Selasa, 25 September 2012

PEMUTERAN, DESA WISATA BAHARI (Edisi IX/2012)



Sekitar 55 km dari kota Singaraja menuju pelabuhan Gillimanuk, Anda akan banyak disuguhi suasana bentang samudera utara Bali. Laut yang khas di utara Bali, buih ombak yang tak seberapa besar namun menyapa hati untuk selalu merasakan pasirnya. Nuansa elok di siang hari itu terdapat di Desa Pemuteran, Kecamatan Gerogak Kabupaten Buleleng.
Di desa ini, seperti pemandangan di lokasi wisata lainnya, keakraban wisatawan mancanegara dengan penduduk desa tengah melarut. Terkesan lebih alami, karena bangunan hotel dan cafe bercampur rumah penduduk masih mengental dan berasa. Wisatawan mancanegara seakan disuguhkan keaslian dan pesona laut yang tenang di sini.
Laut di desa ini yang akrab dengan sebutan Teluk Pemuteran, menyimpan perjalanan panjang hingga menjadi destinasi wisata. Dari kondisi rusaknya biota alam bawah laut hingga kemudian upaya warga desa untuk menyulapnya menjadi indah. Saat itu, kisah panjang pada medio tahun 90-an dimana pencarian ikan hias di seputar Teluk Pemuteran menjadi mata pencaharian andalan warga desa. Alhasil, kerusakan alam bawah laut tak terhindar lagi pada kisah itu.
Menjadi lain sekitar 10 tahun berjalan hingga sekarang. Wisatawan mancanegara menetapkan diri untuk long stay karena terpikat oleh keindahan biota laut Pemuteran. Aktivitas diving dan snorkling menjadi pemandangan rutin dari perbauran relasi warga lokal dengan turis wisman ini. Seperti yang dikatakan seorang tokoh masyarakat di desa ini, Agung Prana, para turis selalu terpikat dengan keindahan bawah laut.
“Mereka selalu berkabar kepada kerabatnya di negeranya tentang indahnya alam bawah laut di sini. Kami cukup berbangga karena peran mereka juga mempromosikan indahnya laut kami,” ujar sang tokoh yang giat melakukan upaya konservasi terumbu karang ini.
Keindahan yang natural itu tengah hidup dari keterpurukannya pada 3 teluk lainnya. Yang selalu ikut memmbingkai keindahan di Teluk Pemuteran ini. Tak bisa dipungkiri, berbanding lurus dengan keindahan alamnya, pembangunan cafe dan penginapan dari yang sederhana hingga berbintang meramaikan merek desa wisata ini. Tentu, merek desa wisata dengan kekuatan pelestarian terumbu karang adalah pilihan pelaku wisata di desa ini.
Upaya pelestarian warga desa yang terikat dalam Yayasan Karang Lestari patut diapresiasi saat menyulap keindahan laut di desa ini. Seperti dijelaskan sebelumnya, ternyata pemulihan dari kondisi rusak hingga mengantarkan kepada sesuatu yang indah merupakan kekuatan komunitas Desa Pemuteran sendiri. Melalui yayasan itu, mereka membuat tehnologi biorock untuk pemulihan terumbu karang. Uniknya, tehnologi itu yang diyakini warga desa untuk bergegas menetapkan diri sebagai pelaku konservasi laut. Tehnologi tepat guna dengan kombinasi listrik dan peran kultural sebagai komunitas yang khas di Bali tengah berhasih menyulap upaya konservasi.
Alhasil, wisatawan tak hanya dikesankan oleh bentuk indahnya karang buatan warga yang tergabung dalam Yayasan Karang Lestari dengan Biorock Center-nya. Tetapi, proses pelestarian secara kolektif itu adalah bagian ikon pembelajaran yang menyertai merek desa wisata itu sendiri. Merek desa wisata berkombinasi dengan desa pembelajaran konservasi terumbu karang. Tak jarang, para turis ingin mengetahui proses pelestarian pada Biorock Center itu yang tentu saja aktivitas itu terkabarkan hingga mendunia. Hingga kemudian mengantarkan United Nation Development Program, sebuah badan PBB untuk menyematkan penghargaan dunia bertajuk The Equator Prize Award kepada Yayasan Karang Lestari di Desa Pemuteran. (ern)

Bagikan

SAJIAN TERBARU LAINNYA