Sabtu, 24 Desember 2011

PRODUK ORGANIK BENTUK KARAKTER MANUSIA (Edisi 12)

Penurunan kualitas lingkungan yang pada akhirnya berdampak pada penurunan kualitas hidup, telah menjadi ancaman nyata yang dihadapi manusia saat ini. Langkah penyelamatan harus segera dilakukan jika tak ingin bencana yang lebih besar terjadi. Berbagai upaya telah dilakukan untuk itu. Hanya saja hal ini tak bisa dilakukan secara parsial mengingat kerusakan yang telah terjadi begitu besar.

Salah satu langkah penyelamatan yang dilakukan yakni dengan mengganti pertanian konvensional yang selama ini diterapkan, dengan pertanian organik. Pertanian konvensional yang banyak mengandalkan zat-zat kimia selama ini memang telah memberikan berbagai kemudahan bagi para petani. Hanya saja kemudahan ini harus dibayar mahal dengan terjadinya kerusakan lingkungan yang harus ditanggung, bukan hanya oleh generasi saat ini tetapi juga oleh generasi yang akan datang.

Pertanian konvensional selama ini telah memberikan berbagai kenyamanan kepada petani. Hasil pertanian ditingkatkan dengan bantuan berbagai pupuk kimia. Pun demikian dengan hama yang sebelumnya mengganggu produktivitas dapat dengan mudah dihilangkan. Hanya saja tanpa disadari penggunaan berbagai zat kimia ini berdampak pada terganggunya kondisi alami tanah. Mikroorganisme yang selama ini menjadi kunci keseimbangan alam banyak yang  hilang, yang pada akhirnya dampak negatifnya dirasakan manusia sampai saat ini.

Penggiat pertanian organik, Dr. Ir. Luh Ketut Kartini, MS. mengungkapkan pertanian organik teramat mendesak untuk diterapkan di Bali. Bahkan jika dibandingkan dengan negara-negara lain, apa yang dilakukan di Indonesia khususnya Bali bisa dikatakan terlambat. Negara-negara seperti Jerman telah menerapkan pertanian organik sejak tahun 1980-an. Menurutnya pertanian organik bukan hanya tentang menjaga kualitas alam dan lingkungan. Jauh lebih penting lagi pertanian organik juga untuk menjaga kualitas hidup manusia.
"Pertanian konvensional yang dilakukan selama ini banyak yang menggunakan racun, ini bukan hanya berdampak pada lingkungan seperti matinya mikrorganisme. Di sisi lain ini juga berdampak pada karakter manusia yang memakan produk pertanian yang telah terkontaminasi racun. Manusia menjadi beringas, karakter manusia berubah. Jadi apa yang disebut pendidikan karakter itu tak cukup hanya dari produk undang-undang. Jauh lebih penting menjaga kualitas makanan karena seperti yang kita percayai, karakter manusia menggambarkan apa yang menjadi makannya," ujarnya.

Selama ini, ada isu bahwa peralihan dari pertanian konvensional ke pertanian organik akan menurunkan kuantitas produksi selama beberapa tahun, sehingga potensial menimbulkan kerugian bagi petani.  Pernyataan yang terus bergulir itu ditampik Kartini. Menurutnya, jika memang metode yang digunakan tepat, penurunan secara signifikan bisa dihindari. Karenanya petani perlu didampingi untuk menentukan jenis dan jumlah pupuk yang harus digunakan maupun jenis tanaman yang akan ditanam.

“Selama ini pemerintah memang telah mewacanakan tentang pertanian organik. Hanya saja sayangnya semua ini baru sebatas wacana. Kalaupun ada beberapa realisasi, langkah yang dilakukan kerapkali tidak tepat. Misalnya saja yang terkait dengan pupuk. Pemerintah lebih suka memberikan subsidi pupuk pada petani. Padahal hasil yang lebih baik bisa didapatkan jika pemerintah mau mendukung petani untuk menghasilkan pupuk sendiri. Dibandingkan memberikan subsidi pupuk, lebih baik jika petani dibelikan sapi atau babi. Dengan demikian mereka bisa menghasilkan pupuk sendiri bahkan juga energi yang bisa membantu perekonomian mereka," ungkap dosen Fakultas Pertanian Unud ini.

