Senin, 21 Mei 2012

MELINDUNGI SUBAK, MENGAMANKAN SUMBER PANGAN (Edisi V/2012)

Terancamnya eksistensi subak di Bali, menyusul semakin menyusutnya luasan lahan pertanian, mulai mendapat perhatian serius. Pemerintah Provinsi Bali tengah merancang peraturan daerah (Perda) yang khusus mengatur tentang perlindungan terhadap organisasi adat yang selama ini bekerja menjaga warisan budaya agraris di pulau dewata.



“Perda ini sangat strategis dan mendesak untuk melindungi Bali sebagai salah satu warisan budaya Bali, sekaligus juga untuk mempertahankan lahan pertanian kita. Kami ingin membuat Subak menjadi lebih kuat, sekaligus menjamin lahan pertanian kita tidak semakin habis karena dikonversi menjadi perumahan atau fasilitas pariwisata,” tegas Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali I Ketut Suastika.

Subak merupakan salah satu pilar penting dalam tradisi sosial dan budaya Bali. Namun dalam beberapa tahun terakhir, sistem subak semakin terancam oleh perkembangan industri pariwisata yang semakin tidak terkontrol. Setiap tahunnya, diperkirakan ada sekitar 1.000 hektar lahan pertanian beralih fungsi menjadi perumahan dan fasilitas pariwisata.
Data Badan Pusat Statistik Provinsi Bali tahun 2010 menunjukkan, total luasan sawah basah di Bali hanya tersisa 81.908 hektar, berkurang 23 hektar dibandingkan total area sawah basah di tahun 2009. Sementara itu, total luas lahan pertanian bukan sawah juga berkurang dari 274.092 hektar di tahun 2009 menjadi 273.363 hektar di tahun 2010.

Rancangan perda yang terdiri atas 24 pasal dan 11 bab tersebut akam mengatur beberapa hal seperti penguatan organisasi subak, pengaturan penggunaan air, dan lainnya. Sebagai contoh, pasal 18 mengatur bahwa semua pihak yang hendak menggunakan air untuk kepentingan non pertanian, wajib berkoordinasi dengan lembaga subak setempat. Pasal 19 dalam rancangan perda yang sama juga melarang siapapun melakukan perusakan terhadap saluran irigasi.
“Siapapun yang telah merusak saluran irigasi pertanian, akan dihukum. Hukumannya akan ditetapkan berdasarkan awig-awig subak setempat,” tegas Suastika.
Melalui perda tersebut, tambah dia, akan memperkuat fungsi awig-awig subak. “Awig-awig subak akan memiliki kekuatan lebih dengan penetapan perda ini,” tambah dia.

Suastika menegaskan, perda akan menjadi salah satu usaha yang serius dalam melestarikan dan memberdayakan subak. Pemberdayaan tersebut tidak hanya terkait dalam aspek budaya, namun juga aspek ekonomi. Perda juga akan mengatur upaya meningkatkan kemampuan petani, termasuk dalam membantu penguatan pasar. “Melalui perda ini, kami harap petani akan merasa lebih senang menjadi petani, menjadi sejahtera, sehingga mereka tidak akan mau menjual lahan pertaniannya,” tegas Suastika.

Selain Perda Subak, Pemerintah Provinsi Bali juga tengah merancang perda perlindungan lahan sebagai upaya lain mencegah alih fungsi lahan pertanian yang semakin tidak terkontrol. Perda tersebut merupakan implementasi dari undang-undang No. 41 tahun 2009 tentang perlindungan lahan pertanian pangan.
Perda tersebut akan mengatur mekanisme kontrol dan pengawasan atas alih fungsi lahan pertanian. Perda tersebut juga akan mengatur kewajiban bagi pemerintah daerah untuk mengimplementasikan upaya-upaya riil melindungi lahan pertanian. Pelanggaran atas perda tersebut nantinya dapat dikenakan sanksi denda maksimum Rp 50 juta.

