Jumat, 17 Februari 2012

MANISNYA SESARI CANANGSARI (Edisi II/2012)

Bisnis canang sari menjanjikan keuntungan lumayan.  Pasarnya pun semakin luas, seiring  makin sempitnya waktu masyarakat Bali untuk “mejejahitan” sendiri.

Setiap sore, tepian jalan seputaran Denpasar kini tidak hanya padat oleh pedagang makanan kaki lima. Para pedagang canang juga memadati tepi-tepi jalan. Canang-canang yang dijual, sudah dalam kemasan plastik berbagai ukuran. Jarak antarpedagang bahkan hanya hitungan beberapa meter saja. Warung-warung makan atau kelontong pun tidak mau kalah, menyediakan beberapa bungkus canang di depan warungnya setiap sore hari.

Target pembelinya jelas, para pegawai kantor yang baru pulang bekerja. Pola penjualan canang  sari itu beragam. Ada yang membuat sendiri dan kemudian menjualnya langsung kepada konsumen, ada juga yang hanya menjadi “broker” atau pedagang murni. Untuk metode yang kedua, biasanya para pedagang menerima canang sari yang sudah dalam kemasan plastik dari seseorang yang memproduksi.

Pembuat canang sari itu biasanya mengantarkan langsung canang-canang tersebut ke pedagang, dengan memberi keuntungan tertentu. Sistemnya konsinyasi, atau titipan. Jadi, pedagang tidak perlu khawatir bila dagangannya tidak habis terjual, karena canang dapat sewaktu-waktu dikembalikan kepada  pembuatnya.

Posisi Menentukan Keuntungan
Menjamurnya pedagang canang sari, mengindikasikan bahwa bisnis ini benar-benar menjanjikan. Ya, bisnis ini memang menawarkan keuntungan lumayan secara ekonomis. Besarnya keuntungan, sangat tergantung di posisi mana Anda berada dalam rantai perdagangan produk ritual ini.

Ada tiga posisi berbeda yang bisa dipilih, sesuai dengan pola penjualan yang umum saat ini. Anda bisa menjadi produsen murni, pedagang murni, atau mengambil posisi kedua-duanya.  Bila Anda memilih jadi produsen, maka Anda tinggal memproduksi canang sari tanpa memikirkan sewa tempat dan tenaga untuk menjual. Anda hanya perlu melobi warung-warung terdekat untuk mau menjualkan canang sari yang Anda buat. Lobi ini tentu saja dilakukan dengan menawarkan keuntungan lumayan kepada mereka, untuk setiap bungkus canang yang terjual.

Salah seorang produsen canang yang tinggal di Jalan Katrangan Denpasar, Kadek Adi, mengaku harus memberikan keuntungan Rp 2.000 untuk setiap bungkus canang sari seharga Rp 7.000 kepada pedagang warung yang menjualkan produksinya. Jadi, siswa salah satu SMA di Denpasar itu hanya mendapat Rp 5.000 rupiah dari sebungkus canang sari seharga Rp 7.000 yang masing-masing berisi 25 buah.
Dari setiap bungkus canangsari dengan harga pokok Rp 5.000 per bungkus itu, Kadek Adi mengaku mendapat keuntungan rata-rata Rp 1.000 per bungkus.  “Modalnya mungkin sekitar Rp 4.000. Sedikit sih, tapi kalau dikalikan banyak, kan jadi lumayan,” kata anak kedua dari dua bersaudara itu.

Setiap harinya, Kadek Adi bisa membuat sekitar 100 bungkus canangsari. Artinya, keuntungan yang didapat sekitar Rp 100.000 per hari. “Lumayan buat nambah-nambah uang saku, juga bantu orang tua,” kata laki-laki yang biasa membuat canang sari sepulang sekolah. Untuk mempermudah kerjanya, Kadek Adi mengaku membeli ceper yang sudah jadi dari pasar.

