Jumat, 18 Mei 2012

BERHARAP PERHATIAN PEMERINTAH (Edisi V/2012)

Dirintis hanya oleh 10 orang, 4 April 2004, Koperasi Serba Usaha (KSU) Sedana Luwih berdiri. Belum berbadan hukum. Saat itu masing-masing mengeluarkan modal Rp 10 juta per  orang.

“Kebetulan saya kerja di Bukopin selama 5 tahun, sehingga saya berfikir untuk mengembangkan usaha yang kiranya dapat bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Saya punya ilmu untuk mengembangkan koperasi itu. Jadi saat berdiri dengan modal awal  100 juta rupiah, sampai akhir tahun sudah mencapai  Rp 600 juta.

Sumbernya kepercayaan masyarakat. Jangkauan anggota koperasi tersebut tersebar dari daerah Petang hingga ke Ungasan. Masyarakat sebagai anggota mempercayakan tabungan dan kreditnya di koperasi, sehingga pada Januari  2008 kami bisa membangun gedung baru di Jalan Padang luwih, Dalung,” kata I Gusti Agung Ngurah Darma Susila, SE., manager KSU Sedana Luwih.

Manajer yang akrab disapa Agung ini membesarkan koperasi dengan tujuan ingin memanfaatkan ilmu yang didapatnya saat bekerja di Bukopin, untuk membantu masyarakat terutama masyarakat kalangan menengah bawah.

Agung yang juga menjabat sebagai Ketua Koordinator Dewan Koperasi Daerah Kecamatan Kuta Utara dan Ketua Pengawas Pusat Koperasi Jagadhita Kabupaten Badung, berusaha menghapus image yang sering memandang koperasi sebelah mata.  Bahkan sekarang ini koperasi dianggap kumpulan orang-orang miskin.
“Kami ingin mengubah paradigma tersebut karena koperasi ini merupakan potensi yang sangat besar yang harus didukung dan dianggap sebagai sesuatu yang layak untuk diajak bekerjasama oleh pemerintah.

Koperasi dan UKM pada waktu krisis tidak terpengaruh krisis. Waktu krisis tahun 1998 itu, yang berantakan adalah pengusaha-pengusaha besar, karena kalau koperasi orientasinya adalah masyarakat kecil dan menengah jadi saat itu koperasi masih eksis. Mereka bisa mandiri tanpa tergantung pada moda luar. Dalam hal ini koperasi harus bersinergi dengan pemerintah, dan pemerintah kami harapkan mampu berbuat banyak untuk kemajuan koperasi,” jelasnya.

Bukan hanya sekadar bantuan dan perhatian yang diharapkan dari pemerintah,  tetapi juga pengawasan terhadap koperasi. Pengawasan dalam banyak hal seperti manajemen koperasi, pendidikan koperasi, dan permodalan koperasi. Selain itu, pihaknya bersama rekan-rekannya di koperasi mengharapkan pemerintah bisa membuat bank yang mewadahi koperasi. Artinya lembaga ini bisa menerima kelebihan dan kekurangan dana koperasi. “Selama ini belum ada lembaga seperti itu. Dulu Bank Bukopin itu bank koperasi, tetapi dalam pelaksanaannya itu bank umum,” ujar Agung.

Perjalanan KSU Sedana Luwih tak selamanya mulus. Ada pasang surut, khusunya dalam penyiapan SDM. “Koperasi ini kewalahan dalam hal SDM. Kami kewalahan mencetak SDM agar mampu melayani dengan baik. Masyarakat dan anggota bisa puas dan nyaman bekerjasama dengan koperasi, kredit di koperasi, menabung di koperasi. Di situlah kami harapkan pemerintah untuk memfasilitasi, mendidik atau bahkan mendampingi,” jelas Agung yang juga Sekretaris Forum Manajer Kompetensi se-Bali ini.

Ia mengungkapkan, di Badung saat ini ada sekitar 11,8 persen koperasi yang mengalami kolaps. Dari 480-an koperasi, yang eksis hanya 300-an koperasi. Menurut Agung karena tidak adanya pendampingan, tidak ada peranan yang signifikan dari pemerintah itu tadi. Oleh karena itu ia sangat mengharapkan peran pemerintah dalam pemberdayaan koperasi. Bahkan secara terbuka ia mengungkapkan jika sekarang ini kepercayaan masyarakat terhadap koperasi tidak 100 persen.

 “Kalau mereka (masyarakat) punya uang, mereka menyimpannya di bank umum, tapi kalau mereka membutuhkan dana mereka pinjam ke koperasi,” ungkap Agung sembari menambahkan, karena lemahnya kontrol pemerintah, banyak koperasi yang menyalahgunakan fungsi dan tujuan awalnya. (kresia)

MEMBERI LEBIH

SAAT ini KSU Sedana Luwih memiliki 205 orang anggota, dengan 60 persen bermata pencaharian sebagai pedagang. KSU ini melayani semua kebutuhan nasabahnya, sehingga kepuasan yang mereka terima bisa menumbuhkan kepercayaan kepada koperasi. Meski itu tidak mudah, menurut Agung koperasinya telah memenuhi syarat sebagai koperasi sehat dengan rasio kredit bermasalah di bawah 2 %.

”Kami melakukan pendekatan-pendekatan tentunya,” ungkap Agung. Dalam melayani kebutuhan anggotanya, KSU Sedana Luwih bekerjasama dengan tokoh masyarakat, anggota DPR untuk memberikan sumbangsih yang nyata kepada masyarakat dalam hal ini pemberian santunan kepada masyarakat yang tidak mampu. Hal itu telah menjadi agenda rutin setiap tahun KSU Sedana Luwih. Seperti sekarang ini tanpa terasa KSU Sedana Luwih telah memasuki usia 8 tahun. Dengan motto ‘maju bersama anggota’ diharapkan koperasi ini bisa berkembang dan maju bersama anggotanya.

Di usianya yang ke-8, Agung berharap melalui KSU Sedana Luwih, ia bisa memberikan sesuatu kepada masyarakat, dan anggota pada khususnya. “Karena jika tidak nisa memberikan sesuatu yang lebihs,” kata Agung. (kresia)
Bagikan

SAJIAN TERBARU LAINNYA