Sabtu, 24 Desember 2011

PEREMPUAN BALI DALAM KEKINIAN (Edisi 12)


Siapakah yang harus paling dihormati di dunia ini? Ibumu. Setelah itu? Ibumu. Setelah itu? Ibumu. Setelah itu? Ayahmu. Pekak Putu terperangah membaca sebuah cerita percakapan seorang anak dengan guru agamanya. Hingga tiga kali si anak bertanya, dan semuanya dijawab dengan ibu. Yang keempat barulah ayah. Jadi, sedemikian berharganya seorang ibu dalam kehidupan ini, sehingga tiga tempat pertama untuk dihormati adalah milik ‘ibu’.

    Seorang ibu, sosok perempuan yang sangat dihormati dalam ajaran agama manapun, bukanlah hanya berkonotasi “ibu” kita, tapi istri, saudara perempuan, anak perempuan, dan perempuan lain di sekitar kita, tentulah juga seorang “ibu” bagi putra-putrinya. Jadi “mereka” semua itulah yang patut kita hormati. Pekak Putu semakin terperangah menyadari pemikirannya ini. Lalu, mengapa isu gender selalu terekspos dengan penilaian berat sebelah yang memarginalkan kaum perempuan? Apalagi di Bali, yang sistem patriarkatnya sangat kental.

Pekak Putu jadi teringat Oka Rusmini, yang dalam novelnya “Tarian Bumi” dengan lantang menulis: “Perempuan Bali itu, Luh, perempuan yang tidak terbiasa mengeluarkan keluhan. Mereka lebih memilih berpeluh. hanya dengan cara itu mereka sadar dan tahu bahwa mereka masih hidup dan harus tetap hidup. Keringat mereka adalah api. Dari keringat itulah asap dapur masih tetap terjaga. Mereka tidak hanya menyusui anak yang lahir dari tubuh mereka. Mereka pun menyusui laki-laki. Menyusui hidup itu sendiri.” Oka Rusmini tidak hanya berimajinasi, tapi memaparkan realita kehidupan perempuan bali pada umumnya.
    “Nah ne apa Bli Nyoman Coblong. Mai negak dini malu, Man. Ajake ngorte,” Pekak Putu segera memanggil Bli Nyoman Coblong yang baru saja memasuki pekarangan rumahnya.

“Kenken, Pekak? Jeg ada ne serius asanange yen be kekene,” Bli Nyoman Coblong menghempaskan pantatnya di sebelah Pekak Putu. “Ne ada satua luung tentang ibu. Sangat menyentuh dan semakin menyadarkanku tentang pentingnya perempuan, terutama perempuan bali yang menemani kehidupan kita.”
“Ketika ajaran agama begitu menghormati peran sebagai ibu, itu artinya kita harus menghormati pula semua perempuan. Tapi kenyataannya di Bali, dengan sistem kultur yang patriarkat, seringkali para perempuannya seolah-olah hanya menjadi pelengkap kehidupan. Padahal kalau kita mau melihat dengan lebih seksama, sosok perempuan Bali memiliki watak dan kehalusan jiwa, dan sanggup bekerja apa saja yang produktif “
“Asane beneh keto, Pekak,” Bli Nyoman Coblong menyahut perlahan. “Memang seperti itu,” sambar Pekak Putu segera. “Kalau kita mau jujur, sebenarnya mereka yang membuat kehidupan tetap berputar dan seimbang. Istriku, istrimu dan perempuan Bali bekerja lainnya, mereka memiliki etos kerja yang tinggi,  mampu membawa manfaat positif dalam meningkatkan kesejahteraan keluarganya, tanpa mengabaikan tugas dan tanggung jawabnya sebagai ibu rumah tangga”

Perempuan bali dalam kekinian harus pintar-pintar membagi waktu antara arus perubahan zaman. Wanita tidak hanya menjadi ibu rumah tangga, tetapi terbuka untuk peran lain yang tak terbatas. Di balik itu semua, perempuan bali tetap harus kembali ke “dapur” dalam arti luas, dapur untuk menyiapkan makanan bagi keluarga dan juga yang utama menyiapkan yadnya  sehari-hari.

