Selasa, 25 Desember 2012

MENUJU KOPERASI DUNIA, KENAPA TIDAK? (Edisi XII/2012)

Di usianya menginjak 65 tahun, Koperasi Indonesia menggeliat membuat strategi baru. Setelah merasa tak pernah terdaftar dalam predikat 300 koperasi terbaik dunia pada setiap tahunnya, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah mengumpulkan ratusan stakeholder koperasi di bilangan Sanur, 12 -14 November 2012 lalu.

Memacu Koperasi Indonesia menuju pentas dunia, adalah kata kunci yang penting bagi kementerian ini. Acara yang bertajuk Developing Global 300 Conference adalah perhelatan bagi insan koperasi di Indonesia yang tengah bergulat dengan keinginan menjalin hubungan untuk pentas dunia. Tiga hari perhelatan ini dilangsungkan dengan menyajikan banyak hal tentang membangun kapasitas per-koperasian di negeri ini.
Menurut Deputi Bidang Kelembagaan dari Kementerian Koperasi dan UKM, Setyo Heriyanto, kegiatan di Sanur ini merupakan rangkaian kegiatan International Years of Co-operatives 2012. Dan biasanya, pada perhelatan tahunan itu, International Co-operative Alliance (ICA) sebuah gerakan koperasi dunia, mempercayakan kepada lembaga bernama Urische untuk membuat penilaian dan membuat predikat dan peringkat koperasi di dunia. Lembaga asal Italia itu kemudian mengumumkan sejumlah 300 koperasi dunia yang layak diberikan predikat terbaik di dunia dengan bermacam kategori penilaian. Tetap saja, Indonesia yang memiliki 192.000 lembaga koperasi, tak satu pun pernah nyantol dalam penilaian itu. Inilah yang membuat Kementerian Koperasi dan UKM lagi-lagi akan menggenjot kapasitas koperasi di negeri ini untuk bisa terdaftar di penilaian tersebut.

Ada banyak strategi, kata Setyo. Dari 192.000 lembaga koperasi di Indonesia, saat ini jumlah anggota yang tercatat sekitar 33 juta orang. Bagaimana kemudian, angka keanggotaan ini dilipatgandakan lagi yang kemudian diberikan penguatan kapasitas bagi mereka agar berdaya sebagai anggota koperasi. “Sayangnya, para koperasi hanya melipatgandakan anggota, tetapi tidak memberdayakan anggotanya, dan hanya berorientasi omset saja,” kata Setyo.

Selain, pelipatgandaan anggota, memang butuh omset yang besar untuk dapat dinilai oleh lembaga asal Italia itu. Saat ini, lembaga koperasi yang berada dalam daftar peringkat 300 itu, memiliki omset sekitar 12,7 triliun rupiah. Sedangkan koperasi di Indoensia, kata Setyo, koperasi yang paling besar omsetnya masih mencapai angka di Rp 7,7 triliun. Tentu saja secara omset masih jauh dalam hal ini.

Dan yang paling penting pada penilaian koperasi dunia, adalah meningkatkan Cooperative Social Responsibility (CSR). Jadi, kalau mau masuk koperasi kelas dunia, imbuh Setyo,  koperasi di Indonesia harus menjadi  pemberi CSR kepada masyarakat dan lingkungannya. Tentu saja,  CSR itu harus dilaporkan secara transparan. “Kalau mau membuat sekolah itu sekolahnya dimana, berapa muridnya dan bagaimana bentuk fisik bangunannya hingga semuanya menjadi jelas,” katanya.

“Jadi, koperasi kelas dunia itu bukan koperasi yang malah mencari dana CSR, melainkan memberikan dana CSR kepada masyarakat,” imbuh Setyo. Kini, ribuan koperasi di Indoensia, ternyata tidak ada yang memberikan dana CSR di lingkungannya sendiri.

Keterbukaan informasi publik, tak lain menjadi tolok ukur pula. Saat ini, banyak sekali koperasi yang beredar di Indonesia tidak peka dengan keterbukaan informasi kepada publik. Setyo menyampaikan bahwa sarana informasi seperti web site di dunia maya, adalah bagian penting untuk menunjang keterbukaan informasi publik. Lembaga di Italia yang ditunjuk oleh ikatan koperasi dunia itu akan lebih mudah membuat penilaian dari sarana dan prasarana informasi yang dikembangkan oleh lembaga koperasi.
Saat ini, Kementerian Koperasi sedang membina, mendampingi dan mengadvokasi secara khusus kepada 5 koperasi di Indonesia yang akan dipertarungkan pada perhelatan predikat 300 Koperasi dunia. Segala penguatan kapasitas sedang dirancang untuk membuat strategi. Lima koperasi tersebut yakni Kospin Jasa Pekalongan, IKSP, Obor Mas, Kresik dan Koperasi Lembang yang dikenal sebagai koperasi yang menyalurkan dana CSR kepada lingkungan sekitarnya.

Begitulah perhelatan itu terjadi. Banyak pihak dan kalangan di seluruh dunia berkeyakinan bahwa koperasi merupakan satu-satunya jalan untuk menyusun perekonomian yang lebih adil di tiap negara. Untuk itulah kemudian PBB mencanangkan bahwa tahun 2012 adalah tahun koperasi internasional “2012 The International Year of Co-operative”.

Sedangkan untuk menyambut niatan koperasi dunia yang dilansir oleh PBB itu, Indonesia melalui Kementerian Koperasi dan UKM mencanangkan tahun 2012 sebagai tahun revitalisasi koperasi Indonesia. Kementerian Koperasi dan UKM juga telah bersepakat dan bertekad untuk tahun 2014 nanti, lembaga koperasi di Indonesia harus ada yang masuk dalam predikat 300 koperasi di dunia. Keanggotaan dan minat orang untuk menjadi anggota koperasi di negeri ini sangatlah besar. Hanya bagaimana mengelola dan menguatkan mereka. (beng)
Bagikan

SAJIAN TERBARU LAINNYA