukkan bahwa di tengah segala keterbatasan, koperasi ini mampu bertahan dan memberikan dampak yang positif bagi anggotanya.

Mencari Koperasi Seniman Wayang Kulit ini tak terlalu sulit. Hanya saja, jangan dibayangkan jika kita akan menemui sebuah kantor dengan berbagai fasilitasnya. Bahkan jika tak melihat dari papan nama yang terpasang di depannya, kita akan mengira bahwa tempat tersebut hanyalah art shop yang menjual kerajinan wayang kulit.

Laksana mengakui, mengembangkan koperasi seniman wayang kulit ini bukanlah perkara mudah. Di awal pendiriannya, pemerintah memang memberikan bantuan modal yang besarnya bahkan di atas 100 juta rupiah. Akan tetapi, bukan berarti koperasi ini dapat beroperasi dengan mulus dan tanpa hambatan.

“Meski diberikan modal, kami tak memiliki kemampuan untuk mengelola keuangan. Koperasi seniman ini hanya dibolehkan menerima anggota yang merupakan seniman wayang, sementara sebagaimana diketahui, para seniman tak memiliki kemampuan untuk mengelola keuangan. Mereka tak terlalu suka terikat dan sebisa mungkin memisahkan urusan berkesenian dengan hal-hal yang bersifat material,” ujarnya.

Benar saja. Setelah badan hukum didapat oleh koperasi ini, ternyata koperasi tak bisa langsung melaksanakan operasionalnya. Meski badan hukum telah terbit pada pertengahan 2005, baru tahun 2007 koperasi ini memulai operasionalnya.

Keterbatasan tempat operasional, serta sumber daya, membuat koperasi ini hanya melayani unit usaha pinjaman dana semata. Tak berkembangnya unit usaha lain bukan dikarenakan tak ada keinginan dari para pengurus maupun anggota untuk mengembangkan koperasi. Hal ini lebih disebabkan oleh keterbatasan, terutama sumber daya manusia untuk mengelola dan menjalankan unit-unit usaha lainnya.

“Sebenarnya kami ingin mengembangkan unit lain seperti simpanan. Hanya saja kami takut jika dipaksakan, hasilnya justru tak akan baik. Membentuk unit usaha baru tentu perlu tenaga tambahan. Tenaga inilah yang belum ada, sehingga kami tak bisa menjalankan unit usaha baru,” jelas ayah tiga anak ini.

Keterbatasan sumber daya manusia ini terlihat jelas dari operasional yang hanya dilaksanakan oleh dua orang, termasuk Wayan Laksana. “Sebenarnya saya dulu bukanlah anggota, tetapi saat koperasi ini dibentuk, saya diminta untuk membantu mengelola. Pun demikian dengan bagian yang membantu operasional di sini, semua kami lakukan dengan sukarela.”

Meski bukan sesuatu yang mudah, Laksana terus berusaha melakukan yang terbaik di tengah berbagai keterbatasan yang harus dihadapi koperasi ini. Apa yang dilakukannya saat ini sebagai wujud pengabdian dan kepedualiannya terhadap kesenian dan keberadaan seniman wayang kulit di Sukawati.

“Kami tetap berusaha melakukan segala sesuatunya dengan sebaik mungkin. Bukan demi sesuatu yang sifatnya materi semata. Ini kami lakukan sebagai wujud pengabdian kepada leluhur dan pasemetonan dalang dan seniman wayang kulit di Babakan,” ujar suami Ni Ketut Karmi ini. Semangat ngayah inilah yang tetap membuat Laksana tetap bertahan. Menurutnya, dengan tetap mengabdi di koperasi seniman ini, ia bisa membantu para seniman, sebagai wujud nyata baktinya pada leluhur.

Dalam mengelola koperasi, diakui kemajuan tak hanya ditentukan oleh pengurusnya saja. Laksana menilai sebuah organisasi terutama koperasi, baru bisa maju jika didukung oleh seluruh anggotanya dan juga masyarakat yang ada di sekitarnya. “Sepandai apapun pengurusnya, jika anggota dan masyarakatnya tak pernah peduli, tentu koperasi tak akan bisa maju. Karena koperasi ini milik bersama, maka baru bisa berjalan baik jika ada rasa saling memiliki, bukan hanya dari pengurus tapi juga anggota dan masyarakatnya,” jelasnya.

Tak Hanya Modal



Meski berjalan dalam berbagai keterbatasan, akan tetapi keberadaan koperasi ini diakui membawa yang berarti bagi para anggotanya. Wayan Kurdana, salah seorang anggota koperasi, menyatakan, modal memang menjadi salah satu kendala yang dihadapi oleh hampir seluruh seniman, termasuk seniman wayang.

Ada kalanya kami akan mendapatkan order, tetapi untuk membuat order ini, kami tentu memerlukan modal. Kami perlu membeli bahan baku, para pekerja juga harus dibayar, meski terkadang ada “DP”, tapi seringkali ini tak mencukupi, karena itu para seniman memang perlu mendapatkan bantuan modal agar bisa bertahan.