Bila tak ingin repot seperti Kadek Adi, menjadi pedagang saja tentu lebih mudah. Anda tinggal mencari produsen canang sari, dan menawarkan bantuan untuk penjualan dengan imbalan keuntungan. Biasanya, keuntungan yang diperoleh pedagang jauh lebih besar dibandingkan produsen, seperti pengakuan Kadek Adi.  Pedagang umumnya mendapat keuntungan Rp 2.000 per bungkus, sedangkan produsen hanya mendapat Rp 1.000 per bungkus. Namun hal ini hanya bisa dilakukan oleh yang punya tempat untuk berjualan, atau ada biaya sewa tempat yang harus dikeluarkan.

Pedagang pun tidak perlu khawatir dengan risiko kerugian, karena sistem kerjasama-kerjasamanya konsinyasi atau titipan. Jadi, tidak ada uang yang harus dibayar dimuka oleh pedagang, dan setiap canang yang tidak laku bisa dikembalikan sewaktu-waktu.

Keuntungan terbesar bisa didapat oleh Anda yang mau menjalani dua-duanya sekaligus, yakni memproduksi dan menjualnya langsung. Untuk ini, Anda harus punya semuanya. Modal untuk membeli bahan baku, tempat berjualan atau biaya sewa tempat jualan, tenaga untuk membuat canang sari sekaligus tenaga untuk memasarkannya. Lebih repot, namun keuntungannya jelas lebih besar karena tidak harus dibagi. Hitungan kasarnya, untuk setiap bungkus canang sari seharga Rp 7.000, keuntungan yang diperoleh bisa mencapai Rp 3.000. Bila terjual sebanyak 100 bungkus canang sari sehari, artinya keuntungan yang diraih bisa mencapai Rp 300.000 sehari.

Berfluktuasi Tanpa Protes
Yang istimewa dari bisnis canang sari, termasuk bisnis banten lainnya, harga dapat berfluktuasi mengikuti harga bahan baku tanpa ada protes. Atau setidaknya, walau dengan sedikit gerundelan, pembeli akan tetap membeli. Menjelang hari Raya Galungan tahun ini misalnya, harga canang sari tiba-tiba melonjak jadi Rp 15.000 per bungkus isi 25 buah. Atau jelang Purnama harganya bisa Rp 12.000. Ini karena harga janur, bunga, dan berbagai  bahan bakunya yang tiba-tiba melonjak. Toh, canang sari tetap laku.

Selain karena kebutuhan, canang sari juga merupakan produk ritual yang bagi sebagian besar harus didasarkan keikhlasan. Sebuah konsep pemikiran yang berasal dari kearifan lokal Bali, yang memberi keuntungan secara ekonomis kepada pelaku bisnis ini. “Kalau orang beli canang, jarang ada yang nawar. Kadang-kadang ada juga yang nawar,” ujar Komang Eni, salah seorang pedagang canang di kawasan Kreneng Denpasar.

Tentu saja, bisnis ini juga harus dijalankan dengan kejujuran. Ketika semua bahan baku mulai turun ke harga normal, harga canang sari biasanya menyesuaikan.  Bila pedagang tidak mengembalikan ke harga normal, maka dijamin akan ditinggal pelanggannya. Karena ada banyak pedagang, ada banyak pilihan bagi konsumen.
Satu hal lagi, bisnis ini harus dijalankan dengan pengetahuan yang benar tentang konsep canang sari, tidak asal-asalan. Pastikan semua detil yang harus ada dalam canang sari, terpenuhi. Misalnya, ada porosan yang merupakan simbol Tri Murthi, yakni Brahma, Wisnu dan Siwa. Kalau tidak, maka yang Anda jual adalah rangkaian bunga dan janur, bukan canang sari.

Peluang usaha canang sari menjadi semakin besar, karena tidak sedikit umat Budha atau warga Tionghoa yang juga menggunakan tradisi canang sari dalam pemujaan di Konco atau Klenteng.
Jadi, sudah terbayang di benak Anda untuk mencoba mencicipi manisnya sesari dari berbisnis canang sari?  (erv)
Bagikan

