Sabtu, 24 Desember 2011

BUDIDAYA LELE MUDAH, MURAH, MENJANJIKAN (Edisi 12)

Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi ikan, terus membaik. Seiring dengan tumbuhnya kesadaran ini, permintaan masyarakat terhadap ikan, baik ikan laut maupun air tawar, terus meningkat. Peningkatan permintaan ini bisa menjadi sebuah peluang usaha yang menjanjikan, mulai pembudidayaan hingga bisnis kuliner. Khusus pembudidayaan, ikan air tawarlah yang paling mungkin untuk dilakukan.

Lele adalah salah satu ikan air tawar yang sangat potensial untuk dibudiddayakan. Ikan berkumis ini banyak diminati karena memiliki daging yang gurih, serta tidak memiliki banyak duri. Lele juga memiliki harga yang murah, sehingga dapat dinikmati oleh semua kalangan. Tak heran berbagai rumah makan mulai dari yang kelas kaki lima hingga resto, menawarkan lele sebagai sajian utamanya. Lele yang bisa diolah menjadi berbagai bentuk makanan mulai yang tradisional hingga modern, memposisikan lele bisa dinikmati oleh masyarakat dari berbagai kelas.

Di samping permintaannya yang tinggi, budidaya lele juga relatif murah dan mudah dibandingkan dengan jenis ikan lain. Tak perlu biaya yang terlalu besar untuk memulai usaha pembudidayaannya. Banyak yang melakoninya dalam skala rumahan. Jika dibandingkan dengan ikan air tawar jenis lain seperti nila, budidaya lele jauh lebih mudah. Pun demikian dengan waktu yang diperlukan. Budidaya lele memerlukan waktu yang jauh lebih singkat.

 Lahan yang diperlukan untuk usaha budidaya lele tak terlalu luas. Di atas lahan 100 m2 pun budidaya layak untuk dilakukan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan jika akan memulai budidaya lele. Akan berbeda langkah yang dilakukan,  jika budidaya dimulai dari proses pemijahan atau hanya pemeliharaan saja. Bagi para pemula, akan lebih baik jika hanya melakukan penggemukan dengan membeli bibit dari tempat khusus pembibitan.

Kolam untuk budidaya tak harus seperti kolam untuk nila atau ikan mas. Jika tak bisa dibuat kolam permanen, kolam bisa dibuat dengan menggunakan terpal plastik. Kolam bisa dibuat dengan ukuran 2 x 3 m dengan kedalaman 30-100 cm. Untuk kolam seukuran ini bisa digunakan terpal plastik yang dipasaran harganya berkisar Rp 50 ribu. Jika memungkinkan bisa juga digunakan kualitas yang lebih baik yang tentunya harganya lebih mahal.

Penggunaan terpal sebagai bahan kolam tentu bisa menghemat biaya pemeliharaan, misalnya dari ongkos tukang pembelian pasir, semen dan material lainnya. Di samping itu waktu pembuatan lebih singkat, sehingga budidaya bisa lebih cepat dilakukan. Juga tak perlu dilakukan perlakuan khusus untuk menghilangkan pengaruh semen yang bisa meracuni ikan. Tentu saja, dampaknya panen bisa lebih cepat dilakukan.
Untuk satu kolam seukuran ini, bisa ditebar sekitar 300 sampai 400 benih seukuran ibu jari yang harganya berkisar Rp100 - 150 per ekor. Untuk pakan bisa digunakan pakan jadi dari pabrik. Harganya bervariasi tergantung kualitas. Untuk pakan lunak harganya mulai dari Rp 5 ribu per kilogram. Jika dihitung secara kasar, dalam masa pemeliharaan 60-80 hari akan didapat berat lele setara 90% dari total pakan yang diberikan. Di samping pakan jadi, lele juga bisa diberikan makanan penunjang seperti bangkai ayam, usus ayam, telur yang gagal menetas, ampas tahu, sisa nasi dan sebagainya.

Dalam pembuatan kolam, tanah urug sisa galian diletakkan dipinggiran kolam, dengan demikian kolam akan menjadi lebih dalam dan bibir kolam lebih tinggi dari areal sekitar. Selanjutnya kolam bisa diisi dengan air baik air sungai maupun air PDAM yang sudah diendapkan. Dengan kolam sedalam 120 cm bisa diisi air dengan ketinggian 80 cm. Untuk budidaya lele sebaiknya tak menggunakan air yang mengalir karena lele sangat rentan dengan perubahan kondisi air. Lele juga cenderung akan meloncat ke arah aliran air.

