Kamis, 05 Januari 2012

BISNIS, PANGGILAN HATI (Edisi 01/2012)

Memulai sebuah usaha tak mesti dengan modal uang yang banyak. Yang terpenting, usaha yang digeluti sesuai dengan panggilan hati. Meski uang merupakan sesuatu yang penting untuk memulai bisnis, tetapi uang bukanlah faktor yang paling menentukan. Sebuah bisnis bisa dibangun dan dibesarkan dengan modal yang kecil, bahkan tanpa modal sekalipun.

Itulah sepenggal pengalaman yang dialami I Dewa Made Krishna Muku, ST.,MT, dalam menerjuni usahanya. Tentu bukan tanpa dasar ia mengungkapkan hal itu. Semua berlandaskan pengalamannya merintis berbagai usaha.

Pria 40 tahun ini, kini memiliki berbagai usaha yang ternyata dimulainya dari hal-hal yang sederhana. Ia tak hanya konsen di profesi pendidikan sebagai Direktur Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Indonesia (STIKI) dan Dosen Unud, tetapi juga mengelola restoran, usaha jasa boga, penyewaan peralatan pesta, bisnis properti dan aktif sebagai pembicara publik seminar dan inhouse training.

Awalnya, pria yang akrab disapa Made Muku ini bekerja di PT Astra Internasional di Jakarta. Merasa tidak nyaman dengan kondisi Jakarta, pada 1996 ia memutuskan berhenti dan mengikuti panggilan hatinya untuk menjadi pengajar dengan menjadi dosen di ITS. "Dari awal saya memang sangat mencintai Bali. Dengan menjadi dosen saya memiliki cukup waktu luang, yang jauh lebih berguna jika saya ada di Bali. Karena itulah pada tahun 2000 saya pindah ke Bali dan mengajar di Unud," tuturnya.

Saat mengajar di Unud inilah ia mulai mengelola restoran keluarga. Uniknya, di situ ia bekerja sebagai pegawai. Di saat yang hampir bersamaan, ia merintis usaha penyewaan tenda. Hanya mulai dengan dua tenda. Usahanya ini terus berkembang. Pasca peristiwa WTC 11 September, di Amerika,  bisnis restorannya mengalami kelesuan. Saat itu ia mendapat ide merintis usaha catering dengan meminjam pegawai restoran yang menganggur. Dimulai dari acara keluarga ia mulai memperkenalkan cateringnya hingga akhirnya mulai dikenal masyarakat.

"Memulai bisnis dari kecil, tak ada sesuatu yang begitu saja langsung menjadi besar. Manfaatkan saja segala modal yang ada. Bisnis bisa tumbuh dari keinginan membantu orang. Yang penting bekerja dengan tulus, tambah wawasan, baca situasi, maka akan ada peluang. Sekecil apapun jika diurus akan terus tumbuh. Sebesar apapun kalau tidak dipedulikan akan surut," tuturnya.

Menurutnya, ide-ide bisnis akan muncul jika seseorang mau membuka pikirannya, apalagi didasari keinginan membantu orang lain. Ini telah dibuktikannya sendiri. Sekitar tahun 2003, ia membantu seorang teman yang ingin mencari barang kerajinan Bali untuk dikirim ke Jepang. Karena ia bisa mencarikan barang yang bagus dengan harga yang baik, maka temannyapun mempercayakan ia untuk terus mengirimkan barang ke Jepang, jika memang ada permintaan.

Bahkan hal yang tidak menyenangkan pun bisa menjadi sebuah ide bisnis yang menjanjikan. Tahun 2006 saat kasus sedot isi tabung marak terjadi, Muku menjadi salah satu korbannya. Justru dari situ  ia mendapa ide untuk menjual LPG dengan timbangan pas. Saat memulai usahanya, ia tak perlu modal banyak. Dengan kemampuannya melakukan diplomasi dengan agen, ia bisa mendapatkan pinjaman tabung. Di awal usahanya ia sendiri yang mengantar gas ke konsumen. “Untuk menumbuhkan kepercayaan konsumen, saya membawa langsung timbangan,” kenangnya.

