Selasa, 25 Desember 2012

UJICOBA TERAPI AIDS DENGAN REKAYASA GENETIKA (Edisi XII/2012)

Penyakit HIV-AIDS hingga kini tetap belum dapat disembuhkan. Terapi kombinasi obat-obatan memang secara medis dapat mengendalikan serangan penyakit AIDS, namun efeknya hanya untuk memperpanjang umur penderita.

Kini sejumlah ilmuwan dari Amerika Serikat melakukan uji coba pengobatan HIV-AIDS menggunakan terapi rekayasa genetika. Hasilnya amat menjanjikan dan diharapkan dapat berfungsi memberantas virus HIV. Jurnal ilmiah Science Transnational Medicine melaporkan para peneliti virologi di City of Hope California, berhasil melakukan terapi dengan sel punca yang kebal terhadap virus HIV.

Data yang diungkapkan dalam konferensi internasional penyakit AIDS yang digelar baru-baru ini di ibukota Austria, Wina, tetap amat mencemaskan. Di seluruh dunia tercatat sekitar 34 juta orang pengidap HIV-AIDS. Walaupun dilaporkan menurunnya prevalensi kasus infeksi HIV, namun pada tahun 2009 lalu masih tercatat sekitar 2,7 juta penderita baru. Setiap tahunnya rata-rata dua juta orang meninggal sebagai akibat mengidap HIV-AIDS.

Satu Harapan

Seiring dengan menurunnya kekebalan tubuh, para penderita AIDS lebih mudah diserang penyakit mematikan. Yang paling umum menyerang adalah kanker kelenjar getah bening. Kini sejumlah ilmuwan dari Amerika Serikat melakukan uji coba pengobatan HIV-AIDS menggunakan terapi rekayasa genetika. Hasilnya amat menjanjikan dan diharapkan dapat berfungsi memberantas virus HIV.

Dalam penelitian di pusat riset City of Hope di California, tim medis di bawah pimpinan pakar virologi John Rossi mula-mula melakukan penelitian untuk mengatasi kanker kelenjar getah bening ini. Metode yang lazim digunakan untuk memberantas sel kankernya adalah dengan Chemoterapy dosis tinggi. Namun metode ini sama seperti obat-obatan anti kanker lainnya, juga menimbulkan dampak samping merugikan. Karena obatnya juga membunuh sel-sel sumsum tulang belakang yang amat penting bagi kehidupan.

Membangun Kekebalan

Rusaknya sumsum tulang belakang berarti juga runtuhnya seluruh sistem pembangun sel darah. Karena itulah para dokter biasanya mengambil jaringan sel punca pembentuk sel darah sebelum pasien mendapat pengobatan chemoterapy. Sel punca ini diharapkan dapat membangun jaringan sumsum tulang belakang baru dan sistem pembentukan darah setelah pasiennya mendapat pengobatan chemoterapy.

Agar target dari pengobatannya tercapai, John Rossi dan tim risetnya melangkah lebih jauh lagi. Mereka hendak membuktikan bahwa dengan teknik rekayasa genetika, sistem pembentuk sel darah dan sumsum tulang belakang yang baru dicangkokkan ke tubuh pasien, juga kebal terhadap virus HIV-AIDS. Atau juga tidak memberikan peluang atau kemungkinan bagi virus HIV untuk menginfeksi dan kemudian menghancurkan sel tubuh manusia tersebut.

Tidak Tertumpu pada Satu Cara Pengobatan

John Rossi menegaskan, proses perawatan penyakit AIDS tidak bolah hanya digantungkan pada terapi rekayasa genetika saja. Hal itu supaya tidak menimbulkan ancaman bahaya yang tidak perlu pada pasien. Metode yang digunakan adalah gabungan dari berbagai teknik kedokteran yang dewasa ini lazim digunakan memerangi HIV-AIDS, kata Rossi menambahkan.

Paling tidak, dengan uji coba pertama pengobatan HIV-AIDS menggunakan rekayasa genetika, para peneliti dari pusat riset City of Hope di California itu hendak menunjukkan, bahwa sel punca pembentuk darah yang mengalami rekayasa, dalam jangka panjang tetap imun terhadap serangan virus HIV-AIDS. Namun belum diketahui, apakah sel yang mengalami rekayasa genetika itu juga dapat berfungsi serupa pada pasien yang tidak mendapat chemoterapy. Karena dengan chemoterapy dosis tinggi, fungsi pembentukan sel darah dan sumsum tulang belakang ibaratnya dinon-aktifkan.

Masih Perlu Dikembangkan

Para peneliti mengingatkan, metode pengobatan dengan rekayasa genetika sejauh ini belum merupakan pengganti dari metode pengobatan konvensional HIV-AIDS, berupa pemberian cocktail obat-obatan. Tentu saja berbagai riset dan inovasi dalam upaya memerangi atau jika bisa, menyembuhkan penyakit AIDS, tetap harus dihargai. Sebab data dari organisasi kesehatan dunia WHO dan UNAIDS yang amat memprihatinkan, sudah membunyikan tanda bahaya bagi semua umat manusia.

