Surfing menjadi bagian tak terpisahkan dari aktivitas pantai-pantai di Bali. Siapa menyangka kalau masyarakat Bali justru telah mengenal permainan menantang ini, jauh sebelum kedatangan wisatawan asing ke Bali.
Masrupan, begitu anak-anak nelayan Kuta di masa lalu biasa menyebut permainan ini. Sebelum Kuta berkembang sebagai destinasi wisata, sebagian besar masyarakatnya berprofesi sebagai nelayan. "Waktu itu kita belum tahu yang namanya surfing," cerita I Made Supatra Karang, salah seorang mantan peselancar asal Kuta.
Masrupan tak jauh beda dengan surfing (selancar air). Masrupan dimainkan dengan mengayun-ayunkan badan di atas ombak dengan sebuah papan kayu. Bedanya, papan yang digunakan berukuran kecil, hanya sekitar 40 x 60 cm. Ukurannya serupa dengan boogie board, jenis lain papan selancar yang kini banyak digunakan wisatawan.
Papan yang digunakan untuk masrupan tersebut, juga bukan papan khusus. Papan-papan tersebut hanyalah sandaran duduk nelayan di atas perahu. "Jadi kami dulu sering sekali dimarahi orang tua kami, karena mengambil papan secara sembarangan dari perahu," kenang Supatra.
Olahraga surfing yang sebenarnya, baru diketahui anak-anak Kuta ketika ada wisatawan dari Amerika dan Australia datang ke Bali dengan membawa papan surfing pada era tahun 1970-an. Sebagian besar diantara wisatawan itu adalah backpackers, wisatawan yang datang dengan hanya bermodal satu tas ransel dan tidak di-handle travel agent.
Papan surfing yang dibawa wisatawan, sempat membuat anak-anak Kuta terheran-heran. Namun setelah diperkenalkan dengan papan tersebut, anak-anak Kuta mulai menjajal permainan ini. Makin hari, makin banyak saja anak-anak Kuta yang tertarik dengan olahraga ini. Sejak itu pula muncul bakat-bakat surfer lokal Bali.
Pandangan miring sempat tertuju pada aktivitas surfing ketika awal perkenalannya di Kuta. Selain dinilai berbahaya, banyak orangtua menuding surfing sebagai aktivitas tidak berguna. Pasalnya, banyak surfer yang cenderung melupakan kewajibannya belajar di sekolah hanya gara-gara keasyikan menantang ombak Pantai Kuta.
Namun tudingan miring tak membuat para surfer balik kanan. Mereka yang jumlahnya tidak banyak ketika itu, terus saja bermain. Mengundang ketertarikan rekan-rekan sepermainan mereka. Membangun komunitas peselancar yang terus bertambah setiap tahunnya. "Sekarang perkembangannya luar biasa" tegas Supatra.
Surfing mulai mendapat tempat sejak kompetisi-kompetisi surfing banyak digelar. Walau iming-iming hadiah yang ditawarkan tak seberapa besar, kompetisi-kompetisi itulah yang sukses membangun generasi-generasi baru peselancar Bali. Kompetisi besar pertama yang jadi tonggak kebangkitan surfing di Bali adalah Kejuaraan Surfing Dunia Profesional dan Amatir pada tahun 1980. Kegiatan yang disponsori Om Company, sebuah perusahaan dengan brand surfing.
Surfing makin berkembang sejak terbukanya kesempatan bagi surf berkompetisi. Itu terutama terjadi setelah masuknya beberapa surf brand asing seperti Quiksilver dan Billabong ke Bali sejak 1991.
Sejak itu pula, komunitas-komunitas surfer terus berkembang. Olahraga ekstrem itu kini tak sekadar tempat penyaluran hobi. Beberapa anak muda Kuta menggantungkan hidup dari surfing. Bukan hanya dari hadiah-hadiah memenangkan kompetisi, tetapi juga dari gaji yang mereka dapat dari sponsor mereka.
Beberapa surfer Bali kini sudah dipercaya sebagai raider (duta) bagi berbagai merek kostum dan asesoris surfing. Bila berhasil menjadi raider, gaji yang ditawarkan umumnya tak sedikit. Hitungannya mencapai puluhan juta rupiah per tahun. Sebagai konsekuensi, ia wajib menjaga prestasinya dalam setiap kompetisi. Raider juga harus tetap surfing dan mencoba tampil lebih baik dari waktu ke waktu, serta tentu saja wajib menggunakan segala asesoris dengan brand tersebut pada setiap kesempatan. Tak boleh ada brand pesaing lain yang menempel di tubuh raider setiap harinya. Artinya, raider harus benar-benar loyal dengan produk-produk sponsornya.
Raider juga wajib mengikuti seluruh kompetisi surfing, baik dalam maupun luar negeri. Tentu saja, semua kompetisi difasilitasi oleh perusahaan. Jadi, raider hanya perlu mempersiapkan fisik dan mentalnya untuk memenangkan kompetisi. (viani)