“Perda perlindungan lahan pertanian pangan akan fokus pada upaya mencegah alih fungsi lahan pertanian. Perda ini nantinya akan bekerja secara bersama-sama untuk melindungi lahan pertanian kita. Bedanya, Perda subak akan lebih fokus pada upaya penguatan subak sebagai lembaga tradisional pengelola lahan pertanian,” jelas Kepala Dinas Pertanian Provinsi Bali Made Putra Suryawan.

Atas rencana perancangan perda perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan itu, Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Udayana Prof. Wayan Windia menanggapi dingin. “Menurut saya peraturan itu tidak akan bermanfaat, percuma,” ujarnya.

Menurut Windia, pada dasarnya tidak ada petani Bali yang ingin menjual lahannya yang sebagian besar merupakan warisan leluhur. Namun desakan ekonomi memaksa para petani untuk menjual lahannya, sehingga alih fungsi lahan pertanian menjadi marak.

“Permasalahan dasar yang harus dipecahkan sekarang adalah bagaimana membuat petani senang bertani. Kalau dia senang bertani, nggak akan dia menjual sawahnya,” kata Windia.
“Permintaan petani sebenarnya sederhana, yaitu irigasi dicukupi airya, dan pajak bumi dan bangunan disubsidi penuh,” tambahnya.

Menurut Windia, petani Bali belakangan semakin kesulitan mendapatkan air untuk irigasi karena harus berebut dengan kepentingan rafting, perhotelan, perumahan, maupun Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Ironisnya, prosedur sertifikasi tanah saat ini tidak lagi melibatkan kelompok subak sehingga tidak lagi mempertimbangkan keberadaan saluran irigasi pertanian.

  “Sertifikasi tanah diselesaikan di notaris saja, dan anggota subak tidak lagi dijadikan saksi. Jadi, developer main tutup saluran irigasi seenaknya. Terus bagaimana mau bertani kalau tidak ada air?” keluhnya.
Petani juga harus membayar pajak bumi dan bangunan dengan nilai yang sangat tinggi, setara dengan nilai pajak yang dibayarkan hotel, dan vila-vila di sekitarnya. Hal itu karena dasar pengenaan pajak adalah nilai jual tanah di lokasi tersebut yang terus mengalami penyesuaian setiap tahun. Semakin banyak hotel, vila dan perumahan, maka secara otomatis nilai jual tanah di sekitarnya naik. Artinya, pajak yang harus dibayarkan petani semakin tinggi, tidak sebanding dengan hasil pertaniannya.

“Pajak sangat menyakitkan. Kalau tanah di sekitarnya sudah dibangun banyak perumahan elite, meskipun dia miskin, dia tetap harus bayar pajak tinggi. Ya, mau nggak mau mereka akhirnya akan menjual lahannya,” kata Windia. (viani)

