Minggu, 29 Juli 2012

SEMBILAN PENGABDI SENI TRADISI (Edisi VII/2012)

Mengabdikan diri pada bidang seni hingga usia tua, tidak pernah dicita-citakan I Wayan Cenik Wijana (56), seniman Kerawitan dari Kabupaten Karangasem. Toh, pria yang sejak usia sepuluh tahun telah menyenangi tabuh dan tari Bali itu, kini tetap mengabdi pada seni tradisi di usia tuanya. Ia pun menjadi salah satu dari sembilan orang seniman tua yang dinobatkan sebagai Pengabdi Seni 2012 oleh Pemerintah Provinsi Bali. 
Bersama delapan seniman tradisional lainnya, Cenik Wijana menerima langsung penghargaan itu dari Gubernur Bali Made Mangku Pastika, 18 Juni lalu. Delapan seniman lainnya yang menerima penghargaan serupa yakni I Gusti Ngurah Ketut Sudiarta (64), seniman dalang wayang kulit dari Kabupaten Tabanan; I Made Suwana (73), seniman tari dari Ubud, Kabupaten Gianyar; I Made Mertha (68), seniman seni ukir dari Desa Gerih, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung; I GN Oka Putra (70), seniman drama dari Kelurahan Sesetan, Kota Denpasar; AA Gede Dharma Agung (60), seniman undagi dari Kabupaten Bangli; I Nyoman Usana (69), seniman seni sastra dari Nusa Penida, Kabupaten Klungkung; I Made Suama S.Pd (61), seniman kerawitan dari Kabupaten Jembrana; dan Ketut Jingga (60), seniman tari dan pembuat rindik dari Kabupaten Buleleng.
Selain menerima piagam, para seniman juga menerima hadiah uang tunai senilai masing-masing Rp 6 juta. “Ini penghargaan yang sangat membanggakan. Saya senang sekali bisa menerimanya,” jelas Cenik Wijana.
Berasal dari keturunan keluarga seniman, Ceni Wijana yang akrab disapa Yan Nik seringkali mengikuti lomba menabuh dan tari sejak masih kanak-kanak. Pada usia 12 tahun, ia bahkan sudah ikut menjadi sekaa angklung di desanya, Desa Duda, Karangasem. Dengan mengikuti latihan secara intensif, tiga tahun kemudian ia bergabung dengan sekaa gong kebyar, menyusul kemudian belajar gender wayang dan gambong, salah satu jenis kesenian yang tergolong langka.
Suami dari Ni Nyoman Suweca itu juga pernah mendapat kepercayaan sebagai peserta Festival Tari Nusantara tahun 1994, juga memperkuat duta seni Karangasem dalam pentas di Taman Mini Indonesia Indah Jakarta pada 2011. Bahkan di tahun 1997, ia sempat mengikuti lawatan ke Jepang untuk memperkuat tim kesenian Bali di negeri Matahari Terbit itu.
“Saya menikmati semua aktivitas saya bidang kesenian, dan saya akan terus melanjutkannya,”ungkapnya.
Gubernur Bali Made Mangku Pastika menyatakan pentingnya peran para pengabdi seni dalam melestarikan, mengembangkan, serta menjaga generasi seniman Bali. “Penghargaan ini diberikan sebagai penghormatan kepada para pengabdi seni yang telah mampu melestarikan dan mengembangkan seni tradisional, serta menciptakan generasi penerus seni tradisional Bali,” ujar Pastika.
“Beliau-beliau ini sebenarnya adalah pewaris segala cipta rasa dan karsa para leluhur terdahulu. Dari apa yang beliau warisi itu telah benar-benar dihayati nilai-nilainya, kemudian dikembangkan dan diteruskan kepada generasi berikutnya, termasuk kepada kita sekalian,” tegasnya.
“Kemampuan beliau tidak perlu diragukan lagi, hasil karya nyata yang telah digeluti sejak kecil hingga sekarang sudah mewariskan kepada kita semua. Ini sebuah pengabdian yang luar biasa nilainya terhadap pembangunan bangsa dan negara yang kita cintai,” tegas Pastika.
Pemerintah Provinsi Bali telah memberikan penghargaan kepada 381 seniman tradisional dalam kurun 34 tahun terakhir. Penghargaan kepada seniman tersebut di luar kegiatan dalam menyambut HUT Pemprov Bali setiap tahun yang juga ditandai dengan penyerahan Dharma Kusuma, penghargaan tertinggi dalam bidang seni. (viani)
Bagikan

SAJIAN TERBARU LAINNYA