Sekitar 55 km
dari kota Singaraja menuju pelabuhan Gillimanuk, Anda akan banyak disuguhi
suasana bentang samudera utara Bali. Laut yang khas di utara Bali, buih ombak
yang tak seberapa besar namun menyapa hati untuk selalu merasakan pasirnya.
Nuansa elok di siang hari itu terdapat di Desa Pemuteran, Kecamatan Gerogak
Kabupaten Buleleng.
Di desa ini, seperti pemandangan di lokasi wisata lainnya,
keakraban wisatawan mancanegara dengan penduduk desa tengah melarut. Terkesan
lebih alami, karena bangunan hotel dan cafe
bercampur rumah penduduk masih mengental dan berasa. Wisatawan mancanegara
seakan disuguhkan keaslian dan pesona laut yang tenang di sini.
Laut di desa ini yang akrab dengan sebutan Teluk Pemuteran,
menyimpan perjalanan panjang hingga menjadi destinasi wisata. Dari kondisi
rusaknya biota alam bawah laut hingga kemudian upaya warga desa untuk
menyulapnya menjadi indah. Saat itu, kisah panjang pada medio tahun 90-an
dimana pencarian ikan hias di seputar Teluk Pemuteran menjadi mata pencaharian
andalan warga desa. Alhasil, kerusakan alam bawah laut tak terhindar lagi pada
kisah itu.
Menjadi lain sekitar 10 tahun berjalan hingga sekarang.
Wisatawan mancanegara menetapkan diri untuk long stay karena terpikat
oleh keindahan biota laut Pemuteran. Aktivitas diving dan snorkling menjadi
pemandangan rutin dari perbauran relasi warga lokal dengan turis wisman ini.
Seperti yang dikatakan seorang tokoh masyarakat di desa ini, Agung Prana, para
turis selalu terpikat dengan keindahan bawah laut.
“Mereka selalu berkabar kepada kerabatnya di negeranya
tentang indahnya alam bawah laut di sini. Kami cukup berbangga karena peran
mereka juga mempromosikan indahnya laut kami,” ujar sang tokoh yang giat
melakukan upaya konservasi terumbu karang ini.
Keindahan yang natural itu tengah hidup dari keterpurukannya
pada 3 teluk lainnya. Yang selalu ikut memmbingkai keindahan di Teluk Pemuteran
ini. Tak bisa dipungkiri, berbanding lurus dengan keindahan alamnya, pembangunan cafe dan penginapan dari yang sederhana
hingga berbintang meramaikan merek desa wisata ini. Tentu, merek desa wisata
dengan kekuatan pelestarian terumbu karang adalah pilihan pelaku wisata di desa
ini.
Upaya pelestarian warga desa yang terikat dalam Yayasan
Karang Lestari patut diapresiasi saat menyulap keindahan laut di desa ini.
Seperti dijelaskan sebelumnya, ternyata pemulihan dari kondisi rusak hingga
mengantarkan kepada sesuatu yang indah merupakan kekuatan komunitas Desa
Pemuteran sendiri. Melalui yayasan itu, mereka membuat tehnologi biorock
untuk pemulihan terumbu karang. Uniknya, tehnologi itu yang diyakini warga desa
untuk bergegas menetapkan diri sebagai pelaku konservasi laut. Tehnologi tepat
guna dengan kombinasi listrik dan peran kultural sebagai komunitas yang khas di
Bali tengah berhasih menyulap upaya konservasi.
Alhasil, wisatawan tak hanya dikesankan oleh bentuk indahnya
karang buatan warga yang tergabung dalam Yayasan Karang Lestari dengan Biorock
Center-nya. Tetapi, proses pelestarian secara kolektif itu adalah bagian
ikon pembelajaran yang menyertai merek desa wisata itu sendiri. Merek desa
wisata berkombinasi dengan desa pembelajaran konservasi terumbu karang. Tak
jarang, para turis ingin mengetahui proses pelestarian pada Biorock Center itu
yang tentu saja aktivitas itu terkabarkan hingga mendunia. Hingga kemudian
mengantarkan United Nation Development Program, sebuah badan PBB untuk
menyematkan penghargaan dunia bertajuk The Equator Prize Award kepada
Yayasan Karang Lestari di Desa Pemuteran. (ern)