Apa yang dimakan, itulah diri Anda. Slogan tersebut menjadi inspirasi pola hidup sehat, yang kini menjadi tren kalangan masyarakat perkotaan. Banyaknya temuan penyakit yang bersumber dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari, membuat manusia semakin sadar akan pola hidup sehat. Banyak orang beralih ke pola makan sehat, misalnya pelan-pelan beralih mengkonsumsi makanan serba organik -- makanan yang berasal dari tanaman bebas bahan kimia saat proses penanamannya.
Tak hanya makanan. Semua yang diberi label organik mulai diburu orang-orang yang sadar akan gaya hidup sehat. Cerdaslah memutuskan gaya hidup mana yang dipilih. Ingin sehat, atau rela menjadi ‘korban’ produk serba instan dan menyesal di kemudian hari?
Slogan ‘Sehat itu Mahal’ sudah terlalu sering didengungkan. Mengapa baru tersadar saat penyakit sudah mulai menggerogoti ketahanan tubuh, menyerah dan mengaku kalah pada pola hidup tidak sehat di masa lampau. Sebelum mengalaminya, patut mencari tahu tentang pola hidup sehat serta menerapkannya untuk diri sendiri dulu. Alangkah beruntungnya bila tindakan nyata itu ditiru oleh orang-orang sekitar.
Sebenarnya tidak semua makanan bisa dikatakan sebagai sumber penyakit. Makanan yang berasal dari tanaman yang mengandung banyak bahan kimia saat proses penanamannya itulah yang berbahaya. Bila sebagai konsumen tidak mau ‘dikorbankan’, mulailah teliti bahan makanan apa saja yang dikonsumsi keluarga sehari-hari.
Dari rasa prihatin terhadap keadaan inilah, membuat pasangan suami istri Bambang Supriyanto (staf bagian Tanah Negara, BPN Kanwil Denpasar-Bali) dan Enfaretno Puji Winarni, memutuskan untuk memulai tindakan nyata dengan merubah pola hidup lama, menggantinya dengan konsumsi makanan serba organik.
‘’Ingin sehat itu harus niat dari diri sendiri. Buktikan dengan tindakan nyata dulu, baru bisa presentasi pada orang lain,’’ ujar Enfaretno.
Awal mula sadar akan gaya hidup sehat dimulainya tahun 1991. Saat itu ia sering mengikuti seminar kesehatan tentang nutrisi dari sebuah produk herbal. Kesadaran muncul dari dalam dirinya bahwa sehat itu memang mahal dan tidak perlu menunggu esok untuk menjalani pola hidup sehat. Lantas, ia pun konsisten untuk tidak membubuhi penyedap rasa saat memasak makanan jenis apapun. Karena minatnya yang tinggi pada bidang pertanian, ia kerap memperhatikan tanaman seperti tomat yang akan membusuk bila tidak disemprot bahan kimia. Bagaimana bila buah tomat itu lalu dikonsumsi oleh manusia?
Kemudian ia bertekad untuk menanam sendiri segala jenis tanaman, minimal untuk bisa dikonsumsi sehari-hari oleh keluarganya. Sayur mayur dan buah-buahan dipetik sendiri dari pekarangan samping rumahnya di Jalan Kembang Sari No.1A, Denpasar.
‘’Perawatannya cukup disiram setiap hari dan diberi pupuk organik TOP G 2 setiap dua minggu sekali,’’ terang Enfaretno.
Kesadaran akan efek global warming yang kini mengancam seluruh dunia, menjadikan Bambang dan istrinya pun gencar menanam pepohonon yang ia sebut sebagai investasi kepada alam. Ini sekaligus menjadi wujud kepedulian akan pemanasan global. ‘’Pohon rindang dapat menyerap polutan- polutan yang mengandung racun dan menghisap debu,’’ jelas Bambang.
Maraknya penyakit Autis yang menyerang anak-anak, kasus serangan jantung, diabetes dan stroke di usia muda, sejatinya diakibatkan oleh pola hidup tidak sehat -- makanan serba instan (junk food) -- yang melanda perkotaan seperti sebuah lifestyle. Gaya hidup serba instan ini yang membuat banyak orang terjerumus ke dalamnya, akibat kurangnya pemahaman tentang efeknya di masa depan. Di sinilah peran Ibu sebagai manajer di dalam urusan rumah tangga untuk mengubah pola hidup keluarganya. Salah satunya dengan menerapkan gaya hidup organik sejak dini, dengan melihat banyaknya penggunaan bahan-bahan kimia pada tanaman saat ini.
Penggunaan bahan kimia yang berlebih ini tidak hanya pada padi, tetapi juga merambah pada sayur-sayuran konsumsi sehari-hari. Bisa dibayangkan bagaimana reaksi tubuh beberapa tahun yang akan datang karena tubuh menampung begitu banyak zat kimia.
Ibu rumah tangga yang memiliki konsep menuju pola hidup sehat, bisa memulainya dari pekarangan sendiri. Misalnya dengan menanam pohon cabe, terong, tomat, pepaya. Tanaman tersebut adalah jenis tanaman yang cepat berbuah. Tentunya tanpa pestisida dalam merawat tanaman tersebut. Beralih ke penggunaan beras organik pun bisa menjadi pilihan awal menuju hidup sehat. Beras organik rata-rata dijual seharga Rp 10.500/kg.
Soal gaya hidup green dan beralih menjadi penikmat organik adalah soal sikap dan perilaku kita. Jika kita bersikap ingin melindungi keluarga terdekat dari bahaya bahan kimia pada makanan, mulailah dari diri sendiri melakukan tindakan nyata. Menanam sayur-sayuran di pekarangan rumah dan merawatnya dengan pupuk organik, bebas pestisida, mengontrol sendiri makanan yang akan dikonsumsi. Selain menyenangkan diri sendiri, lingkungan pun menjadi hijau dan siapa tahu hasilnya pun bisa dijual kepada teman atau kerabat yang tertarik akan gaya hidup sehat. Pola hidup tidak sehat akan melahirkan jiwa yang stress. Ingin memulai gaya hidup organik Anda sekarang? (win)