Sabtu, 31 Maret 2012

Putu Yustrisnasari Dewi BERKREASI AGAR DIMINATI (Edisi III/2012)


Meraup peluang ekonomi dari booming endek, bagi Putu Yustrisnasari Dewi, harus dibarengi dengan menciptakan kreasi. Usaha endek tidak boleh sekadar menjual lembaran kain endek. “Kalau kita berkreasi, nilai jualnya tentu lebih tinggi,” kata perempuan yang membangun usaha dengan merk Kwace Bali ini.
Ibu satu anak ini termasuk orang baru menggeluti usaha endek. Ia baru dua tahun berkecimpung di bisnis endek, setelah sebelumnya hanya focus pada usaha bordir. “Saya melihat endek semakin banyak dikenal dan dicari. Karena itu saya beranikan diri berusaha di bidang ini,” ujarnya.

Agar tidak kalah bersaing dengan usaha endek lainnya, Dewi memilih menciptakan berbagai jenis desain pakaian berbahan endek. Tak sekadar desain untuk pakaian kantor, ia juga banyak berkreasi menciptakan pakaian endek untuk suasana bersantai.

Guna menghilangkan kesan kaku, Dewi banyak memadukan bahan endek dengan kain yang lebih ringan seperti sifon atau bahan kaos. Di beberapa kreasinya, Dewi bahkan berani menggunakan aplikasi endek yang sangat tipis.

“Kadang endeknya cuma saya aplikasikan di leher atau lengan saja. Sedikit sekali, tapi kesan endeknya tidak tenggelam. Justru kreasi-kreasi seperti itu yang sekarang banyak dicari. Simpel, tidak kaku, dan tidak terkesan terlalu formal. Bisa digunakan dalam suasana apa saja.”

Konsultasi Konsumen

Kepada pelanggannya, Dewi biasanya memberikan konsultasi terlebih dahulu tentang model busana endek yang diinginkan. “Kalau modelnya sudah pas, baru saya jahitkan. Kadang-kadang ada juga pelanggan yang bawa desain sendiri. Biasanya desain itu kita cocokkan dengan bentuk tubuh dan kebutuhannya. Kalau belum pas, saya beri saran-saran, agar hasilnya maksimal,” terangnya.

Selain menjual endek dalam bentuk lembaran dan dalam bentuk pakaian jadi, Dewi juga siap menerima order menjahit pakaian endek. “Jadi kalau pelanggan sudah punya kainnya, tinggal dibawa ke tempat saya, lalu saya jahitkan sesuai keinginannya. Tidak masalah,” katanya.

Bagi pelanggan yang enggan menggunakan endek yang cenderung berbahan berat dan kaku, Dewi juga menawarkan endek print  atau sablon. Yang dimaksud endek print adalah kain berbahan ringan yang disablon dengan motif endek. “Sejak saya perkenalkan endek print ini tahun lalu, responnya lumayan bagus. Banyak travel agent yang order, untuk tamunya. Karena endek print ini cenderung lebih praktis dan bisa dipakai untuk berbagai bentuk, termasuk untuk gaun malam,” ujar Dewi.

Dari usaha endeknya yang padat kreasi, Dewi mengaku meraup keuntungan yang lumayan. Dalam sebulan, ia bisa meraup hingga Rp 30 juta. “Tapi ya, tidak selalu segitu. Namanya jualan, kadang dapat banyak, kadang sedikit. Itu memang tantangan berjualan,” tegasnya. (viani)
Bagikan

SAJIAN TERBARU LAINNYA