Bagi sebagian besar orang, lubak atau biasa disebut luwak, mungkin merupakan hewan yang biasa saja. Tapi tidak bagi 520 orang petani di kawasan pegunungan Desa Landih, Bangli. Luwak menjadi istimewa karena mampu memberi kesejahteraan bagi mereka.
Saat pertamakali dibentuk pada 2004, koperasi ini hanya beranggotakan 25 orang. Namun jumlahnya terus membengkak seiring dengan makin banyaknya warga yang merasakan manfaat dari keberadaan koperasi ini. "Semakin banyak warga Desa Landih yang merasakan manfaat koperasi ini, sehingga semakin banyak yang tertarik menjadi anggota," kata Ketua Koperasi Bale Dana Mesari, I Wayan Jamin.
Dengan peningkatan jumlah anggota yang diikuti peningkatan produktivitas, jelas Jamin, jumlah sisa hasil usaha (SHU) yang diperoleh koperasi pun melonjak dari awalnya hanya Rp 5 juta menjadi Rp 300 juta setahun.
Dahsyatnya harga kopi luwak, kopi yang difermentasi di dalam perut luwak, membawa nilai tersendiri bagi koperasi ini. Untuk satu kilogram kopi misalnya, bisa dijual sampai Rp 5 juta rupiah. “Tetapi konsumen sekarang jeli. Mereka lebih suka minum kopi yang dihasilkan dari luwak yang diliarkan, bukan luwak yang dikandangkan. Ini tantangan, dan kami sudah menjawabnya dengan membangun sebuah kandang luwak raksasa dengan ratusan batang pohon kopi di dalamnya,” jelas Jamin.
Usaha kopi luwak bukanlah hal mudah. Kepercayaan pasar menurutnya adalah yang terpenting. Karena itu, ia memastikan bahwa semua kopi luwak yang dihasilkan dari koperasinya sudah diproduksi sesuai standar internasional, yakni dihasilkan dari luwak yang dilepasliarkan.
Tak hanya mengandalkan kopi hasil fermentasi perut luwak yang berada di kandang besar, setiap harinya juga sejumlah petani anggota koperasi juga berjalan menelusuri hutan di sekitar perkebunan kopi untuk mencari kotoran luwak. “Luwak-luwak itu biasanya makan kopi dari perkebunan kami di malam hari. Jadi tiap pagi, biasanya mereka membuang kotorannya di hutan sekitar perkebunan. Lumayan, setiap harinya bisa dapat total 2 kilogram,” ujarnya.
Kini koperasi ini juga tengah mengembangkan usaha agrowisata kopi luwak di kawasan Desa Landih. Di agrowisata ini, wisatawan diajak keliling di sekitar lahan perkebunan kopi yang juga diselingi perkebunan buah-buahan dan hortikultura. Pengunjung juga akan menyaksikan proses produksi kopi luwak, serta diajak minum kopi luwak. “Aktivitas ini pasti akan sangat mengasyikkan,” Jamin berpromosi.
Keberhasilan Koperasi Bale Dana Mesari mendapat pujian dari Gubernur Bali Made Mangku Pastika yang sempat mengunjungi koperasi ini akhir tahun lalu. “Saya pertama dengar istilah kopi luwak waktu nonton film “Basket List”. Tidak banyak pemainnya, tapi film itu bagus sekali. Jadi ceritanya, ada satu orang kaya kulit putih. Kebetulan dia sakit, dirawat dalam satu
kamar dengan orang kulit hitam. Tidak kaya sekali, tetapi pintar. Pengetahuannya banyak. Oleh dokter, mereka berdua divonis sakit kanker. Akan mati enam bulan lagi. Pertama mereka marah, membantah, benci, putus asa, nggak percaya, sampai akhirnya mereka diyakinkan bahwa mereka
betuk-betul kanker dan akan mati enam bulan lagi,” ceritanya.
Setelah itu mereka berdua berunding. Mau bikin apa, kita akan mati 6 bulan lagi. Setelah itu mereka membuat list, apa yang diinginkan yang belum pernah dicapai selama hidupnya. Yang satu itu orang kulit putih kaya sekali. Dia yang punya rumah sakit itu sebenarnya. Pertama dia marah-marah kenapa dia berdua dalam satu kamar, apalagi dengan orang kulit hitam.
Begitu diingatkan oleh manajernya, “Kan Bapak yang mengharuskan bahwa di rumah sakit ini tidak boleh dihuni sendiri satu kamar, harus berdua,” Pastika melanjutkan ceritanya.
“Setelah membuat list, mereka pergi ke mana-mana. Ingin berburu di hutan safari di Afrika. Pergi dengan pesawat jet pribadinya. Tapi di manapun dia pergi, dia selalu bawa satu kaleng kopi luwak. Dikatakan inilah kopi paling enak di dunia dan paling mahal di dunia. Di situ saya tahu, bahwa kita banyak kopi luwak. Berarti kalau saya minum kopi luwak, sama dong saya
hebatnya dengan orang yang kaya raya itu,” ujar Pastika disambut tepuk tangan seluruh petani di Desa Landih. (viani)