SAJIAN TERBARU LAINNYA

  • SEBUAH PERAYAAN SEKADAR “ NGE-POP” (Edisi II/2013)Valentine Day menyimpan banyak pertanyaan  tentang nilai. Kali ini seorang budayawan  membedah arti perayaan Valentine Day, untuk menjadi renungan banyak orang. Tentu segalanya agar tak terkesan latah dalam berbudaya. Redaksi memilih seorang budayawan yang cukup tajam dalam pengamatan dan...(more)
  • MENEMUKAN VALENTINE YANG LEBIH UNIVERSAL (Edisi II/2013) Martir itu bernama Santo Valentinus. Ia menggoreskan pesan tentang keyakinannya pada kasih sayang, saat detik-detik sebelum hukuman mati dilaksanakan. "Dari Valentinusmu," tulisnya. Valentinus secara sadar melanggar larangan menikah yang digariskan oleh Raja Roma Claudius II (zaman itu raja...(more)
  • KASIH SAYANG SEPANJANG ZAMAN (Edisi II/2012) Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE ...(more)
  • BISNIS KASIH SAYANG ALA PANTAI KUTA (Edisi II/2013)Valentine Day yang menembus hampir semua usia, semua lapisan dan pelosok sebagai Hari Kasih Sayang, juga dirasakan merambah dunia pariwisata. Dunia pelancongan ini memang dikenal toleran terhadap sesuatu yang  baru termasuk budaya popular. Begitu juga bisnis akomodasi wisata di Bali. Bali,...(more)
  • DESA ADAT SEBAIKNYA PASIF (Edisi I/2013)Semarak Tahun Baru 2013 di Bali, tentu tak bisa dihindari. Berbagai niat dan ekspresi kegembiraan selalu mewarnai. Ada perbedaan tentunya dengan Tahun Baru Caka yang menjadi tradisi masyarakat Hindu Bali pada momen ini. Hampir seluruh kegembiraan yang rutin dalam pergantian tahun selalu ditandai...(more)
  • PERGANTIAN TAHUN MENJELANG, UANG BERPUTAR KENCANG (Edisi I/2013)Bali masih menjadi destinasi yang menarik bagi wisatawan. Apalagi di momen menjelang pergantian tahun, selalu menjadi wisata menarik dengan berbagai suguhannya. Terbukti dari tahun ke tahun, selalu saja wisatawan nusantara maupun dunia mendambakan pemandangan tersendiri di Pulau Dewata ini. Tak...(more)
  • MEMBERI MAKNA PADA PERGANTIAN TAHUN (Edisi I/2013)Pergantian tahun atau yang lazim disebut tahun baru, bagi tiap daerah dirayakan dan dimaknai dengan tradisi sendiri. Pun masyarakat Bali demikian adanya, ketika Tahun Baru Caka, datang. Tiap daerah memiliki tradisi berbeda secara ritual maupun spiritualnya. Ida Pedanda Gede Telaga, salah seorang...(more)
  • POSKO TAHUN BARU MARAK Bermanfaat atau Berlebih? (Edisi I/2013)Perayaan penghujung tahun tentu sah-sah saja. Pesta dan perayaan kecil memang selalu terlihat berulang mewarnai tutup tahun dan menyambut datangnya tahun baru. Ada rona kemeriahan dan kegembiraan di setiap sudut kota dan di banjar-banjar.  Kewajaran berpesta diamini oleh seorang aktivis muda...(more)
  • URUSAN PEREMPUAN, URUSAN SEMUA LINI (Edisi XII/2012)Hari AIDS Sedunia (HAS 2012) tengah melansir isu besar yang menjadi fokus utama dewasa ini -- perempuan dan anak. Menurut Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Denpasar, Tri Indarti, tema HAS tersebut sangat beralasan. “Data dari nasional hingga daerah, semua mendapati  bahwa kasus...(more)
  • UJICOBA TERAPI AIDS DENGAN REKAYASA GENETIKA (Edisi XII/2012)Penyakit HIV-AIDS hingga kini tetap belum dapat disembuhkan. Terapi kombinasi obat-obatan memang secara medis dapat mengendalikan serangan penyakit AIDS, namun efeknya hanya untuk memperpanjang umur penderita. Kini sejumlah ilmuwan dari Amerika Serikat melakukan uji coba pengobatan HIV-AIDS...(more)
