Padahal, dengan sedikit kerja ekstra, para petani sebenarnya dapat mengurangi ketergantungan terhadap pestisida sintetik ini. Sejatinya, alam telah menyiapkan berbagai hal yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan. Berbagai tanaman bisa dimanfaatkan sebagai bahan pestisida nabati (organik). Selain penggunaan pestisida organik ini bersifat lebih ramah lingkungan, dari sisi pengeluaran juga lebih murah karena bisa didapat petani dari lingkungan sekitarnya.
Dekan FPMIPA IKIP PGRI Bali, Drs. I Wayan Suanda, SP, MSi., menyebut ada beberapa jenis tanaman yang bisa dijadikan sebagai bahan dalam pembuatan pestisida nabati. Mulai dari daun brotowali, sembung dilan, daun sirih, tembakau, hingga daun terap. Semua jenis tanaman ini serta beberapa jenis tanaman lain memiliki senyawa sekunder yang biasanya akan dikeluarkan jika merasa terancam atau dalam kondisi normal. Senyawa sekunder inilah yang berfungsi sebagai bahan aktif yang bisa membantu dalam membunuh hama.
Bahan aktif yang dikeluarkan oleh tanaman ini berguna membunuh jamur hingga larva yang dapat merusak tanaman, dan tidak berbahaya bagi lingkungan maupun manusia yang akan mengkonsumsi tanaman tersebut. Hanya saja, efek penggunaan pestisida sintetik memang tidak sama dengan penggunaan pestisida organik. Pestisida nabati memang memerlukan waktu yang lebih lama dan penggunaan yang lebih sering. Di sinilah perlunya petani melakukan kerja ekstra agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang diinginkan.
"Memang jika dibandingkan, efektivitas pestisida nabati yang organik tentu tidak seefektif pestida sintetik. Tetapi jika memang petani memiliki komitmen terhadap kesehatan lingkungan dan kesehatan konsumen, maka tidak akan menjadi masalah. Pestisida organik besifat degradeble (bisa diuraikan), karenanya tak akan meninggalkan residu yang berbahaya bagi tubuh dan lingkungan. Tetapi karena mudah terurai maka harus lebih sering diaplikasikan," jelasnya.
Sementara residu dari penggunaan pestisida sintetis akan menumpuk dalam tubuh. Dalam jumlah yang melebihi batas, akan merusak tubuh dan dapat menimbulkan penyakit seperti kanker. Sementara itu pestisida nabati karena tak akan meninggalkan residu, tak akan berbahaya bagi tubuh.
Tak itu saja. Dampak buruk penggunaan pestisida sintetik dapat membunuh mikroorganisme yang ada di tanah, yang sebenarnya berguna bagi tanaman. Ini sangat berbeda dengan pestisida nabati yang secara spesifik hanya mampu membunuh hama jenis tertentu saja.
"Satu jenis pestisida nabati hanya akan bekerja untuk satu jenis hama ataupun hama lain yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengannya. Pun demikian dengan tanaman yang menjadi bahan pestisida. Beberapa jenis tanaman yang memiliki hubungan kekerabatan akan memiliki bahan aktif yang sejenis yang memiliki efek yang sama bagi hama. Misalnya saja daun terap dengan daun nangka dan timbul," terangnya.
Dari penelitian yang dilakukan Suanda, beberapa jenis tanaman bisa digunakan sebagai bahan pestisida. Daun brotowali efektif digunakan pada larva daun kubis, sembung dilan dapat digunakan sebagai fungisida, daun mimba (intaran) dapat digunakan untuk mengusir kutu beras, daun terap efektif untuk mengusir rayap dan sereh dapat digunakan untuk membunuh kecoa. (ayu)
MEMBUAT PESTISIDA NABATI
PEMBUATAN pestisida organic dari tanaman terbilang cukup mudah. Suanda menjelaskan tanaman ini cukup dijadikan ekstrak. Misalnya untuk daun brotowali cukup diambil daun yang sudah tua untuk dijadikan ekstrak. Digunakan daun yang agak tua karena kandungan airnya lebih rendah, sementara kandungan bahan aktifnya lebih banyak dibandingkan dengan daun yang muda.
“Daun yang akan digunakan terlebih dulu dikeringanginkan, bukan dengan matahari atau oven. Selanjutnya daun yang sudah kering direbus dengan air. Perbandingannya 1 bagian daun dicampur dengan 5 bagian air. Selanjutnya daun direbus hingga panasnya di bawah 40 derajat Celsius atau suam-suam kuku. Jangan sampai airnya mendidih karena akan dapat merusak bahan aktif yang terkandung di dalamnya,” jelasnya.
Jika akan disemprotkan pada tanaman, ekstrak tersebut dapat dicampur dengan sekitar setengah sendok teh detergen. Penambahan detergen dilakukan untuk menambah daya rekat dari ekstrak pada tanaman, sehingga ekstrak tidak mudah menguap dan bisa bertahan lebih lama.
Sejak pengeringanginan, setidaknya diperlukan waktu satu - dua minggu hingga ekstrak siap digunakan. Karena petisida nabati tak seefektif pestisida sintetik dan mudah menguap, maka penyemprotan harus lebih sering dilakukan. Tetapi penggunaan pestisida nabati hanya membunuh hama dalam batas terkendali dan tak berbahaya bagi tubuh dan lingkungan, sehingga sangat dianjurkan untuk digunakan. (ayu)
USIR RAYAP DAN KECOAK
SELAMA ini Anda bermasalah dengan banyaknya kecoak di rumah? Jika ya, maka sekaranga Anda bisa membuat sendiri pestisida untuk menghalau serangga yang kerap membuat rumah terkesan jorok. Sangat mudah. Cukup menggunakan ektrak daun sereh untuk membunuh serangga yang dikenal bandel ini. Ekstrak yang terbuat dari 1 bagian batang sereh, direbus dengan 5 bagian air hingga panas suam-suam kuku.
Campuran ini selanjutnya bisa digunakan untuk menyemprot kecoak. Atau bila perlu bisa juga dicampur dengan roti yang selanjutnya digunakan untuk meracuni kecoak. Jika memiliki masalah dengan rayap, Anda bisa menggunakan ekstrak daun terap. “Caranya sama seperti membuat ekstrak sereh. Ekstrak daun terap yang telah didapat selanjutnya bisa disemprotkan pada perabotan kayu. Maka tak akan ada rayap yang memakan perabotan kayu Anda. Hanya saja karena bersifat mudah menguap, harus sering menyemprotkannya,” ungkap dekan FPMIPA IKIP PGRI Bali, I Wayan Suanda. (ayu)