Kamis, 30 Agustus 2012

SINERGI DENGAN DESA WISATA (Edisi VIII/2012)

Ketimpangan ekonomi dan tidak sinerginya antara sektor pertanian dengan pariwisata selama ini menjadi masalah utama yang dihadapi Bali. Desa wisata menjadi alternatif solusi yang bisa mengakomodir semuanya.
Pengembangan desa wisata dapat memadukan sektor pertanian sebagai basis ekonomi masyarakat Bali dengan sektor pariwisata. Mantan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata yang juga penasehat Bali Desa Wisata Ekologi (Bali Dwe), I Gede Ardika, menegaskan bahwa pengembangan desa wisata akan memberikan dampak langsung secara ekonomi ke masyarakat desa. “Ini dapat menjadi solusi yang sangat efektif untuk mengatasi masalah ketimpangan ekonomi,” tegasnya.
Desa wisata, kata Ardika, merupakan salah satu implementasi wujud dari kosep dasar yang telah diletakkan dalam Undang-Undang Kepariwisataan, yakni kehidupan dalam keseimbangan. Inti dari konsep itu adalah, manusia merupakan subjeknya, masyarakat yang menghasilkan budaya.  Jadi masyarakat yang menghasilkan budaya itulah yang harus menjadi utama dalam kegiatan kepariwisataan Indonesia .
“Itu yang harus jadi sasaran sehingga kepariwisataan mempunyai fungsi untuk pemerataan pembangunan dalam rangka ikut mengentaskan kemiskinan,” ujar Ardika.
Namun Ardika mendorong desa-desa di Bali mengambil inisiatif sendiri untuk pengembangan desanya, bukan hanya menunggu pemerintah. “Prinsip dasar pembangunan kepariwisataan sesuai Undang-Undang Kepariwisataan sudah meletakkan masyarakat sebagai subjek. Jadi masyarakat  harus didorong mengambil inisiatif dan tanggung jawab untuk memperbaiki dirinya sendiri. Jangan menunggu diperbaiki oleh orang lain,” kata Ardika.
“Sekarang  masyarakat desalah yang harus sadar dan mau memperbaiki dirinya menggunakan kepariwisataan sebagai alat untuk, baik itu peningkatan kesejahteraan maupun pelestarian nilai-nilai budaya, adat istiadat setempat,” tambahnya.
Berbicara potensi pasar desa wisata, Ardika memastikan sangat besar. Potensinya tidak hanya berasal dari wisatawan mancanegara, tetapi juga wisatawan domestik. “Desa wisata memiliki potensi pasar yang tidak pernah habis. Tidak kalah penting adanya jaringan antar desa wisata untuk bisa lebih mengembangkan diri, ” tegas Ardika.
Salah seorang pelaku desa wisata di Desa Sudaji, Kabupaten Buleleng, Gede Suharsana menjelaskan konsep desa wisata sangat diminati wisatawan, terutama dari kawasan Eropa. “Mereka suka melihat hal-hal yang tradisi, melihat langsung kehidupan masyarakat desa, dan merasakan bagaimana pola kehidupan masyarakat,” tegasnya. 
Rintisan desa wisata Sudaji sendiri sudah dimulai tahun 2008 silam. Tak tanggung, hingga saat ini sudah sekitar 1.500 wisatawan asing maupun domestik yang datang ke Sudaji hanya untuk menikmati budaya dan adat istiadat masyarakatnya. Para wisatawan juga menginap di Desa Sudaji, dengan menyewa rumah-rumah penduduk.
Desa Sudaji memiliki berbagai daya tarik wisata yang dipastikan akan memberikan nilai lebih. Selain memiliki berbagai kegiatan adat istiadat yang unik, Sudaji juga memiliki keunikan dengan aktivitas warganya yang sebagian besar mengelola sawah atau perkebunan buah-buahan. Wisatawan juga dapat berkunjung ke air terjun yang terletak di desa tetangganya, Desa Sekumpul. 
“Semua desa sebenarnya bisa mengembangkan hal ini. Tidak perlu ada vila atau hotel di desa untuk melayani mereka. Justru desa wisata harus memberdayakan rumah-rumah penduduk, sehingga dampaknya dirasakan oleh semua warga desa,” Suharsana mengingatkan. (viani)

Bagikan

SAJIAN TERBARU LAINNYA