Minggu, 27 Januari 2013

KAWAH IJEN, FAJAR DARI TIMUR JAWA (Edisi I/2013)

Wisata unggulan Kabupaten Banyuwang, Kawah Ijen, tengah dipoles. Promosi sedang gencar dilakukan Pemkab setempat. Baru-baru ini, Pemkab Banyuwangi telah menyelesaikan perhelatan besar untuk promosi wisatanya yang bertajuk “Tour de Ijen” -- sebuah turnamen sepeda dunia yang diikuti oleh 24 tim pembalap sepeda dari berbagai belahan dunia. Ratusan pembalap berpartisipasi di even dunia pertama di Banyuwangi ini.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anaz seakan yakin bahwa apa yang sedang dipromosikan adalah bagian penting bagi masyarakat Banyuwangi. Lantas, Bupati membuat identitas pariwisata Banyuwangi dengan nama “The Sunrise of Java”, yang menjadi kebanggaan rakyat Banyuwangi.

Ya, The Sunrise of Java dan Tour de Ijen sedang membahana pada akhir tahun ini di Banyuwangi. Dua identitas pariwisata Banyuwangi ini seakan utuh tak terpisahkan dari kemolekan Kawah Ijen yang berada di Gunung Ijen yang masih aktif itu. Suhu yang lumayan dingin di kaki Gunung Ijen atau tepatnya di Desa Paltuding Kecamatan Licin, membuat bulu kuduk selalu berdiri dan menyentuh kulit hingga hampir ke tulang. Pantas saja, suhu di kaki Gunung Ijen itu selalu di bawah rata-rata minus 2 derajat celcius.

Jarot Ediyanto, 48 tahun, seorang pemandu wisata yang sudah mengakrabi Gunung Ijen, menyebut wisatawan Eropa terutama asal Perancis yang paling gandrung berkunjung ke Kawah Ijen. Kalau wisatawan nusantara, hanya kelompok pecinta alam saja yang sesekali menjajal keindahan kawah ini.

Kenapa harus wisatawan Eropa  khususnya Perancis yang paling dominan? Tentu sangat beralasan, kata Jarot. Empat tahun yang lalu, ada sekelompok peneliti dan pembuat film dokumenter yang secara berturut-turut datang ke Gunung Ijen untuk melihat danau kawah Ijen. “Mereka ada yang memakai helikopter waktu itu. Ada yang asal Belanda, dari Perancis dan ada yang dari Inggris,” tutur Jarot. Tiba-tiba saja, beberapa tahun kemudian, turis dari Perancis membludak di tempat ini.

Pemandangan Elok

Menuju lokasi kaki Gunung Ijen, Anda akan selalu disuguhi dengan puluhan jalan berkelok dengan pemandangan yang sangat elok. Aneka tanaman perkebunan seperti cengkeh, kopi dan tanaman perdu lainnya menghijau sepanjang jalan. Budidaya lebah hutan menghiasi jalanan yang berkelok itu. Untungnya, Pemkab Banyuwangi baru saja menyelesaikan proyek jalan beraspal untuk menuju kaki gunung di Paltuding itu. Wajar, karena perhelatan besar balap sepeda Tour de Ijen tentu saja melintas di jalanan yang curam itu. Sebelumnya, jalan menuju Paltuding itu hanya bisa diewati oleh truk pengangkut belerang. Sekarang, jalan itu berkata lain. Tak ada lagi yang perlu ditakutkan dengan kecuramannya. Pemkab  Banyuwangi sudah memoles dan mempercantik kawasan itu.

Sekitar satu kilometer berjalan dari pos pintu pertama menuju puncak Gunung Ijen, hamparan pepohonan Akasia berpadu dengan cemara gunung (casuarina junghuniana) menjadi kesan tersendiri. Ditambah dengan angin yang lumayan lembut. Penjaga pos Resort Konservasi Wilayah Kawah Ijen yang dinaungi oleh Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Jawa Timur, mengungkapkan, banyak sekali ragam fauna di gunung berapi ini. Di antaranya pohon pasinium delimau dan adelwis (anaphelis javanica) yang memang khas di setiap gunung berapi.

Sebagai lanskap pariwisata yang mendunia, Kawah Ijen memiliki ketinggian 2.380 meter di atas permukaan laut. Lokasinya berada di kawasan yang ditetapkan sebagai Lokasi Taman Wisata Alam. Penetapannya disahkan oleh negara pada tahun 1981 dengan  SK Menteri Pertanian pada 10 Desember 1981. Gunung Ijen dengan luas sekitar 92 hektar, ternyata juga menjadi bagian dari kawasan Cagar Alam yang dikelola oleh BKSDA Provinsi Jawa Timur di bawah Kementerian Kehutanan.

Sudah banyak orang yang tahu, bahwa objek unggulan Gunung Ijen adalah Kawah Ijen. Yang menurut data dari petugas Polhut di Desa Paltuding, kawah tersebut memiliki ukuran 900 X 600 m2. Dan volume danau sekitar 2.000 - 3.000 meter kubik. Tentu bukan kawah yang biasa. Bahkan banyak orang menyebutnya dengan danau kawah.

