Suasana khusyuk begitu terasa di tengah umat Hindu yang merayakan Tumpek Wayang, Sabtu, 26 Mei. Umat mencakupkan kedua tangan, memohon berkah dari Tuhan dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Ringgit. Dengan sarana kwangen di tangan, umat khusyuk melakukan persembahyangan.
Jika diperhatikan, kwangen yang terbuat dari rangkaian daun pisang dan janur, ternyata tak hanya diisi dengan bunga-bungaan wangi aneka warna. Di bagian kwangen terdapat depan dua keping uang kepeng atau yang oleh masyarakat Bali dikenal dengan sebutan pis bolong. Tak hanya pada kwangen, pada berbagai sarana yadnya, selalu ditemukan adanya penggunaan pis bolong ini.
Penggunaan pis bolong, terang I Gusti Mangku Pepasih XII, memang sangat lumrah dalam sarana upacara umat Hindu di Bali. Hanya saja perlu diingat penggunaan pis bolong ini dalam berbagai sarana upacara bukanlah terkait dengan fungsi uang.
Penggunaan pis bolong dalam berbagai sarana upacara merupakan penggunaan 5 unsur atau yang dikenal dengan panca datu. Kelima unsur ini di antaranya emas, perak, tembaga, timah dan juga besi. Kelima unsur ini juga dikenal dengan sebutan panca bumi.
“Pis bolong merupakan sesuatu yang dianggap mewakili panca datu. Pis bolong digunakan karena di dalamnya telah terkandung kelima unsur ini. Jadi yang utama bukan uangnya, melainkan apa yang terkandung di dalamnya. Inilah yang utama,” jelasnya.
Panca datu sangat penting karena dari sinilah semua yang ada di alam semesta berasal. Tak hanya itu. Pis bolong dengan kandungan panca datu-nya juga bermakna sebagai sarana pembersihan dan penyucian, sehingga persembahan yang dilakukan akan bersifat suci terbebas dari segala kekotoran.
Karenanya dalam setiap upacara yang dilakukan bukan banyak atau sedikitnya jumlah uang yang digunakan sebagai patokan, melainkan kandungan yang dimiliki oleh pis bolong itu sendiri. Karena yang diutamakan adalah kandungan yang dimiliki oleh sebuah pis bolong, maka penggunaan pis bolong yang berbahan besi plat sangat tidak disarankan.
“Kalau tidak ada pis bolong, biasanya digunakan sarana lain seperti ceng-ceng atau kempur. Kedua benda ini biasanya juga telah mengandung panca datu. Jadi jangan menggunakan uang plat ataupun uang kertas karena intinya bukan nilai,” ujarnya.
Jika memang ada benda lain yang mengandung panca datu, maka benda tersebut dapat digunakan untuk menggantikan pis bolong. Hanya saja karena Hindu bersifat sangat fleksibel, zaman dulu digunakanlah pis bolong untuk menyimbolkan panca datu. Pis bolong memang telah dikenal masyarakat Bali sejak lama sebagai alat pertukaran.
“Bayangkan jika setiap akan melaksanakan yadnya kita harus selalu mencari sedikit emas, sedikit perak, tembaga, timah dan besi! Tentu akan sangat sulit untuk ber-yadnya. Jadi dipilihlah pis bolong ini. Memang Hindu itu flesibel. Bayangkan saja jika tak bisa ditemukan telor bebek sebagai sarana, maka bisa digantikan dengan jagung. Logikanya karena bebek makan jagung, jadi telor datangnya juga dari jagung,” ungkapnya.
Datu yang terkandung dalam pis bolong inilah yang akan menghidupkan sarana yadnya. Penggunaannya juga bisa bermakna mengembalikan Siwa yang utama sebagai penguasa alam semesta. Pun demikian perhitungan tertentu dalam penggunaan pis bolong ini seperti nilai 225. Angka ini diidentikkan dengan Siwa. Penggunaan pis bolong juga terkadang berdasarkan urip dan arah mata angin atau berdasarkan tingkatan upacara yang dilaksanakan.
Tak hanya sebagai sarana yadnya, pis bolong juga dipercaya memiliki kekuatan magis. Tetapi tak semua pis bolong seperti ini. Hanya pis bolong yang memiliki ciri tertentu yang sering dijadikan incaran. Ini dikarenakan benda berbentuk bulat ini dianggap memiliki keunikan dan kemampuan yang istimewa sehingga akan memberikan berkah tersendiri bagi pemiliknya.
Pis bolong semacam ini biasanya diberikan nama sesuai dengan tokoh pewayangan seperti Arjuna, Sangut, Tualen, Hanoman dan sebagainya. Pun demikian dengan kemampuan yang dimiliki, dipercaya sebagaimana kemampuan ataupun sifat dari tokoh tersebut. Seperti misalnya pis bolong Arjuna dipercaya bisa membuat seorang pria menjadi begitu menarik seperti tokoh Arjuna dalam pewayangan yang digandrungi perempuan. Mereka yang memiliki pis bolong Arjuna akan dengan mudah memikat hati lawan jenisnya.
Terlepas dari maknanya dalam setiap upacara yadnya maupun kepercayaan akan kekuatan magis yang dimilikinya, pis bolong merupakan bukti luasnya pergaulan dari para leluhur kita dan kemampuan mereka menerima budaya dari luar. Pis bolong yang berbentuk bulat dengan lubang persegi bagian tengahnya merupakan mata uang Cina. Ini dapat dilihat dari cetakan huruf-huruf Cina yang terdapat dalam setiap kepingnya.
Pis bolong mulai dikenal di Indonesia sejak tahun 1293 M, semasa kejayaan Majapahit. Berasal dari perdagangan antara Majapahit dengan Cina. Ketika itu Majapahit belum mempunyai uang kartal. Maka digunakan uang kepeng sebagai alat tukar dalam perdagangan. Perdagangan di masa itu dikuasai oleh saudagar-saudagar Cina. Akan tetapi seiring perjalanan waktu, fungsi pis bolong terus bergeser hingga menjadi seperti saat ini.(ayu)