Sungguh berat pengabdian meneruskan keturunan, merawat anak, melayani suami, bekerja, melayani budaya adat istiadat (yang kesohor sampai di luar negeri), agama dan leluhur. Bayangkan!! Betapa panjang list kewajibannya.  Karakter perempuan bali sering digambarkan secara stereotype, sebagai figur manusia beretos kerja tinggi, ulet, mandiri, dan memiliki bakti yang tinggi pada keluarga.  Tidak ada masalah bagi perempuan Bali untuk mengembangkan diri sebagai seorang profesional di bidang karier yang digelutinya yang disumbangkan pada kesejahteraan keluarga.

Perempuan bali memainkan lakon yang multidimensi dan multijender, sebagai perempuan, pekerja, anggota keluarga, dan warga banjar, serta sebagai penyelenggara upacara keagamaan. Keseharian upacara agama Hindu dan adat Bali hampir bisa dipastikan digerakkan oleh mayoritas kaum perempuan. Ketika hari raya Hindu tiba, para perempuan bali bekerja, bukannya beristirahat, tetapi malah harus lebih bekerja keras, dan memperpanjang ‘jam kerja’ mereka. Mereka harus mengurangi waktu istirahat mereka untuk menyiapkan segala keperluan dapur dan yadnya agar tak dikatakan melalaikan kewajibannya.

Namun, sering kali beban berat yang disandang sebagian besar kaum perempuan bali itu tidak sepadan dengan hak-hak yang mereka dapatkan. Fenomena ini memunculkan pertanyaan, seperti apa sesungguhnya ideologi patriarki bekerja dalam keluarga Hindu adat Bali? Bukankah secara kultural perempuan Bali relatif memiliki kemandirian dan kebebasan untuk mendapatkan pendidikan dan pekerjaan?

“Pekak, aku pamit pulang dulu ya,” Bli Nyoman bergegas beranjak dari duduknya. Pekak Putu, terbata-bata menyahut, ”Lho ini belum selesai ngobrolnya!!” Bli Nyoman berlari sambil berkata, ”Aku baru sadari ternyata beban istriku sangat berat, Pekak. Tapi dia masih bisa membawa keceriaan dalam keluarga. Besok rahinan Tumpek Landep, aku akan bersihkan semua kendaraan, supaya besok dia bisa lebih tenang menyelesaikan pekerjaannya di kantor.” Pekak Putu menghela nafas lega dan bergumam, ”Percayalah, perempuan bali adalah perempuan pilihan yang memiliki energi yang luar biasa, maka lakukan yang sebaik-baiknya dan menjadikan hidup berarti dalam pengabdian yang tulus. Ketika arus kehidupan itu datang, terimalah dan nikmatilah, karena penghormatan luar biasa telah disediakan olehNYA”
                      