Selain itu, dampak dari krisis global juga semakin terasa terutama di Benua Afrika kawasan selatan Sahara. Jika krisis berlanjut, perang melawan HIV-AIDS diperkirakan akan mengendor, karena warga lebih terfokus pada upaya mempertahankan kehidupan sehari-hari. Selain itu berita mencemaskan dari kawasan Eropa Timur, dimana prevalensi pengidap HIV-AIDS terus meningkat, terutama di kalangan pecandu narkoba pengguna jarum suntik, harus segera diantisipasi.

Virus HIV-AIDS memang akan tetap menjadi ancaman serius bagi kesehatan umat manusia di dekade mendatang, terutama di kawasan di mana ekonominya ringkih.
Martin Winkelheide/Agus Setiawan (www.dw.de)

Bagikan

SAJIAN TERBARU LAINNYA

  • SEBUAH PERAYAAN SEKADAR “ NGE-POP” (Edisi II/2013)Valentine Day menyimpan banyak pertanyaan  tentang nilai. Kali ini seorang budayawan  membedah arti perayaan Valentine Day, untuk menjadi renungan banyak orang. Tentu segalanya agar tak terkesan latah dalam berbudaya. Redaksi memilih seorang budayawan yang cukup tajam dalam pengamatan dan...(more)
  • MENEMUKAN VALENTINE YANG LEBIH UNIVERSAL (Edisi II/2013) Martir itu bernama Santo Valentinus. Ia menggoreskan pesan tentang keyakinannya pada kasih sayang, saat detik-detik sebelum hukuman mati dilaksanakan. "Dari Valentinusmu," tulisnya. Valentinus secara sadar melanggar larangan menikah yang digariskan oleh Raja Roma Claudius II (zaman itu raja...(more)
  • KASIH SAYANG SEPANJANG ZAMAN (Edisi II/2012) Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE ...(more)
  • BISNIS KASIH SAYANG ALA PANTAI KUTA (Edisi II/2013)Valentine Day yang menembus hampir semua usia, semua lapisan dan pelosok sebagai Hari Kasih Sayang, juga dirasakan merambah dunia pariwisata. Dunia pelancongan ini memang dikenal toleran terhadap sesuatu yang  baru termasuk budaya popular. Begitu juga bisnis akomodasi wisata di Bali. Bali,...(more)
  • DESA ADAT SEBAIKNYA PASIF (Edisi I/2013)Semarak Tahun Baru 2013 di Bali, tentu tak bisa dihindari. Berbagai niat dan ekspresi kegembiraan selalu mewarnai. Ada perbedaan tentunya dengan Tahun Baru Caka yang menjadi tradisi masyarakat Hindu Bali pada momen ini. Hampir seluruh kegembiraan yang rutin dalam pergantian tahun selalu ditandai...(more)
  • PERGANTIAN TAHUN MENJELANG, UANG BERPUTAR KENCANG (Edisi I/2013)Bali masih menjadi destinasi yang menarik bagi wisatawan. Apalagi di momen menjelang pergantian tahun, selalu menjadi wisata menarik dengan berbagai suguhannya. Terbukti dari tahun ke tahun, selalu saja wisatawan nusantara maupun dunia mendambakan pemandangan tersendiri di Pulau Dewata ini. Tak...(more)
  • MEMBERI MAKNA PADA PERGANTIAN TAHUN (Edisi I/2013)Pergantian tahun atau yang lazim disebut tahun baru, bagi tiap daerah dirayakan dan dimaknai dengan tradisi sendiri. Pun masyarakat Bali demikian adanya, ketika Tahun Baru Caka, datang. Tiap daerah memiliki tradisi berbeda secara ritual maupun spiritualnya. Ida Pedanda Gede Telaga, salah seorang...(more)
  • POSKO TAHUN BARU MARAK Bermanfaat atau Berlebih? (Edisi I/2013)Perayaan penghujung tahun tentu sah-sah saja. Pesta dan perayaan kecil memang selalu terlihat berulang mewarnai tutup tahun dan menyambut datangnya tahun baru. Ada rona kemeriahan dan kegembiraan di setiap sudut kota dan di banjar-banjar.  Kewajaran berpesta diamini oleh seorang aktivis muda...(more)
  • URUSAN PEREMPUAN, URUSAN SEMUA LINI (Edisi XII/2012)Hari AIDS Sedunia (HAS 2012) tengah melansir isu besar yang menjadi fokus utama dewasa ini -- perempuan dan anak. Menurut Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Denpasar, Tri Indarti, tema HAS tersebut sangat beralasan. “Data dari nasional hingga daerah, semua mendapati  bahwa kasus...(more)