Kartini mengungkapkan beberapa subak yang tetap konsisten menerapkan pertanian organik dan menjalankan aturan sebagaimana yang telah diwariskan oleh para leluhur terbukti mampu menjaga eksistensinya sampai saat ini. Bahkan di saat petani lain mengalami gagal panen, ternyata mereka tetap mendapatkan hasil yang baik. Seperti misalnya Subak Wangaya Betan dan beberapa subak di Payangan. Mereka tetap menjaga kearifan lokal yang ada dan terbukti mendapat hasil yang baik sampai sekarang.

Kunci Alih Fungsi Lahan

Jika memang pemerintah berkomitmen menciptakan pertanian organik, maka pemerintah wajib bertindak konsisten. Pemerintah wajib memberikan pendampingan serta perhatian yang cukup terhadap petani. Tak hanya cukup dengan pupuk dan pendampingan, pemerintah juga wajib menyediakan pasar untuk produk yang telah dihasilkan. Petani tak akan mau beralih ke pertanian organik jika hal ini tak akan memberikan keuntungan terutama secara ekonomis.

Peralihan ke pertanian organik tak perlu ditakutkan selama petani dipersiapkan sebagaimana dulu mereka disiapkan untuk beralih ke pertanian konvensional. Di sinilah dinilai perlu investasi baik dari segi biaya dan waktu. Menurut Kartini, pertanian organik bukan hanya tentang metode pertanian, tetapi jauh lebih penting lagi bagaimana mengubah pola pikir mulai dari aparat pemerintah seperti petugas penyuluh hingga petani. Di awal petani memang harus dipaksa beranjak dari kenyamanan yang selama ini ada, tetapi jika mereka bisa merasakan dampak positifnya, mereka akan dengan senang hati beralih.

Perhatian terhadap kesejahteraan petani menjadi penting karena merekalah salah satu kunci untuk menjaga kelestarian alam Bali.  Alih fungsi lahan yang begitu tinggi di Bali akan terus meningkat jika para petani tak bisa diperbaiki tingkat kesejahteraannya. Alih fungsi lahan pada akhirnya akan berdampak pada tingkat ketersediaan air. Bali sejak tahun 2000 diprediksi akan mengalami kekeringan dalam kurun waktu 50 tahun. "Jika tak segera dilakukan penyelamatan Bali akan mengalami seperti apa yang terjadi di Ethiopia. Bahkan apa yang akan terjadi di Bali bisa lebih buruk karena Bali ukurannya lebih kecil," imbuhnya.



AIR SUSU IBU PUN TERCEMAR PESTISIDA

PERALIHAN dari pertanian konvensional menuju pertanian organik dinilai merupakan sesuatu yang sangat krusial. Dari berbagai penelitian yang dilakukan, zat kimia anorganik yang ada dalam pupuk dan pestisida telah menimbulkan kerusakan pada tubuh manusia. Saat ini tubuh manusia banyak menimbun racun yang terakumulasi dari berbagai makanan yang dikonsumsi. Akibatnya berbagai penyakit bermunculan menyerang manusia.

"Dari penelitian terakhir bukan cuma air, bahkan seluruh ibu-ibu yang ada di seluruh dunia air susunya tercemar pestisida. Dan jika seorang wanita melahirkan maka anak yang dilahirkannya akan memiliki 20% racun yang dimiliki oleh si ibu. Jadi bisa dibayangkan, anak-anak tubuhnya telah terkontaminasi racun sejak ia baru dilahirkan. Maka jangan heran dari hari kehari kualitas manusia terus menurun," kata Kartini.

Penggunaan pestisida secara berlebihan guna membunuh hama ternyata berdampak sangat luas. Racun yang terkandung dalam pestisida bukan hanya membunuh hama yang mengganggu tanaman, tetapi juga membunuh makhluk lain seperti mikroorganisme yang menjaga keseimbangan alam. Akibatnya keseimbangan alam terganggu dan keanekaragaman hayati menjadi hilang. Hal ini juga berdampak pada kondisi ekonomi petani karena beberapa jenis hewan menjadi sumber protein petani yang bisa didapat secara gratis sehingga mengurangi pengeluarn mereka.
Bagikan