Bagikan

SAJIAN TERBARU LAINNYA

  • SEBUAH PERAYAAN SEKADAR “ NGE-POP” (Edisi II/2013)Valentine Day menyimpan banyak pertanyaan  tentang nilai. Kali ini seorang budayawan  membedah arti perayaan Valentine Day, untuk menjadi renungan banyak orang. Tentu segalanya agar tak terkesan latah dalam berbudaya. Redaksi memilih seorang budayawan yang cukup tajam dalam pengamatan dan...(more)
  • MENEMUKAN VALENTINE YANG LEBIH UNIVERSAL (Edisi II/2013) Martir itu bernama Santo Valentinus. Ia menggoreskan pesan tentang keyakinannya pada kasih sayang, saat detik-detik sebelum hukuman mati dilaksanakan. "Dari Valentinusmu," tulisnya. Valentinus secara sadar melanggar larangan menikah yang digariskan oleh Raja Roma Claudius II (zaman itu raja...(more)
  • KASIH SAYANG SEPANJANG ZAMAN (Edisi II/2012) Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE ...(more)
  • BISNIS KASIH SAYANG ALA PANTAI KUTA (Edisi II/2013)Valentine Day yang menembus hampir semua usia, semua lapisan dan pelosok sebagai Hari Kasih Sayang, juga dirasakan merambah dunia pariwisata. Dunia pelancongan ini memang dikenal toleran terhadap sesuatu yang  baru termasuk budaya popular. Begitu juga bisnis akomodasi wisata di Bali. Bali,...(more)
  • DESA ADAT SEBAIKNYA PASIF (Edisi I/2013)Semarak Tahun Baru 2013 di Bali, tentu tak bisa dihindari. Berbagai niat dan ekspresi kegembiraan selalu mewarnai. Ada perbedaan tentunya dengan Tahun Baru Caka yang menjadi tradisi masyarakat Hindu Bali pada momen ini. Hampir seluruh kegembiraan yang rutin dalam pergantian tahun selalu ditandai...(more)
  • PERGANTIAN TAHUN MENJELANG, UANG BERPUTAR KENCANG (Edisi I/2013)Bali masih menjadi destinasi yang menarik bagi wisatawan. Apalagi di momen menjelang pergantian tahun, selalu menjadi wisata menarik dengan berbagai suguhannya. Terbukti dari tahun ke tahun, selalu saja wisatawan nusantara maupun dunia mendambakan pemandangan tersendiri di Pulau Dewata ini. Tak...(more)
  • MEMBERI MAKNA PADA PERGANTIAN TAHUN (Edisi I/2013)Pergantian tahun atau yang lazim disebut tahun baru, bagi tiap daerah dirayakan dan dimaknai dengan tradisi sendiri. Pun masyarakat Bali demikian adanya, ketika Tahun Baru Caka, datang. Tiap daerah memiliki tradisi berbeda secara ritual maupun spiritualnya. Ida Pedanda Gede Telaga, salah seorang...(more)
  • POSKO TAHUN BARU MARAK Bermanfaat atau Berlebih? (Edisi I/2013)Perayaan penghujung tahun tentu sah-sah saja. Pesta dan perayaan kecil memang selalu terlihat berulang mewarnai tutup tahun dan menyambut datangnya tahun baru. Ada rona kemeriahan dan kegembiraan di setiap sudut kota dan di banjar-banjar.  Kewajaran berpesta diamini oleh seorang aktivis muda...(more)
  • URUSAN PEREMPUAN, URUSAN SEMUA LINI (Edisi XII/2012)Hari AIDS Sedunia (HAS 2012) tengah melansir isu besar yang menjadi fokus utama dewasa ini -- perempuan dan anak. Menurut Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Denpasar, Tri Indarti, tema HAS tersebut sangat beralasan. “Data dari nasional hingga daerah, semua mendapati  bahwa kasus...(more)
  • UJICOBA TERAPI AIDS DENGAN REKAYASA GENETIKA (Edisi XII/2012)Penyakit HIV-AIDS hingga kini tetap belum dapat disembuhkan. Terapi kombinasi obat-obatan memang secara medis dapat mengendalikan serangan penyakit AIDS, namun efeknya hanya untuk memperpanjang umur penderita. Kini sejumlah ilmuwan dari Amerika Serikat melakukan uji coba pengobatan HIV-AIDS...(more)