  • UJICOBA TERAPI AIDS DENGAN REKAYASA GENETIKA (Edisi XII/2012)Penyakit HIV-AIDS hingga kini tetap belum dapat disembuhkan. Terapi kombinasi obat-obatan memang secara medis dapat mengendalikan serangan penyakit AIDS, namun efeknya hanya untuk memperpanjang umur penderita. Kini sejumlah ilmuwan dari Amerika Serikat melakukan uji coba pengobatan HIV-AIDS...(more)
  • PERAN KAUM MUDA CUKUP SIGNIFIKAN (Edisi XII/2012) Persoalan perempuan dan anak tak bisa dipecahkan sendiri. Semua pihak berkepentingan untuk menyelamatkan generasi. Dan isu HIV/AIDS adalah bagian penting yang terintegrasi dari kehidupan sosial perempuan dan anak. Begitu juga yang didengungkan dalam tema Hari AIDS Sedunia (HAS 2012). Persoalan...(more)
  • SINERGI BERBAGI PERAN ADALAH KUNCI (Edisi XII/2012)Hari AIDS Sedunia (HAS), diperingati setiap tahun oleh seluruh negara. Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat tengah menyiapkan rangkaian HAS dengan berbagai hal. Buku pedoman pun tengah dilansir melalui Kementerian Perlindungan Perempuan dan Anak Republik...(more)
  • MENCEGAH DAN MENGENDALIKAN BERSAMA (Edisi XI/2012)Data statistik Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) tentang kasus HIV/AIDS di Indonesia  menunjukkan secara komulatif kasus ini per 1 April 1987 hingga 30 Juni 2012 memiliki total jumlah yang terinfeksi di Indonesia sebanyak 86.762 orang. Sedangkan yang sudah dalam tahapan AIDS di Indonesia,...(more)
  • MENGELOLA RISIKO DENGAN POSITIF DAN KONSTRUKTIF (Edisi XI/2012)Awal Oktober lalu, RSUD Badung menolong persalinan ibu yang teridentifikasi ODHA. Ibu rumah tangga berusia 30-an tahun itu, melahirkan bayinya dengan operasi caesar yang disarankan oleh dokter. Tak ada kelainan fisik apapun pada bayi. Hanya saja menunggu 18 bulan lagi untuk mengetahui sang bayi...(more)
  • SUARA ODHA MENOLAK DISKRIMINASI (Edisi XI/2012)Lika-liku, penuh kenangan. Kesedihan berubah menjadi kebanggaan adalah kemungkinan yang ditasbihkan bagi Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). Itulah perjuangan yang sedang diyakini oleh kelompok ODHA saat ini. Penuh harapan dan selalu ingin mengubah keadaan yang membanggakan. Seperti yang dialami AR...(more)
  • Mengenang Komitmen Sanur MENITI HIDUP LEBIH BAIK (Edisi XI/2012)Perhelatan besar di dunia internasional setiap tanggal 1 Desember adalah Hari AIDS sedunia. Hari itu mengajak warga dunia untuk menorehkan kembali tentang kumpulan dari segala penyakit yang mempengaruhi tubuh manusia, dimana sistem kekebalan tubuh melemah dan tidak dapat merespon sesuai...(more)
  • “TIDAK PAS UNTUK BALI” (Edisi X/2012)Semakin menjamurnya tempat hiburan malam di wilayah Bali, di satu sisi memang memberikan dampak ekonomi yang cukup besar bagi masyarakat. Perputaran uang dari bisnis ini lumayan tinggi. Namun bagi pengamat ekonomi Gede Made Sadguna, keberadaan tempat-tempat hiburan tersebut tidak seharusnya...(more)
  • SEDAPNYA ATMOSFER DUNIA MALAM (Edisi X/2012) Sinar laser beragam warna beradu, menusuk setiap sudut ruang. Tubuh-tubuh yang bergerak ritmis, seolah berbalut busana warna-warni. Musik berdentum kuat hingga menggetarkan dada. Atmosfer ruangan menebar aroma alkohol . Perempuan bertubuh seksi sensual bergerak ritmis menggoyang badan. Wow...(more)
  • “DI BALIK PIRINGAN HITAM” (Edisi X/2012)Diskotek dan tempat clubbing, tidak lepas dari “pawang” piringan hitam yang dikenal  disc jockey (DJ). Disc jockey atau joki cakram yang kerap juga disebut hanya deejay adalah seseorang yang terampil memilih dan memainkan rekaman suara atau musik yang telah direkam sebelumnya. Media hasil...(more)
  • KETIKA HARGA SEMBAKO MELANGIT (Edisi IX/2012)Ketika harga bahan-bahan kebutuhan pokok melangit jelang Hari Raya Idul Fitri dan Galungan, Agustus lalu, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) se-Bali tidak tinggal diam. Pasar murah digelar serentak di 35 desa di seluruh Bali.  Ni Made Wenten tampak agak kelelahan membawa satu karung kecil beras...(more)