KSU SIDI
Bangkit dan Kokoh dari Cobaan Bertubi-tubi
Siapa pernah menduga, di balik kegemilangan nama KSU (Koperasi Simpan Pinjam) SIDI yang pernah mengukir prestasi sebagai koperasi terbaik di tingkat nasional, ternyata ada beberapa kisah keterpurukan. Beberapa kisah kegagalan, yang nyaris membuat koperasi mati suri. Bagaimana kisah kebangkitan koperasi, sampai mampu kembali menggores sukses?
16 November 1951 silam, KSU SIDI didirikan di Desa Intaran Sanur. SIDI adalah singkatan dari Suksmaning Idep Drana Ika. Makna yang ingin diungkapkan, tidak lain bahwa untuk mencapai suatu cita-cita, diperlukan kesabaran dan daya tahan agar berhasil dalam menjuangkannya. Saat itu, anggota yang bergabung mencapai 49 orang dengan ketua I Nyoman Naryana.
Terdorong ingin menggapai keberhasilan demi kesejahteraan anggota, pengurus KSU SIDI pun bergiat merancang program, yakni simpan pinjam dan usaha toko. Sayangnya, setelah usaha berjalan dengan lancar, pada tahun 1970 – 1980, pemerintah tidak lagi memberikan fasilitas penjualan gula pasir, minyak tanah dan kain batik, sehingga perlahan-lahan usaha menjadi redup. Keadaan makin parah karena situasi perekonomian negara yang tengah gonjang-ganjing. Nilai mata uang turun dari Rp 1.000 menjadi Rp 1. Ketidaksiapan manajemen menyikapi berbagai masalah eksternal, berimbas telak pada kondisi internal koperasi.
Untungnya pada November 1981, kondisi yang tidak menguntungkan ini dapat diatasi. Yayasan Pembangunan Sanur memberikan dana kepada semua warga Sanur yang menjadi anggota banjar. Di tahun inilah, semua warga Desa Sanur menjadi anggota KSU SIDI. Total jumlah anggota pun mencapai 2.025 orang. Kebijaksanaan ini, tidak lain keputusan pimpinan LKMD bersama Yayasan Pembangunan Sanur, dan disambut antusias oleh warga.
Keantusiasan warga, menjadikan koperasi kembali bangkit dan meningkat dengan drastis. Pengurus bersama anggota berhasil meningkatkan beragam kegiatan koperasi. Berbagai prestasi pun berhasil diraih. Mulai dari juara di tingkat kabupaten, provinsi, hingga menjadi koperasi terbaik di tingkat nasional, yang terjadi pada tahun 1993.
Tak disangka, kegemilangan prestasi yang diraih koperasi tidak bisa dipertahankan pada tahun-tahun berikutnya. Pada tahun 2006 – 2007, karena kurang manajeman yang valid, koperasi kembali mengalami cobaan hingga mengalami kerugian Rp 243 juta. Kondisi ini membuat koperasi sempat terombang-ambing. Berdasarkan keputusan bersama, pada tahun 2008, pengurus baru pun dibentuk. Kerja sama dengan unit-unit digalakkan. Berbekal dana dari unit simpan pinjam, koperasi mulai melaju kembali.
“Syukurlah, sekarang kondisi koperasi sudah mulai kondusif. Setelah toko sembako di Jalan Tukad Bilok berjalan lancar, baru-baru ini kami membuka sebuah toko sembako lagi di depan balai banjar Bet Ngandang, Sanur,” ujar I Wayan Mudana, Ketua KSU SIDI.
Pertokoan yang dibangun di Jalan By Pass Sanur itu, kata Mudana, mempunyai lahan parkir yang luas sehingga konsumen merasa nyaman. Luas toko yang mencapai sekitar 13X24 m2, terlihat lapang dan menyediakan berbagai macam keperluan rumah tangga. Misalnya, aneka minuman, alat-alat dapur, gula, minyak goreng, kopi dan lainnya. Diharapkan, semua anggota koperasi berbelanja agar toko di masa mendatang dapat berkembang.
Selain itu, Mudana menginginkan agar KSU SIDI yang merupakan satu-satunya koperasi yang dimiliki 3 desa dinas, 3 desa adat dan 27 banjar di Sanur ini, bisa mensejahterakan anggotanya. Serta mampu memberikan hasil yang terbaik dan setiap anggota memiliki perasaan memiliki.