Laksana menuturkan, para seniman yang menjadi anggota dari koperasi ini, mendapatkan keringanan saat melakukan peminjaman. Untuk pinjaman di bawah Rp 1 juta, mereka tak perlu menggunakan agunan. Bahkan bunga pinjamannya pun relatif rendah hanya 1,5%. Sementara bagi non anggota, bunga pinjaman mencapai 2%
Hanya saja Laksana menilai bahwa para seniman ini tak cukup, jika hanya dibantu dari sisi permodalan. Jauh lebih penting dari itu para perajin wayang juga perlu dibantu pemasaran produknya. Karena meskipun mereka memiliki modal untuk berproduksi, jika tak didukung dengan akses pasar yang memadai, hasilnya jelas tak cukup maksimal.

Meski di satu sisi ia gembira, pemerintah memberikan perhatian akan ketersediaan modal bagi para seniman, namun di sisi lain ia menyayangkan pemerintah justru kurang memfasilitasi akses pasar pada para seniman ini. “Kami diminta membentuk organisasi, tetapi lucunya setiap ada pameran, justru orang lain yang ditunjuk. Ini kan aneh. Jika memang pemerintah akan membantu, sebaiknya bukan hanya modal, tetapi juga akses pasar, sehingga produk kami bisa dikenal secara luas dan dengan demikian kesenian wayang kulut juga akan lestari,” tutur pria yang juga menjadi ketua KSU Banjar Babakan ini.
Bagikan