Bagikan

SAJIAN TERBARU LAINNYA

  • SEBUAH PERAYAAN SEKADAR “ NGE-POP” (Edisi II/2013)Valentine Day menyimpan banyak pertanyaan  tentang nilai. Kali ini seorang budayawan  membedah arti perayaan Valentine Day, untuk menjadi renungan banyak orang. Tentu segalanya agar tak terkesan latah dalam berbudaya. Redaksi memilih seorang budayawan yang cukup tajam dalam pengamatan dan...(more)
  • MENEMUKAN VALENTINE YANG LEBIH UNIVERSAL (Edisi II/2013) Martir itu bernama Santo Valentinus. Ia menggoreskan pesan tentang keyakinannya pada kasih sayang, saat detik-detik sebelum hukuman mati dilaksanakan. "Dari Valentinusmu," tulisnya. Valentinus secara sadar melanggar larangan menikah yang digariskan oleh Raja Roma Claudius II (zaman itu raja...(more)
  • KASIH SAYANG SEPANJANG ZAMAN (Edisi II/2012) Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE ...(more)
  • BISNIS KASIH SAYANG ALA PANTAI KUTA (Edisi II/2013)Valentine Day yang menembus hampir semua usia, semua lapisan dan pelosok sebagai Hari Kasih Sayang, juga dirasakan merambah dunia pariwisata. Dunia pelancongan ini memang dikenal toleran terhadap sesuatu yang  baru termasuk budaya popular. Begitu juga bisnis akomodasi wisata di Bali. Bali,...(more)
  • DESA ADAT SEBAIKNYA PASIF (Edisi I/2013)Semarak Tahun Baru 2013 di Bali, tentu tak bisa dihindari. Berbagai niat dan ekspresi kegembiraan selalu mewarnai. Ada perbedaan tentunya dengan Tahun Baru Caka yang menjadi tradisi masyarakat Hindu Bali pada momen ini. Hampir seluruh kegembiraan yang rutin dalam pergantian tahun selalu ditandai...(more)
  • PERGANTIAN TAHUN MENJELANG, UANG BERPUTAR KENCANG (Edisi I/2013)Bali masih menjadi destinasi yang menarik bagi wisatawan. Apalagi di momen menjelang pergantian tahun, selalu menjadi wisata menarik dengan berbagai suguhannya. Terbukti dari tahun ke tahun, selalu saja wisatawan nusantara maupun dunia mendambakan pemandangan tersendiri di Pulau Dewata ini. Tak...(more)
  • MEMBERI MAKNA PADA PERGANTIAN TAHUN (Edisi I/2013)Pergantian tahun atau yang lazim disebut tahun baru, bagi tiap daerah dirayakan dan dimaknai dengan tradisi sendiri. Pun masyarakat Bali demikian adanya, ketika Tahun Baru Caka, datang. Tiap daerah memiliki tradisi berbeda secara ritual maupun spiritualnya. Ida Pedanda Gede Telaga, salah seorang...(more)
  • POSKO TAHUN BARU MARAK Bermanfaat atau Berlebih? (Edisi I/2013)Perayaan penghujung tahun tentu sah-sah saja. Pesta dan perayaan kecil memang selalu terlihat berulang mewarnai tutup tahun dan menyambut datangnya tahun baru. Ada rona kemeriahan dan kegembiraan di setiap sudut kota dan di banjar-banjar.  Kewajaran berpesta diamini oleh seorang aktivis muda...(more)
  • URUSAN PEREMPUAN, URUSAN SEMUA LINI (Edisi XII/2012)Hari AIDS Sedunia (HAS 2012) tengah melansir isu besar yang menjadi fokus utama dewasa ini -- perempuan dan anak. Menurut Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Denpasar, Tri Indarti, tema HAS tersebut sangat beralasan. “Data dari nasional hingga daerah, semua mendapati  bahwa kasus...(more)
  • UJICOBA TERAPI AIDS DENGAN REKAYASA GENETIKA (Edisi XII/2012)Penyakit HIV-AIDS hingga kini tetap belum dapat disembuhkan. Terapi kombinasi obat-obatan memang secara medis dapat mengendalikan serangan penyakit AIDS, namun efeknya hanya untuk memperpanjang umur penderita. Kini sejumlah ilmuwan dari Amerika Serikat melakukan uji coba pengobatan HIV-AIDS...(more)
