Minggu, 27 Januari 2013

WM HINDU MUDA KREATIF Kuliner Bali, Cita Rasa Nasional (Edisi I/2013)

Siapapun yang melintas di Jalan Ratna Denpasar, pasti tergoda oleh dekor warna merah mencolok di sisi kanan jalan di lingkungan Kampus IHDN Denpasar. Beberapa tulisan besar yang terpampang di bagian depan -- “Warung Makan (WM) Hindu Muda Kreatif” -- menggugah semangat ke-Hindu-an.  
Dari luar, di benak penulis sempat terlintas bahwa tempat tersebut hanya sebagai wadah aktivis muda Hindu dalam berkreativitas. Setelah masuk ke dalam, ternyata  warung makan tersebut dibuka untuk umum. Siapapun boleh datang dan mencoba kuliner khas Bali yang menjadi andalan warung makan ini.
Warung yang dibuka pada 1 Juli 2012 ini terlihat unik, karena menggunakan label Hindu dengan semboyan nasionalisme yang jarang digunakan dalam bisnis kuliner. Adalah Wayan Suantika, Koordinator Komunikasi Inspirator Cinta Keadilan (Kawan Kitta LBH Bali). Suantika merupakan entrepreneur muda penggagas berdirinya Warung Makan Hindu Muda Kreatif ini. Pemuda kelahiran Desa Bulian,Buleleng ini terinspirasi dari produktivitas generasi muda Hindu di Bali yang masih minim dalam mengepakkan sayap bisnis memajukan perekonomian Bali. Dengan berani, Suantika muncul dengan brand Hindu dalam bisnis kulinernya.

‘’Saya tidak ragu menggunakan embel-embel Hindu, belajar dari umat lain. Saatnya generasi muda Hindu di Bali tampilkan jati dirinya. Jangan menutup diri,’’ ajak Suantika.
Jukut undis merupakan unggulan menu yang ditawarkan WM Hindu Muda Kreatif  selain beragam menu khas Bali seperti lawar, sate lilit, ayam betutu.  Sang ibu, Putu Murniati yang jago masak pun digandengnya untuk meracik semua menu yang siap disajikan pada pembeli. Selain jukut undis, ada ada jukut nangka, sate lilit, tempe manis, tum ayam, teri goreng pedas serta yang khas, sambal bongkot.
Kelebihan yang ditawarkan WM Hindu Muda Kreatif adalah makanan yang disajikan selalu dalam keadaan segar dan hangat, sehingga mengundang selera pembeli yang rata-rata mahasiswa, pelajar, staf pengajar dan masyarakat umum karena letaknya yang bersebelahan dengan kampus IHDN, Denpasar.
Interior warung dengan berbagai semboyan nasionalisme seperti  ‘’NKRI Harga Mati’’,  ‘’Jadilah Pemenang’’ atau ‘’Berdikari‘’ cukup menarik. 

“Selain  untuk menikmati makanan khas yang kami suguhkan, saya ingin menyemangati pembeli yang datang khususnya generasi muda, agar tidak melupakan sejarah bangsa,’’ terang Suantika, sang aktivis Soekarno Center ini  tentang konsep warung makannya.

‘’Di sini juga dipasang papan informasi bagi mahasiswa yang ingin memberi informasi terkait kegiatan kampus. Kami ingin saling membantu sehingga papan informasi ini berperan sebagai media komunikasi kami,’’ urai Suantika. Menariknya, di sebelah papan informasi tersebut diletakkan kotak punia.
Kata Suantika, warna merah menyala yang mendominasi dekor warungnya, menunjukkan semangat Suantika yang tak pernah padam untuk terus berkarya dalam bisnisnya. Ia ingin mengangkat masakan Bali ke kancah internasional, tetapi sebelum itu ia ingin menjadi tuan rumah di negerinya sendiri. Sang ibu tercinta, disebutnya sebagai sosok yang terus menginspirasinya untuk tak henti mengangkat kuliner Bali dengan cita rasa yang khas sehingga dikenal oleh masyarakat luas. ‘’Inti usaha ini tidak berorientasi bisnis semata, tetapi idealisme saya terhadap generasi muda Hindu yang kreatif dan penuh semangat nasionalisme,’’ ujar Suantika. (nda)

Bagikan

SAJIAN TERBARU LAINNYA