 Setelah pengisian, air harus didiamkan dan tak boleh langsung dilakukan penebaran benih. Suhu air dijaga dikisaran 26 derajat celcius. Terlebih dahulu air harus menjadi berwarna hijau lumut agar pasokan O2 menjadi lebih baik. Ke dalam kolam juga dimasukkan pupuk kandang atau pupuk jenis lain seperti Urea dan didiamkan selama seminggu. Tujuannya agar tercipta pakan alami seperti plankton yang bisa menjadi pakan pendukung sehingga lele lebih cepat besar. Jika memungkinkan kolam juga bisa diisi dengan tanaman air seperti teratai.

Mati, Jangan Panik

  Selanjutnya siap dilakukan penebaran benih. Di awal pemeliharaan biasanya akan banyak lele yang mati. Jangan panic. Ini merupakan sesuatu yang biasa. Setelah masa pemeliharaan 30-40 hari harus dilakukan pemilihan. Ini dikarenakan ada lele yang tumbuh lebih cepat dari yang lain. Mereka yang berukuran lebih besar akan memangsa ikan yang ukurannya lebih kecil mengingat lele memiliki sifat yang kanibal.
Setelah 60-80 hari, lele mulai bisa dipanen. Seekor lele, alamkurun 90 hari pemeliharaan,  bisa mencapai berat 140 gram (7 ekor/ kg). Dalam budidaya lele bentuk kolam tak akan terlalu berpengaruh. Kualitas benih, pakan dan juga air justru lebih penting. Lele yang terbilang rakus dan juga kanibal tidak boleh sampai kekurangan pakan karena akan membuat meraka saling makan dan membuat kita menjadi rugi. Selanjutnya ikan siap dilepas di pasaran, bisa dijual di tempat atau dikirim pada berbagai tempat usaha kuliner.

 Sementara jika akan melakukan pemijahan, proses yang harus dilakukan tentu lebih panjang. Proses pemijahan untuk mengawinkan lele jantan dan lele betina tidaklah sulit. Pemijahan yaitu proses mempertemukan induk jantan dan betina untuk mengeluarkan sel telur dan sel sperma. Proses ini biasanya dilakukan pada kolam – kolam khusus pemijahan, dengan mencampurkan lele jantan dan lele betina yang sudah memenuhi syarat tertentu.

Adapun syarat yang dipenuhi indukan jantan yakni Kepala induk jantan lebih kecil dari betinanya, serta tulang kepalanya gepeng. Warna kulit dada induk jantan lebih tua dibandingkan yang betina, serta kulitnya lebih halus daripada betina. Kelamin jantan menonjol, memanjang ke arah belakang di belakang anus dengan warna kemerahan. Perut indukan jantan lebih langsing dan kenyal dibanding induk betina.Gerakan lele jantan lebih lincah dibandingkan yang betina.

Sementara indukan betina haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut. Kepalanya lebih besar dibandingkan induk jantan. Warna klit dada lele betina lebih terang dibandingkan yang jantan. Kelamin induk betina berbentuk oval dan berwarna kemerahan, lubangnya lebar dan letaknya di belakang anus. Biasanya sel telur yang telah matang berwarna kuning. Untuk induk betina biasanya geraknya tidak selincah induk jantan. Perutnya lebih gembung dari induk jantan.

Selama proses pemijahan indukan lele diberi makanan yang memiliki kadar protein tinggi. Setelah diberikan protein yang cukup tinggi, induk betina  siap untuk dibuahi. Sel telur yang telah dibuahi akan menetas menjadi anakan lele setelah 24 jam. Setelah berumur satu minggu pisahkan hasil anakan dengan induk betina, sedangkan untuk pemindahan anakan bisa dilakukan setelah anakan berumur dua minggu.

Sementara untuk pemindahan anakan lele, bisa dilakukan dengan cara berikut. Pertama, mengurangi air di sarang pemijahan hingga tinggi air berkisar 10 cm - 20 cm. Kedua, menyiapkan tempat penampungan (baskom atau ember) yang telah diisi air dari kolam pemijahan. Ketiga, samakan suhu kolam anakan dengan suhu kolam pemijahan. Keempat, pindahkan anakan dari kolam pemijahan menggunakan cawan atau piring. Kelima, pindahkan anakan ke kolam pendederan dengan hat-hati pada malam hari, karena masih rentan terhadap tingginya suhu air.  Selanjutnya pembudidayaan siap dilakukan.
Bagikan

SAJIAN TERBARU LAINNYA