Minggu, 29 April 2012

LABA WARALABA (Edisi IV/2012)

Banyak orang yang mendambakan punya usaha sendiri. Namun tak semua orang mampu mewujudkannya. Untuk terjun ke dunia usaha, tidak cukup hanya bermodalkan uang dan keberanian saja. Pemahaman akan membangun sistem usaha mutlak diperlukan. Si pelaku usaha juga harus mengubah pola pikirnya, dari pola pikir seorang pekerja ke pola pikir seorang wirausaha.  Jika tidak, usaha yang dibangun tidak akan berkembang dan mandiri. Alih-alih membangun usaha dengan tujuan bebas dari rutinitas kerja, justru sebaliknya terjebak dalam rutinitas yang sama dengan ilustrasi yang berbeda. Dengan kata lain, si pelaku usaha hanya pindah lapangan pekerjaan saja. Karena usahanya baru berjalan ketika si pelaku terlibat di dalamnya. Jika tidak, maka usahanya akan terhenti.

Kondisi ini memberikan peluang kepada para pelaku usaha yang sudah berjalan dan berkeinginan mengembangkan merek dagangnya. Adanya keinginan masyarakat untuk memiliki usaha serta kebutuhan modal untuk mengembangkan usaha memunculkan pasar. Maka munculah bentuk kerja sama dengan menawarkan sistem usaha yang sudah berjalan kepada para pemodal yang ingin mempunyai usaha namun tidak mampu membangunnya. Bentuk kerja sama ini dikenal dengan istilah waralaba.

Waralaba menawarkan banyak kemudahan bagi khususnya pengusaha pemula. Namun, bagaimana kiat-kiat dalam memilih dan membeli waralaba? Apakah yang harus dipahami ketika membeli sebuah merek dagang yang dijual secara waralaba? Dan apa syarat suatu merek dagang bisa dijadikan waralaba? Khusus untuk edisi April, redaksi menyajikan seluruh seluk-beluk usaha waralaba. Pemaparan Raul Haidin, seorang Franchisor & Consultant Franchise, bisa memberi gambaran yang jelas bagi pembaca yang ingin menginvestasikan modalnya ke dalam usaha waralaba. Di samping itu, pemaparan dari para pelaku juga layak untuk disimak.

Untuk profil koperasi, edisi April redaksi menampilkan Koperasi Sari Rejeki dan KSP Karna. Koperasi Sari Rejeki, beranggotakan para perajin bambu di Banjar Pucangan, Desa Kayubihi, Bangli. Bagaimana kiat mereka dalam mengatasi persaingan bisnis dan merambah pasar bagi anggotanya, I Nengah Suwirya, Ketua Koperasi Sari Rejeki mencoba untuk berbagi kiat. Sementara I Made Sukadana Fajar, Ketua KSP Karna yang beralamat di jalan Sudamala, Sanur, berbagi kisah tentang upayanya dalam menggerakkan generasi muda untuk berkoperasi. Serta usaha-usaha yang dilakukan dalam merangkul dan melibatkan para anggota keluarga dan menjadikan mereka sebagai aset koperasi.

Rubrik Seni Budaya edisi ini mencoba mengkaji dampak Hari Raya Nyepi. Tradisi perayaan pergantian Tahun Caka yang unik tersebut ternyata memberikan dampak yang sangat positif terhadap bumi. Bahkan bisa dijadikan gerakan nyata bagi penyelamatan bumi. Masih ada rubrik profil dari beberapa tokoh serta beberapa artikel agrobis yang layak untuk disimak. Dan akhir kata, tak lupa segenap tim redaksi Tabloid Galang Kangin mengucapkan Selamat Tahun Baru Caka 1934.
Bagikan

SAJIAN TERBARU LAINNYA