SAJIAN TERBARU LAINNYA

  • SEBUAH PERAYAAN SEKADAR “ NGE-POP” (Edisi II/2013)Valentine Day menyimpan banyak pertanyaan  tentang nilai. Kali ini seorang budayawan  membedah arti perayaan Valentine Day, untuk menjadi renungan banyak orang. Tentu segalanya agar tak terkesan latah dalam berbudaya. Redaksi memilih seorang budayawan yang cukup tajam dalam pengamatan dan...(more)
  • MENEMUKAN VALENTINE YANG LEBIH UNIVERSAL (Edisi II/2013) Martir itu bernama Santo Valentinus. Ia menggoreskan pesan tentang keyakinannya pada kasih sayang, saat detik-detik sebelum hukuman mati dilaksanakan. "Dari Valentinusmu," tulisnya. Valentinus secara sadar melanggar larangan menikah yang digariskan oleh Raja Roma Claudius II (zaman itu raja...(more)
  • KASIH SAYANG SEPANJANG ZAMAN (Edisi II/2012) Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE ...(more)
  • BISNIS KASIH SAYANG ALA PANTAI KUTA (Edisi II/2013)Valentine Day yang menembus hampir semua usia, semua lapisan dan pelosok sebagai Hari Kasih Sayang, juga dirasakan merambah dunia pariwisata. Dunia pelancongan ini memang dikenal toleran terhadap sesuatu yang  baru termasuk budaya popular. Begitu juga bisnis akomodasi wisata di Bali. Bali,...(more)
  • DESA ADAT SEBAIKNYA PASIF (Edisi I/2013)Semarak Tahun Baru 2013 di Bali, tentu tak bisa dihindari. Berbagai niat dan ekspresi kegembiraan selalu mewarnai. Ada perbedaan tentunya dengan Tahun Baru Caka yang menjadi tradisi masyarakat Hindu Bali pada momen ini. Hampir seluruh kegembiraan yang rutin dalam pergantian tahun selalu ditandai...(more)
  • PERGANTIAN TAHUN MENJELANG, UANG BERPUTAR KENCANG (Edisi I/2013)Bali masih menjadi destinasi yang menarik bagi wisatawan. Apalagi di momen menjelang pergantian tahun, selalu menjadi wisata menarik dengan berbagai suguhannya. Terbukti dari tahun ke tahun, selalu saja wisatawan nusantara maupun dunia mendambakan pemandangan tersendiri di Pulau Dewata ini. Tak...(more)
  • MEMBERI MAKNA PADA PERGANTIAN TAHUN (Edisi I/2013)Pergantian tahun atau yang lazim disebut tahun baru, bagi tiap daerah dirayakan dan dimaknai dengan tradisi sendiri. Pun masyarakat Bali demikian adanya, ketika Tahun Baru Caka, datang. Tiap daerah memiliki tradisi berbeda secara ritual maupun spiritualnya. Ida Pedanda Gede Telaga, salah seorang...(more)
  • POSKO TAHUN BARU MARAK Bermanfaat atau Berlebih? (Edisi I/2013)Perayaan penghujung tahun tentu sah-sah saja. Pesta dan perayaan kecil memang selalu terlihat berulang mewarnai tutup tahun dan menyambut datangnya tahun baru. Ada rona kemeriahan dan kegembiraan di setiap sudut kota dan di banjar-banjar.  Kewajaran berpesta diamini oleh seorang aktivis muda...(more)
  • URUSAN PEREMPUAN, URUSAN SEMUA LINI (Edisi XII/2012)Hari AIDS Sedunia (HAS 2012) tengah melansir isu besar yang menjadi fokus utama dewasa ini -- perempuan dan anak. Menurut Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Denpasar, Tri Indarti, tema HAS tersebut sangat beralasan. “Data dari nasional hingga daerah, semua mendapati  bahwa kasus...(more)
  • UJICOBA TERAPI AIDS DENGAN REKAYASA GENETIKA (Edisi XII/2012)Penyakit HIV-AIDS hingga kini tetap belum dapat disembuhkan. Terapi kombinasi obat-obatan memang secara medis dapat mengendalikan serangan penyakit AIDS, namun efeknya hanya untuk memperpanjang umur penderita. Kini sejumlah ilmuwan dari Amerika Serikat melakukan uji coba pengobatan HIV-AIDS...(more)
  • PERAN KAUM MUDA CUKUP SIGNIFIKAN (Edisi XII/2012) Persoalan perempuan dan anak tak bisa dipecahkan sendiri. Semua pihak berkepentingan untuk menyelamatkan generasi. Dan isu HIV/AIDS adalah bagian penting yang terintegrasi dari kehidupan sosial perempuan dan anak. Begitu juga yang didengungkan dalam tema Hari AIDS Sedunia (HAS 2012). Persoalan...(more)
  • SINERGI BERBAGI PERAN ADALAH KUNCI (Edisi XII/2012)Hari AIDS Sedunia (HAS), diperingati setiap tahun oleh seluruh negara. Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat tengah menyiapkan rangkaian HAS dengan berbagai hal. Buku pedoman pun tengah dilansir melalui Kementerian Perlindungan Perempuan dan Anak Republik...(more)
  • MENCEGAH DAN MENGENDALIKAN BERSAMA (Edisi XI/2012)Data statistik Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) tentang kasus HIV/AIDS di Indonesia  menunjukkan secara komulatif kasus ini per 1 April 1987 hingga 30 Juni 2012 memiliki total jumlah yang terinfeksi di Indonesia sebanyak 86.762 orang. Sedangkan yang sudah dalam tahapan AIDS di Indonesia,...(more)
  • MENGELOLA RISIKO DENGAN POSITIF DAN KONSTRUKTIF (Edisi XI/2012)Awal Oktober lalu, RSUD Badung menolong persalinan ibu yang teridentifikasi ODHA. Ibu rumah tangga berusia 30-an tahun itu, melahirkan bayinya dengan operasi caesar yang disarankan oleh dokter. Tak ada kelainan fisik apapun pada bayi. Hanya saja menunggu 18 bulan lagi untuk mengetahui sang bayi...(more)
  • SUARA ODHA MENOLAK DISKRIMINASI (Edisi XI/2012)Lika-liku, penuh kenangan. Kesedihan berubah menjadi kebanggaan adalah kemungkinan yang ditasbihkan bagi Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). Itulah perjuangan yang sedang diyakini oleh kelompok ODHA saat ini. Penuh harapan dan selalu ingin mengubah keadaan yang membanggakan. Seperti yang dialami AR...(more)
  • Mengenang Komitmen Sanur MENITI HIDUP LEBIH BAIK (Edisi XI/2012)Perhelatan besar di dunia internasional setiap tanggal 1 Desember adalah Hari AIDS sedunia. Hari itu mengajak warga dunia untuk menorehkan kembali tentang kumpulan dari segala penyakit yang mempengaruhi tubuh manusia, dimana sistem kekebalan tubuh melemah dan tidak dapat merespon sesuai...(more)
  • “TIDAK PAS UNTUK BALI” (Edisi X/2012)Semakin menjamurnya tempat hiburan malam di wilayah Bali, di satu sisi memang memberikan dampak ekonomi yang cukup besar bagi masyarakat. Perputaran uang dari bisnis ini lumayan tinggi. Namun bagi pengamat ekonomi Gede Made Sadguna, keberadaan tempat-tempat hiburan tersebut tidak seharusnya...(more)
  • SEDAPNYA ATMOSFER DUNIA MALAM (Edisi X/2012) Sinar laser beragam warna beradu, menusuk setiap sudut ruang. Tubuh-tubuh yang bergerak ritmis, seolah berbalut busana warna-warni. Musik berdentum kuat hingga menggetarkan dada. Atmosfer ruangan menebar aroma alkohol . Perempuan bertubuh seksi sensual bergerak ritmis menggoyang badan. Wow...(more)
  • “DI BALIK PIRINGAN HITAM” (Edisi X/2012)Diskotek dan tempat clubbing, tidak lepas dari “pawang” piringan hitam yang dikenal  disc jockey (DJ). Disc jockey atau joki cakram yang kerap juga disebut hanya deejay adalah seseorang yang terampil memilih dan memainkan rekaman suara atau musik yang telah direkam sebelumnya. Media hasil...(more)
  • KETIKA HARGA SEMBAKO MELANGIT (Edisi IX/2012)Ketika harga bahan-bahan kebutuhan pokok melangit jelang Hari Raya Idul Fitri dan Galungan, Agustus lalu, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) se-Bali tidak tinggal diam. Pasar murah digelar serentak di 35 desa di seluruh Bali.  Ni Made Wenten tampak agak kelelahan membawa satu karung kecil beras...(more)