Menyusuri kawah, biasanya para pelancong menempuh waktu tiga jam. Ditempuh dengan cara mendaki atau berjalan dengan jarak sekitar 3 kilometer. Jika sudah berada di kawah, aduhai rasanya, karena Anda akan  disuguhkan pemandangan danau kawah yang memiliki keasaman air nol persen itu dengan air kawah berwarna hijau tosca. Persis menyerupai danau, tetapi jangan salah. Keasaman airnya bisa membuat kulit terkelupas, ataupun melelehkan beberapa benda padat lainnya.  Jadi, jangan sampai Anda melintas di danau ini atau mencoba meminum airnya. 

Tak hanya itu, Danau Kawah Ijen juga memiliki kadar belerang yang bisa diproduksi setiap harinya menghasilkan rata-rata 16 hingga 18 ton per hari. Dengan proses penyubliman uap bumi, belerang di kawah ini lambat laun menjadi bongkahan berwarna kuning yang bisa menghidupi para penambang yang tiap harinya berjumlah 350 orang. Menurut petugas pos penjaga Resort Konservasi di Desa Paltuding, jumlah pipa penyublinan di Kawah Ijen sebanyak 60 buah.

Bambang Heri Purwanto, 51 tahun, salah seorang penjaga pos pantau Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana, menyebutkan kawah yang berbentuk elips itu menyimpan daya tarik tersendiri jika di malam hari. Memang benar, material belerang yang dikandungnya bisa berwarna biru atau Blue Fire yang cukup mengundang banyak wisatawan untuk naik ke kawah di malam hari. Menurutnya proses api biru itu  adalah proses alami yang terjadi di kawah ini. Belerang, jika terbakar memang menimbulkan api yang biru, tetapi tidak akan terlihat jika pada siang hari atau terkena sinar matahari.

Jika ingin mengenal Kawah Ijen, tentu tak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat di sekelilingnya yang memanfaatkan sumber daya alam di kawasan wisata yang mendunia ini. Di Dusun Jambu, Desa Tamansari, tepatnya 10 kilometer sebelum kaki Gunung Ijen, terdapat sebuah tempat yang patut untuk dikunjungi. Di tempat ini terdapat pengolahan belerang yang berasal dari Kawah Ijen. Ya, batu kuning itu lumayan menghidupi masyarakat sejak tahun 60-an. Bahan belerang biasanya digunakan untuk bahan pemutih gula ataupun kosmetik di dalam industri kecantikan.  Tempat pengolahan ini dikembangkan sejak tahun 1966 oleh PT. Candi Ngrimbi yang mendayagunakan tenaga kerja lokal.

Tiap hari, bongkahan belerang yang berasal dari Kawah Ijen itu direbus dengan api 200 derajat celcius yang kemudian disaring untuk kemudian dicetak dan dijual di Surabaya. “Cetakannya sesuai pesanan,” kata salah seorang mandor. (beng)

DAYA UNGKIT PAD

KEHIDUPAN warga di Desa Tamansari Kecamatan Licin boleh disebut memiliki  “kesuksesan” tersendiri dari hasil menambang belerang. Beberapa penambang menyatakan hidupnya sudah cukup. Lapangan pekerjaan di tambang lebih banyak menyerap tenaga laki-laki. Sedangkan untuk kaum perempuan di desa ini, memang banyak yang menjadi buruh di perkebunan di sekitar kaki Gunung Ijen. Kata salah seorang warga, anak muda di sini banyak yang bersekolah di Kota Banyuwangi untuk belajar bahasa inggris. Mungkin karena melihat derasnya wisatawan Eropa hingga memiliki pengaruh terhadap keinginan anak muda di desa ini.

Catatan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Banyuwangi, di tahun 2011 pelancong asal mancanegara yang datang di Gunung Ijen untuk melihat kawah Ijen sekitar 8.785 orang. Wisatawan Nusantara sekitar 7.643 orang. Sayangnya, untuk tahun 2012 ini, pihak pemerintah kabupaten belum mencatatnya karena berkaitan erat dengan status siaga yang berlaku di Gunung Ijen. Dan sudah tentu akan menurunkan jumlah kunjungan wisatawan. 

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan menunjukkan berbagai agenda pariwisata sebagai daya ungkit pendapatan daerah (PAD). Di tahun ini saja, Pemkab menggelontorkan dana sekitar Rp 4 Miliar hanya untuk promosi objek wisata dan seni budaya di Banyuwangi. Termasuk untuk promosi Kawah Ijen.  “Ide promosi Ijen itu kami ambil dari acara gathering night in Bali yang kami lakukan untuk pendekatan kepada travel agent di Bali. Harapannya agar para travel agen bisa membuat paket wisatanya yang menautkan Kawah ijen sebagai paket unggulan mereka,” kata Suprayogi, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Banyuwangi.

Sungguh promosi yang tiada henti. Entah kenapa, boleh jadi sang Bupati sedang memiliki niatan tersendiri tentang Kawah Ijen sebagai kekayaan alam dunia nantinya. (beng)
Bagikan

SAJIAN TERBARU LAINNYA