SAJIAN TERBARU LAINNYA

  • SEBUAH PERAYAAN SEKADAR “ NGE-POP” (Edisi II/2013)Valentine Day menyimpan banyak pertanyaan  tentang nilai. Kali ini seorang budayawan  membedah arti perayaan Valentine Day, untuk menjadi renungan banyak orang. Tentu segalanya agar tak terkesan latah dalam berbudaya. Redaksi memilih seorang budayawan yang cukup tajam dalam pengamatan dan...(more)
  • MENEMUKAN VALENTINE YANG LEBIH UNIVERSAL (Edisi II/2013) Martir itu bernama Santo Valentinus. Ia menggoreskan pesan tentang keyakinannya pada kasih sayang, saat detik-detik sebelum hukuman mati dilaksanakan. "Dari Valentinusmu," tulisnya. Valentinus secara sadar melanggar larangan menikah yang digariskan oleh Raja Roma Claudius II (zaman itu raja...(more)
  • KASIH SAYANG SEPANJANG ZAMAN (Edisi II/2012) Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE ...(more)
  • BISNIS KASIH SAYANG ALA PANTAI KUTA (Edisi II/2013)Valentine Day yang menembus hampir semua usia, semua lapisan dan pelosok sebagai Hari Kasih Sayang, juga dirasakan merambah dunia pariwisata. Dunia pelancongan ini memang dikenal toleran terhadap sesuatu yang  baru termasuk budaya popular. Begitu juga bisnis akomodasi wisata di Bali. Bali,...(more)
  • DESA ADAT SEBAIKNYA PASIF (Edisi I/2013)Semarak Tahun Baru 2013 di Bali, tentu tak bisa dihindari. Berbagai niat dan ekspresi kegembiraan selalu mewarnai. Ada perbedaan tentunya dengan Tahun Baru Caka yang menjadi tradisi masyarakat Hindu Bali pada momen ini. Hampir seluruh kegembiraan yang rutin dalam pergantian tahun selalu ditandai...(more)
  • PERGANTIAN TAHUN MENJELANG, UANG BERPUTAR KENCANG (Edisi I/2013)Bali masih menjadi destinasi yang menarik bagi wisatawan. Apalagi di momen menjelang pergantian tahun, selalu menjadi wisata menarik dengan berbagai suguhannya. Terbukti dari tahun ke tahun, selalu saja wisatawan nusantara maupun dunia mendambakan pemandangan tersendiri di Pulau Dewata ini. Tak...(more)
  • MEMBERI MAKNA PADA PERGANTIAN TAHUN (Edisi I/2013)Pergantian tahun atau yang lazim disebut tahun baru, bagi tiap daerah dirayakan dan dimaknai dengan tradisi sendiri. Pun masyarakat Bali demikian adanya, ketika Tahun Baru Caka, datang. Tiap daerah memiliki tradisi berbeda secara ritual maupun spiritualnya. Ida Pedanda Gede Telaga, salah seorang...(more)
  • POSKO TAHUN BARU MARAK Bermanfaat atau Berlebih? (Edisi I/2013)Perayaan penghujung tahun tentu sah-sah saja. Pesta dan perayaan kecil memang selalu terlihat berulang mewarnai tutup tahun dan menyambut datangnya tahun baru. Ada rona kemeriahan dan kegembiraan di setiap sudut kota dan di banjar-banjar.  Kewajaran berpesta diamini oleh seorang aktivis muda...(more)
  • URUSAN PEREMPUAN, URUSAN SEMUA LINI (Edisi XII/2012)Hari AIDS Sedunia (HAS 2012) tengah melansir isu besar yang menjadi fokus utama dewasa ini -- perempuan dan anak. Menurut Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Denpasar, Tri Indarti, tema HAS tersebut sangat beralasan. “Data dari nasional hingga daerah, semua mendapati  bahwa kasus...(more)
  • UJICOBA TERAPI AIDS DENGAN REKAYASA GENETIKA (Edisi XII/2012)Penyakit HIV-AIDS hingga kini tetap belum dapat disembuhkan. Terapi kombinasi obat-obatan memang secara medis dapat mengendalikan serangan penyakit AIDS, namun efeknya hanya untuk memperpanjang umur penderita. Kini sejumlah ilmuwan dari Amerika Serikat melakukan uji coba pengobatan HIV-AIDS...(more)