  • PERAN KAUM MUDA CUKUP SIGNIFIKAN (Edisi XII/2012) Persoalan perempuan dan anak tak bisa dipecahkan sendiri. Semua pihak berkepentingan untuk menyelamatkan generasi. Dan isu HIV/AIDS adalah bagian penting yang terintegrasi dari kehidupan sosial perempuan dan anak. Begitu juga yang didengungkan dalam tema Hari AIDS Sedunia (HAS 2012). Persoalan...(more)
  • SINERGI BERBAGI PERAN ADALAH KUNCI (Edisi XII/2012)Hari AIDS Sedunia (HAS), diperingati setiap tahun oleh seluruh negara. Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat tengah menyiapkan rangkaian HAS dengan berbagai hal. Buku pedoman pun tengah dilansir melalui Kementerian Perlindungan Perempuan dan Anak Republik...(more)
  • MENCEGAH DAN MENGENDALIKAN BERSAMA (Edisi XI/2012)Data statistik Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) tentang kasus HIV/AIDS di Indonesia  menunjukkan secara komulatif kasus ini per 1 April 1987 hingga 30 Juni 2012 memiliki total jumlah yang terinfeksi di Indonesia sebanyak 86.762 orang. Sedangkan yang sudah dalam tahapan AIDS di Indonesia,...(more)
  • MENGELOLA RISIKO DENGAN POSITIF DAN KONSTRUKTIF (Edisi XI/2012)Awal Oktober lalu, RSUD Badung menolong persalinan ibu yang teridentifikasi ODHA. Ibu rumah tangga berusia 30-an tahun itu, melahirkan bayinya dengan operasi caesar yang disarankan oleh dokter. Tak ada kelainan fisik apapun pada bayi. Hanya saja menunggu 18 bulan lagi untuk mengetahui sang bayi...(more)
  • SUARA ODHA MENOLAK DISKRIMINASI (Edisi XI/2012)Lika-liku, penuh kenangan. Kesedihan berubah menjadi kebanggaan adalah kemungkinan yang ditasbihkan bagi Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). Itulah perjuangan yang sedang diyakini oleh kelompok ODHA saat ini. Penuh harapan dan selalu ingin mengubah keadaan yang membanggakan. Seperti yang dialami AR...(more)
  • Mengenang Komitmen Sanur MENITI HIDUP LEBIH BAIK (Edisi XI/2012)Perhelatan besar di dunia internasional setiap tanggal 1 Desember adalah Hari AIDS sedunia. Hari itu mengajak warga dunia untuk menorehkan kembali tentang kumpulan dari segala penyakit yang mempengaruhi tubuh manusia, dimana sistem kekebalan tubuh melemah dan tidak dapat merespon sesuai...(more)
  • “TIDAK PAS UNTUK BALI” (Edisi X/2012)Semakin menjamurnya tempat hiburan malam di wilayah Bali, di satu sisi memang memberikan dampak ekonomi yang cukup besar bagi masyarakat. Perputaran uang dari bisnis ini lumayan tinggi. Namun bagi pengamat ekonomi Gede Made Sadguna, keberadaan tempat-tempat hiburan tersebut tidak seharusnya...(more)
  • SEDAPNYA ATMOSFER DUNIA MALAM (Edisi X/2012) Sinar laser beragam warna beradu, menusuk setiap sudut ruang. Tubuh-tubuh yang bergerak ritmis, seolah berbalut busana warna-warni. Musik berdentum kuat hingga menggetarkan dada. Atmosfer ruangan menebar aroma alkohol . Perempuan bertubuh seksi sensual bergerak ritmis menggoyang badan. Wow...(more)
  • “DI BALIK PIRINGAN HITAM” (Edisi X/2012)Diskotek dan tempat clubbing, tidak lepas dari “pawang” piringan hitam yang dikenal  disc jockey (DJ). Disc jockey atau joki cakram yang kerap juga disebut hanya deejay adalah seseorang yang terampil memilih dan memainkan rekaman suara atau musik yang telah direkam sebelumnya. Media hasil...(more)
  • KETIKA HARGA SEMBAKO MELANGIT (Edisi IX/2012)Ketika harga bahan-bahan kebutuhan pokok melangit jelang Hari Raya Idul Fitri dan Galungan, Agustus lalu, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) se-Bali tidak tinggal diam. Pasar murah digelar serentak di 35 desa di seluruh Bali.  Ni Made Wenten tampak agak kelelahan membawa satu karung kecil beras...(more)