Karena panggilan hatinya memang untuk mengajar, maka pada 2007 saat ada teman yang menawarinya untuk membuka sekolah, ia langsung menerima. Tentu bukan sebuah keberuntungan hal ini bisa terjadi. Selain menjaga hubungan baik dengan teman, kabar baiknya ia telah memiliki persiapan berupa tabungan. Muku membagi rahasianya, bahwa menabung menjadi salah satu penyebab ia bisa berada dalam kondisi saat ini. “Kita harus hidup sederhana dan rajin menabung, agar jika ada peluang yang datang bisa kita tangkap,” ujar ayah tiga anak ini.

Ia percaya, jika memang seseorang memang mau berusaha, akan selalu ada jalan keluar dari setiap kesulitan. Muku mengisahkan masa-masa kritis di kehidupannya ketika ia menjadi yatim piatu, karena ayahnya meninggal saat ia masih duduk di bangku SMP dan ibunya menyusul saat ia duduk di SMA. “Awalnya saya tak ingin kuliah, karena ketiadaan biaya. Saya iseng mengikuti test di ITS Surabaya, eh  ternyata lulus. Berbagai cara pun saya lakukan agar bisa kuliah,” kenang Muku yang awal kuliahnya  dibantu saudara-saudaranya. Selanjutnya ia pun beberapa kali mendapat beasiswa dan memberi les sambil kuliah. “Tak ada yang bisa menghalangi orang yang mau maju.”

Suami dari Desak Made Lila Damayanti ini membagi tips bagi mereka yang ingin memulai sebuah usaha. Pertama, harus yakin dengan kemampuan untuk menjalankan usaha. Keyakinan ini akan terlihat melalui body language, keraguan pada diri tentu akan membuat orang lain juga ragu. Kedua, jika menghadapi masalah, jangan selalu menjadikan uang sebagai solusi. Teman, semangat bekerja, dan wawasan, jauh lebih penting. (ayu)


HILANGKAN GENGSI

BUKAN hal yang mustahil membuat usaha tanpa didukung modal uang yang besar. Hanya saja seseorang harus bekerja ekstra untuk menutupi kekurangan ini. Seringali seseorang gagal saat berbisnis, karena mereka tak bisa menanggalkan gengsi. Gengsi akan membuat seseorang kikuk bekerja dan sulit berkembang.
“Kalau modal uangnya kecil ya gengsinya harus dihilangkan, tingkatkan semangat kerja keras. Selanjutnya jaga hubungan baik dengan teman, tambah wawasan agar bisa menangkap peluang yang ada. Satu hal lagi yang penting yakni kemampuan untuk mengalah. Tentu jadi masalah kalau modal uangnya kecil, gengsian, hubungan dengan teman buruk, selalu  ingin menang sendiri,” kata Muku.

Dalam berbisnis, tambahnya,  tak boleh hanya untuk menghasilkan uang, terlebih dalam waktu cepat. Bisnis harus sesuai dengan panggilan hati, sehingga menyenangkan untuk dikerjakan dan bisa bertahan dalam jangka waktu yang lama, bukan pengusaha musiman. Bergaul dan kesenangan untuk membantu bisa menjadi ide bisnis, jika memang dikembangkan secara kreatif. Setelah itu seseorang harus sabar menunggu hasil.

“Bisnis itu pilihan hati, bahkan bisa dimulai tanpa modal uang. Caranya, bisa bekerja dulu pada orang, pelajari ilmunya, tetapi juga harus kreatif. Selanjutnya hilangkan ketakutan untuk gagal. Jika takut malu, maka jangan gembar-gemborkan usaha Anda. Sekalipun harus melakukan marketing, kerjakan dengan elegan. Jika gagal, tak ada orang yang mencemooh, justru malah orang kasihan.

 “Bersabarlah menunggu hasil kerja. Jangan terburu-buru ingin memetik hasil. Kesabaran menjadi fondasi penting dalam berbisnis. Untuk sukses, seseorang harus mampu memanajemen diri sendiri, memanajemen waktu, uang dan jiwa mengalah,” kesannya. (ayu)
Bagikan

SAJIAN TERBARU LAINNYA