Salah satu yang menggeluti usaha penjor adalah Jaya, salah satu warga yang bertempat tinggal di jalan raya Sesetan, di depan SMU Harapan Denpasar. Jaya sudah menggeluti usaha pembuatan penjor selama kurang lebih enam tahun. Awalnya dia hanya mencoba-coba, karena melihat peluang tersebut, dimana banyak orang Bali pendatang dari kabupaten lain tidak memiliki cukup waktu untuk membuat penjor di rumah tinggal mereka di Denpasar karena harus segera pulang kampung. Rupanya pasar merespon dengan baik. Banyak masyarakat yang memesan penjor buatannya. Dan usaha ini ternyata bisa menjadi bisnis yang melibatkan seluruh anggota keluarganya. Disamping dalam keseharian, Jaya juga adalah seorang pelaku penjual mobil bekas. Jaya mematok harga sekitar 350ribu rupiah untuk penjor buatannya. Namun harga bisa berubah tergantung variasi yang diminta oleh konsumen. Dan konsumen utamanya adalah masyarakat Bali yang merayakan Galungan. Selain itu juga masyarakat umum yang memiliki acara-acara tertentu.
“Saya menerima banyak pesanan terutama menjelang hari raya. Dan mencapai puncaknya terutama pada saat hari Penyajaan Galungan (dua hari menjelang Galungan). Sedangkan pada hari biasa, rata-rata lima penjor laku terjual perhari. Namun sekarang sudah mulai banyak masyarakat yang ikut terjun ke bidang usaha ini. Jadi mulai banyak saingan”, paparnya. Selain menjual penjor, Jaya juga menjual Sanggah Cucuk dan perlengkapan upacara lainnya.

