Sabtu pagi, 18 Februari 2012, seorang petani tampak asyik “matekap “ di sebuah lahan pertanian di Subak Lungatad Peguyangan Kangin, Denpasar Utara. Sebuah pemandangan yang sangat jarang ditemukan di lahan pertanian di Bali, apalagi di Kota Denpasar.
“Kalau saja petani kita masih mempertahankan budaya matekap ini ya, pasti asyik,” ujar seorang warga yang menyaksikannya.
Sayang memang, aksi sang petani bukanlah aksi sungguhan. Dia hanya sedang mengikuti lomba matekap yang tengah digelar Pemerintah Kota Denpasar dalam rangka hari ulang tahunnya yang ke-20. Kegiatan yang dirangkai dengan Rembug Tani dan Gelar Teknologi Pertanian itu digelar Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kota Denpasar bekerja sama dengan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Denpasar dalam rangka melestarikan budaya matekap sebagai salah satu budaya pertanian yang mendukung visi Kota Denpasar sebagai kota berwawasan budaya.
Selain lomba matekap, juga digelar lomba cerdas tangkas yang diikuti petani dan peternak serta lomba penanaman benih dengan menggunakan alat berteknologi sederhana bernama Sider.
Apakah Pemerintah Kota Denpasar akan kembali menggalakkan budaya matekap? Ternyata tidak. Walikota Denpasar Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra menyebut, lomba tersebut hanya dilakukan dalam rangka untuk lebih memantapkan pertanian perkotaan tanpa meninggalkan budaya lokal. Hal tersebut selaras dengan visi kota Denpasar yaitu Denpasar kreatif berwawasan budaya dalam keseimbangan menuju keharmonisan. “Dengan demikian,
budaya lokal jangan sampai ditinggalkan. Namun jangan sampai gagap teknologi,” tegas Rai Mantra.
Mempertahankan lahan pertanian di wilayah perkotaan bukanlah hal mudah. Problema klasik itu pula yang dihadapi para petani di Kota Denpasar. Pesatnya alih fungsi lahan pertanian menjadi perumahan, pertokoan, atau bahkan perhotelan, semakin sulit dibendung.
Pemerintah Kota Denpasar kini mulai memperkenalkan teknologi-teknologi sederhana dalam rangka membuat petani lebih senang bertani. Salah satunya yakni pengenalan alat penanaman benih dengan teknologi sederhana bernama Sider. “Upaya tersebut hendaknya dari tahun ke tahun perlu terus ditingkatkan dalam upaya memotivasi petani menerapkan teknologi.
“Seiring dengan perubahan pertanian menuju pertanian perkotaan perlu terus digali dan diupayakan terobosan-terobosan teknologi yang dapat memudahkan petani dalam bekerja di lahan pertaniannya. Di samping itu, dapat meningkatkan produktivitas tanaman pangan di Kota Denpasar,” ujar Rai Mantra yang dalam kesempatan itu juga menyerahkan bantuan 40 unit sider
kepada petani dengan harapan petani dapat memaksimalkan penggunaannya.
Dalam kesempatan tersebut, Walikota Denpasar menyatakan siap memberikan bantuan kepada petani, asalkan apa yang dibutuhkan benar-benar bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan petani. Rembuk Tani ini juga digunakan untuk mengevaluasi sejauh mana harmonisasi antara petani dengan penyuluh mengenai transfer ilmu bidang pertanian.
Untuk tahun 2012 ini, Lomba Gelar Teknologi meliputi Lomba Cerdas Tangkas,
Lomba Matekap dan Lomba menggunakan alat sider. Kadis Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kota Denpasar, Ambara Putra mengatakan kegiatan seperti ini akan terus dilaksanakan setiap tahun guna mewujudkan kota berwawasan budaya serta mensosialisasikan teknologi hemat tenaga kerja dan waktu. (viani)