  • PERAN KAUM MUDA CUKUP SIGNIFIKAN (Edisi XII/2012) Persoalan perempuan dan anak tak bisa dipecahkan sendiri. Semua pihak berkepentingan untuk menyelamatkan generasi. Dan isu HIV/AIDS adalah bagian penting yang terintegrasi dari kehidupan sosial perempuan dan anak. Begitu juga yang didengungkan dalam tema Hari AIDS Sedunia (HAS 2012). Persoalan...(more)
  • SINERGI BERBAGI PERAN ADALAH KUNCI (Edisi XII/2012)Hari AIDS Sedunia (HAS), diperingati setiap tahun oleh seluruh negara. Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat tengah menyiapkan rangkaian HAS dengan berbagai hal. Buku pedoman pun tengah dilansir melalui Kementerian Perlindungan Perempuan dan Anak Republik...(more)
  • MENCEGAH DAN MENGENDALIKAN BERSAMA (Edisi XI/2012)Data statistik Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) tentang kasus HIV/AIDS di Indonesia  menunjukkan secara komulatif kasus ini per 1 April 1987 hingga 30 Juni 2012 memiliki total jumlah yang terinfeksi di Indonesia sebanyak 86.762 orang. Sedangkan yang sudah dalam tahapan AIDS di Indonesia,...(more)
  • MENGELOLA RISIKO DENGAN POSITIF DAN KONSTRUKTIF (Edisi XI/2012)Awal Oktober lalu, RSUD Badung menolong persalinan ibu yang teridentifikasi ODHA. Ibu rumah tangga berusia 30-an tahun itu, melahirkan bayinya dengan operasi caesar yang disarankan oleh dokter. Tak ada kelainan fisik apapun pada bayi. Hanya saja menunggu 18 bulan lagi untuk mengetahui sang bayi...(more)
  • SUARA ODHA MENOLAK DISKRIMINASI (Edisi XI/2012)Lika-liku, penuh kenangan. Kesedihan berubah menjadi kebanggaan adalah kemungkinan yang ditasbihkan bagi Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). Itulah perjuangan yang sedang diyakini oleh kelompok ODHA saat ini. Penuh harapan dan selalu ingin mengubah keadaan yang membanggakan. Seperti yang dialami AR...(more)
  • Mengenang Komitmen Sanur MENITI HIDUP LEBIH BAIK (Edisi XI/2012)Perhelatan besar di dunia internasional setiap tanggal 1 Desember adalah Hari AIDS sedunia. Hari itu mengajak warga dunia untuk menorehkan kembali tentang kumpulan dari segala penyakit yang mempengaruhi tubuh manusia, dimana sistem kekebalan tubuh melemah dan tidak dapat merespon sesuai...(more)
  • “TIDAK PAS UNTUK BALI” (Edisi X/2012)Semakin menjamurnya tempat hiburan malam di wilayah Bali, di satu sisi memang memberikan dampak ekonomi yang cukup besar bagi masyarakat. Perputaran uang dari bisnis ini lumayan tinggi. Namun bagi pengamat ekonomi Gede Made Sadguna, keberadaan tempat-tempat hiburan tersebut tidak seharusnya...(more)
  • SEDAPNYA ATMOSFER DUNIA MALAM (Edisi X/2012) Sinar laser beragam warna beradu, menusuk setiap sudut ruang. Tubuh-tubuh yang bergerak ritmis, seolah berbalut busana warna-warni. Musik berdentum kuat hingga menggetarkan dada. Atmosfer ruangan menebar aroma alkohol . Perempuan bertubuh seksi sensual bergerak ritmis menggoyang badan. Wow...(more)
  • “DI BALIK PIRINGAN HITAM” (Edisi X/2012)Diskotek dan tempat clubbing, tidak lepas dari “pawang” piringan hitam yang dikenal  disc jockey (DJ). Disc jockey atau joki cakram yang kerap juga disebut hanya deejay adalah seseorang yang terampil memilih dan memainkan rekaman suara atau musik yang telah direkam sebelumnya. Media hasil...(more)
  • KETIKA HARGA SEMBAKO MELANGIT (Edisi IX/2012)Ketika harga bahan-bahan kebutuhan pokok melangit jelang Hari Raya Idul Fitri dan Galungan, Agustus lalu, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) se-Bali tidak tinggal diam. Pasar murah digelar serentak di 35 desa di seluruh Bali.  Ni Made Wenten tampak agak kelelahan membawa satu karung kecil beras...(more)