  • PERAN KAUM MUDA CUKUP SIGNIFIKAN (Edisi XII/2012) Persoalan perempuan dan anak tak bisa dipecahkan sendiri. Semua pihak berkepentingan untuk menyelamatkan generasi. Dan isu HIV/AIDS adalah bagian penting yang terintegrasi dari kehidupan sosial perempuan dan anak. Begitu juga yang didengungkan dalam tema Hari AIDS Sedunia (HAS 2012). Persoalan...(more)
  • SINERGI BERBAGI PERAN ADALAH KUNCI (Edisi XII/2012)Hari AIDS Sedunia (HAS), diperingati setiap tahun oleh seluruh negara. Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat tengah menyiapkan rangkaian HAS dengan berbagai hal. Buku pedoman pun tengah dilansir melalui Kementerian Perlindungan Perempuan dan Anak Republik...(more)
  • MENCEGAH DAN MENGENDALIKAN BERSAMA (Edisi XI/2012)Data statistik Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) tentang kasus HIV/AIDS di Indonesia  menunjukkan secara komulatif kasus ini per 1 April 1987 hingga 30 Juni 2012 memiliki total jumlah yang terinfeksi di Indonesia sebanyak 86.762 orang. Sedangkan yang sudah dalam tahapan AIDS di Indonesia,...(more)
  • MENGELOLA RISIKO DENGAN POSITIF DAN KONSTRUKTIF (Edisi XI/2012)Awal Oktober lalu, RSUD Badung menolong persalinan ibu yang teridentifikasi ODHA. Ibu rumah tangga berusia 30-an tahun itu, melahirkan bayinya dengan operasi caesar yang disarankan oleh dokter. Tak ada kelainan fisik apapun pada bayi. Hanya saja menunggu 18 bulan lagi untuk mengetahui sang bayi...(more)
  • SUARA ODHA MENOLAK DISKRIMINASI (Edisi XI/2012)Lika-liku, penuh kenangan. Kesedihan berubah menjadi kebanggaan adalah kemungkinan yang ditasbihkan bagi Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). Itulah perjuangan yang sedang diyakini oleh kelompok ODHA saat ini. Penuh harapan dan selalu ingin mengubah keadaan yang membanggakan. Seperti yang dialami AR...(more)
  • Mengenang Komitmen Sanur MENITI HIDUP LEBIH BAIK (Edisi XI/2012)Perhelatan besar di dunia internasional setiap tanggal 1 Desember adalah Hari AIDS sedunia. Hari itu mengajak warga dunia untuk menorehkan kembali tentang kumpulan dari segala penyakit yang mempengaruhi tubuh manusia, dimana sistem kekebalan tubuh melemah dan tidak dapat merespon sesuai...(more)
  • “TIDAK PAS UNTUK BALI” (Edisi X/2012)Semakin menjamurnya tempat hiburan malam di wilayah Bali, di satu sisi memang memberikan dampak ekonomi yang cukup besar bagi masyarakat. Perputaran uang dari bisnis ini lumayan tinggi. Namun bagi pengamat ekonomi Gede Made Sadguna, keberadaan tempat-tempat hiburan tersebut tidak seharusnya...(more)
  • SEDAPNYA ATMOSFER DUNIA MALAM (Edisi X/2012) Sinar laser beragam warna beradu, menusuk setiap sudut ruang. Tubuh-tubuh yang bergerak ritmis, seolah berbalut busana warna-warni. Musik berdentum kuat hingga menggetarkan dada. Atmosfer ruangan menebar aroma alkohol . Perempuan bertubuh seksi sensual bergerak ritmis menggoyang badan. Wow...(more)
  • “DI BALIK PIRINGAN HITAM” (Edisi X/2012)Diskotek dan tempat clubbing, tidak lepas dari “pawang” piringan hitam yang dikenal  disc jockey (DJ). Disc jockey atau joki cakram yang kerap juga disebut hanya deejay adalah seseorang yang terampil memilih dan memainkan rekaman suara atau musik yang telah direkam sebelumnya. Media hasil...(more)
  • KETIKA HARGA SEMBAKO MELANGIT (Edisi IX/2012)Ketika harga bahan-bahan kebutuhan pokok melangit jelang Hari Raya Idul Fitri dan Galungan, Agustus lalu, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) se-Bali tidak tinggal diam. Pasar murah digelar serentak di 35 desa di seluruh Bali.  Ni Made Wenten tampak agak kelelahan membawa satu karung kecil beras...(more)