Franchise sejatinya bukan sesuatu yang baru. Hanya saja di Indonesia bentuk usaha ini baru menjadi trend sejak beberapa tahun belakangan ini. Sejatinya setiap usaha memiliki peluang untuk dijadikan sebagai franchise. Hanya saja ternyata tak semua pengusaha mampu menjadikan usahanya sebagai franchise.
Jika Anda pengusaha yang ingin menjadikan bisnis anda sebagai franchise, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sehingga usaha Anda layak untuk dijadikan franchise. Pertama, usaha yang Anda bangun harus sukses dalu. Ukuran sukses tidak hanya dalam hitungan bulan. Paling tidak, franchisor perlu membuktikan masa sukses usahanya dalam tiga tahun terakhir. Kurang dari itu, belum menjadi alasan bagi calon investor untuk membelinya.
Kedua, memastikan bahwa franchisee bisa berhasil. Artinya, usaha yang dibangun oleh franchisor sangat menguntungkan dan trendnya memperlihatkan kinerja penjualan yang terus meningkat. Jangan sampai niatan Anda hanya sekadar untuk mendapatkan franchise fee atau menerapkan target jangka pendek tanpa mempertimbangkan faktor franchisee.
Ketiga, bisnis tersebut bisa dioperasikan oleh investor. Anda atau staf Anda harus bisa melatih calon investor untuk menjalankan usaha tersebut dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Keempat, Anda harus punya petunjuk manual untuk semua operasi usaha, baik harian, mingguan dan bulanan. Tujuannya, agar franchisee bisa menjalankan usaha tersebut sesuai petunjuk manual secara sistimatis seperti yang Anda lakukan untuk mencapai hasil yang maksimal.
Kelima, produk yang Anda jual harus punya daya tarik pasar dalam jangka waktu yang panjang. Sejumlah produk memiliki lifecircle yang sangat pendek, terutama untuk produk-produk fesyen. Anda harus memikirkan konsep produk sehingga bisa bertahan lama di pasaran. Karena itu, produk Anda harus punya differensiasi atau keunikan tersendiri.
Keenam, bisa dijalankan di berbagai tempat. Artinya, usaha tersebut bisa dijalankan di berbagai tempat sesuai dengan persyaratan usaha dan bisa dipindahkan lokasinya ke tempat lain, termasuk juga ke luar negeri.
Ketujuh, usaha Anda harus punya potensi pasar yang cukup agar bisa dinikmati oleh para franchisee. Dalam hal ini, franchisee juga harus bisa meraih laba yang wajar setelah menyetorkan modal pertamanya untuk pendirian usaha. Jangan sampai margin yang ditarik franchisor terlalu tinggi sehingga merugikan franchisee.
Kedelapan, usaha tersebut sudah didaftarkan dengan nama atau mereknya. Ini harus dilakukan tidak hanya untuk melindungi usaha Anda, tetapi juga para franchisor yang menggunakan merek Anda. Terakhir, sebagai franchisor Anda harus punya SDM dan sumber dana yang memadai untuk men-support usaha Anda ke depan.
DUKUNGAN SISTEM YANG TERUJI
Meski banyak franchise berkembang di Bali, ternyata sebagian besar pengusaha hanya menjadi franchisee dan bukannya franchisor. Di Indonesia sendiri ada lebih dari 2 ribu BO dan franchise. Dari jumlah itu baru satu yang berasal dari Bali yakni British 5. Hal yang sama juga terjadi pada BO, hanya satu BO yang berasal dari Bali, yakni Edam Burger. Demikian diungkapkan franchisor yang juga consultant franchise Raul Haidin.
“Saat ini kami sedang menggagas gerakan Bali Go franchise. Di Bali ada begitu banyak pengusaha yang bagus dengan bisnis yang prospektif untuk dikembangkan. Hanya saja ternyata minim sekali yang dikembangkan sebagai franchise ataupun BO,” ujarnya.
Kendala yang selama ini dihadapi oleh para pengusaha untuk mengembangkan usahanya sebagai franchise yakni bagaimana membuat sistem yang bisa diandalkan. Untuk menghasilkan sebuah sistem yang teruji, diperlukan seorang konsultan franchise yang sampai saat ini jumlahya sangat terbatas di Indonesia.
“Tidak semua orang bisa membuat sistem, karenanya diperlukan jasa konsultan franchise. Saat ini di Indonesia hanya ada 18 orang konsultan yang biasanya terpusat di kota-kota besar seperti Jakarta, Jogjakarta dan Surabaya. Sementara di Bali hanya ada 1 orang konsultan” jelasnya.
Diakui memang untuk menciptakan sebuah sistem yang bisa diandalkan memang diperlukan biaya yang tidak sedikit. Sekali konsultasi biasanya seorang pengusaha harus merogoh kocek hingga Rp 50 juta. Sebuah sistem biasanya memerlukan delapan bulan pengerjaan.
Hanya saja jika dibandingkan dengan hasil yang didapatkan, tentu hal ini sangatlah sepadan. Raul mencontohkan British 5 yang bergerak dalam bidang pendidikan. Pada awal menjadi franchise dijual di kisaran harga Rp 20 juta, saat ini telah dijual dengan harga Rp 70 juta. Peningkatan harga ini akan selalu mengikuti pertumbuhan jumlah outlet. Maka bisa dibayangkan berapa passive income yang bisa didapat oleh seorang pengusaha franchise.
Di samping akibat minimnya consultant franchise di Bali, kurang berkembangnya franchisor di pulau dewata ini juga dikarenakan minimnya dukungan pemerintah. Kementerian perdagangan memang kerap melaksanakan event-event pelatihan waralaba. Hanya saja Bali tak pernah menjadi tempat penyelenggaraan. Pelatihan seringkali hanya dilakukan di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogjakarta dan Medan.
Raul menilai pemerintah memang sangat perlu memberikan perhatian terhadap pertumbuhan waralaba di Indonesia. Jika tidak diantisipasi, Indonesia akan hanya berhenti sebagai pasar francise tanpa diimbangi pertumbuhan franchisor yang memadai.
“Di samping pendidikan kewirausahaan, seharusnya juga diberikan pendidikan tentang franchise atau waralaba. Dengan hal ini maka anak muda yang ada di Indonesia bukan hanya diajari bagaimana membangun sebuah usaha tetapi juga bagaimana mengembangkan usahanya sehingga mampu memasuki pasar global,” imbuhnya.