  • PERAN KAUM MUDA CUKUP SIGNIFIKAN (Edisi XII/2012) Persoalan perempuan dan anak tak bisa dipecahkan sendiri. Semua pihak berkepentingan untuk menyelamatkan generasi. Dan isu HIV/AIDS adalah bagian penting yang terintegrasi dari kehidupan sosial perempuan dan anak. Begitu juga yang didengungkan dalam tema Hari AIDS Sedunia (HAS 2012). Persoalan...(more)
  • SINERGI BERBAGI PERAN ADALAH KUNCI (Edisi XII/2012)Hari AIDS Sedunia (HAS), diperingati setiap tahun oleh seluruh negara. Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat tengah menyiapkan rangkaian HAS dengan berbagai hal. Buku pedoman pun tengah dilansir melalui Kementerian Perlindungan Perempuan dan Anak Republik...(more)
  • MENCEGAH DAN MENGENDALIKAN BERSAMA (Edisi XI/2012)Data statistik Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) tentang kasus HIV/AIDS di Indonesia  menunjukkan secara komulatif kasus ini per 1 April 1987 hingga 30 Juni 2012 memiliki total jumlah yang terinfeksi di Indonesia sebanyak 86.762 orang. Sedangkan yang sudah dalam tahapan AIDS di Indonesia,...(more)
  • MENGELOLA RISIKO DENGAN POSITIF DAN KONSTRUKTIF (Edisi XI/2012)Awal Oktober lalu, RSUD Badung menolong persalinan ibu yang teridentifikasi ODHA. Ibu rumah tangga berusia 30-an tahun itu, melahirkan bayinya dengan operasi caesar yang disarankan oleh dokter. Tak ada kelainan fisik apapun pada bayi. Hanya saja menunggu 18 bulan lagi untuk mengetahui sang bayi...(more)
  • SUARA ODHA MENOLAK DISKRIMINASI (Edisi XI/2012)Lika-liku, penuh kenangan. Kesedihan berubah menjadi kebanggaan adalah kemungkinan yang ditasbihkan bagi Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). Itulah perjuangan yang sedang diyakini oleh kelompok ODHA saat ini. Penuh harapan dan selalu ingin mengubah keadaan yang membanggakan. Seperti yang dialami AR...(more)
  • Mengenang Komitmen Sanur MENITI HIDUP LEBIH BAIK (Edisi XI/2012)Perhelatan besar di dunia internasional setiap tanggal 1 Desember adalah Hari AIDS sedunia. Hari itu mengajak warga dunia untuk menorehkan kembali tentang kumpulan dari segala penyakit yang mempengaruhi tubuh manusia, dimana sistem kekebalan tubuh melemah dan tidak dapat merespon sesuai...(more)
  • “TIDAK PAS UNTUK BALI” (Edisi X/2012)Semakin menjamurnya tempat hiburan malam di wilayah Bali, di satu sisi memang memberikan dampak ekonomi yang cukup besar bagi masyarakat. Perputaran uang dari bisnis ini lumayan tinggi. Namun bagi pengamat ekonomi Gede Made Sadguna, keberadaan tempat-tempat hiburan tersebut tidak seharusnya...(more)
  • SEDAPNYA ATMOSFER DUNIA MALAM (Edisi X/2012) Sinar laser beragam warna beradu, menusuk setiap sudut ruang. Tubuh-tubuh yang bergerak ritmis, seolah berbalut busana warna-warni. Musik berdentum kuat hingga menggetarkan dada. Atmosfer ruangan menebar aroma alkohol . Perempuan bertubuh seksi sensual bergerak ritmis menggoyang badan. Wow...(more)
  • “DI BALIK PIRINGAN HITAM” (Edisi X/2012)Diskotek dan tempat clubbing, tidak lepas dari “pawang” piringan hitam yang dikenal  disc jockey (DJ). Disc jockey atau joki cakram yang kerap juga disebut hanya deejay adalah seseorang yang terampil memilih dan memainkan rekaman suara atau musik yang telah direkam sebelumnya. Media hasil...(more)
  • KETIKA HARGA SEMBAKO MELANGIT (Edisi IX/2012)Ketika harga bahan-bahan kebutuhan pokok melangit jelang Hari Raya Idul Fitri dan Galungan, Agustus lalu, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) se-Bali tidak tinggal diam. Pasar murah digelar serentak di 35 desa di seluruh Bali.  Ni Made Wenten tampak agak kelelahan membawa satu karung kecil beras...(more)