“Peranan koperasi sangat diperlukan, karena di masa mendatang, koperasi diharapkan mampu menjadi tulang punggung perekonomian daerah, khususnya Denpasar. Semoga pada saatnya nanti, KSU SIDI dapat mencapainya,” ujar alumnus Fakultas Ekonomi Undiknas ini.
16 November 1951 silam, KSU SIDI didirikan di Desa Intaran Sanur. SIDI adalah singkatan dari Suksmaning Idep Drana Ika. Makna yang ingin diungkapkan, tidak lain bahwa untuk mencapai suatu cita-cita, diperlukan kesabaran dan daya tahan agar berhasil dalam menjuangkannya. Saat itu, anggota yang bergabung mencapai 49 orang dengan ketua I Nyoman Naryana.
Terdorong ingin menggapai keberhasilan demi kesejahteraan anggota, pengurus KSU SIDI pun bergiat merancang program, yakni simpan pinjam dan usaha toko. Sayangnya, setelah usaha berjalan dengan lancar, pada tahun 1970 – 1980, pemerintah tidak lagi memberikan fasilitas penjualan gula pasir, minyak tanah dan kain batik, sehingga perlahan-lahan usaha menjadi redup. Keadaan makin parah karena situasi perekonomian negara yang tengah gonjang-ganjing. Nilai mata uang turun dari Rp 1.000 menjadi Rp 1. Ketidaksiapan manajemen menyikapi berbagai masalah eksternal, berimbas telak pada kondisi internal koperasi.
Untungnya pada November 1981, kondisi yang tidak menguntungkan ini dapat diatasi. Yayasan Pembangunan Sanur memberikan dana kepada semua warga Sanur yang menjadi anggota banjar. Di tahun inilah, semua warga Desa Sanur menjadi anggota KSU SIDI. Total jumlah anggota pun mencapai 2.025 orang. Kebijaksanaan ini, tidak lain keputusan pimpinan LKMD bersama Yayasan Pembangunan Sanur, dan disambut antusias oleh warga.
Keantusiasan warga, menjadikan koperasi kembali bangkit dan meningkat dengan drastis. Pengurus bersama anggota berhasil meningkatkan beragam kegiatan koperasi. Berbagai prestasi pun berhasil diraih. Mulai dari juara di tingkat kabupaten, provinsi, hingga menjadi koperasi terbaik di tingkat nasional, yang terjadi pada tahun 1993.
Tak disangka, kegemilangan prestasi yang diraih koperasi tidak bisa dipertahankan pada tahun-tahun berikutnya. Pada tahun 2006 – 2007, karena kurang manajeman yang valid, koperasi kembali mengalami cobaan hingga mengalami kerugian Rp 243 juta. Kondisi ini membuat koperasi sempat terombang-ambing. Berdasarkan keputusan bersama, pada tahun 2008, pengurus baru pun dibentuk. Kerja sama dengan unit-unit digalakkan. Berbekal dana dari unit simpan pinjam, koperasi mulai melaju kembali.
“Syukurlah, sekarang kondisi koperasi sudah mulai kondusif. Setelah toko sembako di Jalan Tukad Bilok berjalan lancar, baru-baru ini kami membuka sebuah toko sembako lagi di depan balai banjar Bet Ngandang, Sanur,” ujar I Wayan Mudana, Ketua KSU SIDI.
Pertokoan yang dibangun di Jalan By Pass Sanur itu, kata Mudana, mempunyai lahan parkir yang luas sehingga konsumen merasa nyaman. Luas toko yang mencapai sekitar 13X24 m2, terlihat lapang dan menyediakan berbagai macam keperluan rumah tangga. Misalnya, aneka minuman, alat-alat dapur, gula, minyak goreng, kopi dan lainnya. Diharapkan, semua anggota koperasi berbelanja agar toko di masa mendatang dapat berkembang.
Selain itu, Mudana menginginkan agar KSU SIDI yang merupakan satu-satunya koperasi yang dimiliki 3 desa dinas, 3 desa adat dan 27 banjar di Sanur ini, bisa mensejahterakan anggotanya. Serta mampu memberikan hasil yang terbaik dan setiap anggota memiliki perasaan memiliki.
“Peranan koperasi sangat diperlukan, karena di masa mendatang, koperasi diharapkan mampu menjadi tulang punggung perekonomian daerah, khususnya Denpasar. Semoga pada saatnya nanti, KSU SIDI dapat mencapainya,” ujar alumnus Fakultas Ekonomi Undiknas ini.