Jumat, 01 Juli 2011

EDITORIAL

Study banding,
masih relevankah? 

Study banding selalu dijadikan alasan oleh anggota Dewan kita yang terhormat untuk melakukan darma wisata keluar negeri dengan biaya yang menggunakan uang rakyat. Hal ini telah berkali-kali menjadi sorotan media, baik cetak maupun elektronik. Bahkan ada media secara vulgar memergoki anggota Dewan yang katanya sedang study banding, justru sedang asyik shopping di pusat perbelanjaan atau berfoto ria di obyek wisata. Biaya yang diambil dari uang rakyat tersebut terkadang juga menanggung bukan hanya si anggota Dewan, namun juga menyertakan anggota keluarganya. Hal seperti ini membuat sebagian masyarakat gerah dan menyerukan agar program study banding dihentikan dan anggarannya dialokasikan untuk program lain yang lebih menyentuh ke masyarakat bawah.

Seberapa perlukah program study banding dilaksanakan?

Program kunjungan belajar, atau yang umum disebut study banding sesungguhnya merupakan bagian dari proses pembelajaran. Dari kunjungan belajar tersebut, diharapkan terjadi alih ilmu pengetahuan dan para peserta mampu menyerap hal-hal positif, bisa memiliki sudut pandang baru serta memperluas wawasan dalam menangani permasalahan-permasalahan yang ada sesuai bidang yang ditangani. Harapan masyarakat yang seperti ini, hampir tidak pernah dirasa terpenuhi oleh masyarakat. Entah karena kelakuan pesertanya sendiri atau liputan media yang sering tidak seimbang. Yang jelas masyarakat menilai bahwa tidak terjadi perubahan yang signifikan terhadap sumber daya manusia setelah mengikuti program study banding tersebut.

Pada edisi kali ini, tim redaksi Galang Kangin mengangkat tulisan kunjungan belajar ke Singapura, yang laksanakan oleh rombongan Dinas Koperasi Provinsi Bali beserta wirakop-wirakop, sebagai sajian utama. Tim redaksi berpendapat bahwa kunjungan belajar bukanlah merupakan hal yang tabu untuk dilakukan. Justru sebaliknya bisa memberi pengaruh positif, selama benar-benar bisa dipandang sebagai proses kunjungan belajar. Bagaimanapun, melihat pengelolaan koperasi serta mendapat arahan secara langsung dari orang-orang yang berkompeten di dunia perkoperasian Singapura seperti Mr. Marcus Loh, Mr. Jasni Bin Jamil, Mr. Harry Lee serta Ms. Dolly Goh, bisa membuka wawasan para peserta dan menularkannya kepada para wirakop di Bali, sehingga program menuju Bali sebagai pulau koperasi bukan hanya mengejar kuantitas, namun juga dimbangi dari sisi kualitas.

Seperti biasa, selain menampilkan profil koperasi, wirakop dan pelaku UKM, yang menarik untuk disimak pada edisi kali ini adalah uraian Luh Gde Hariasih SH, MSi, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kotamadya Denpasar, tentang ketahanan dari koperasi dan UKM serta program-program ke depan dalam rangka membangun dunia perkoperasian dan UKM yang sehat. Beberapa ide bisnis kami sajikan untuk memberi inspirasi bagi masyarakat dan pelaku UKM.

Kartu tarot sudah dikenal manusia berabad-abad. Di dunia modern sekarang ini, penerapan penggunaan kartu tarot justru semakin berkembang. Kartu tarot yang dikenal oleh masyarakat awam sebagai kartu untuk meramal, ternyata bisa diaplikasikan untuk konsultasi masalah psikologi. Dan kami mencoba untuk memperkenalkan metode yang bisa dikatakan unik ini. Dan masih banyak hal-hal ringan yang coba kami sajikan, yang selain bisa menambah ilmu penetahuan, juga bisa menjadi bacaan hiburan sebagai pengisi waktu senggang Anda.

Selamat membaca!
Bagikan

SAJIAN TERBARU LAINNYA