Selasa, 26 Juni 2012

MERETAS BISNIS DARI KEGEMARAN (Edisi VI/2012)

Kreativitas dan inovasi kerap tak hanya membuat seseorang mampu keluar dari keterpurukan, tetapi sering menjadikan orang merasa lebih berarti dalah hidupnya.

Kegemaran Putu Deasy Krisna Dewi melakukan perawatan kecantikan tak pernah disangkanya bakal  memberinya jalan meretas bisnis. Kegemarannya itu pula ternyata yang membangkitkannya dari keterpurukan.
Semasih bekerja pada sebuah perusahaan farmasi, wanita yang satu ini  selalu menyiapkan budget khusus untuk perawatan kecantikan tubuhnya. Berkat kreativitas dan inovasinya, ia justru beralih menjadi produsen produk kecantikan berbahan herbal. Produk pertamanya berupa dupa aromatherapy. Produksi ini hanya dilakukan selama satu tahun. Selanjutnya ibu tiga anak ini mulai membuat produk lulur dan ratus yang kemudian menjadi produk andalannya. Kini, setidaknya ada dua puluh tujuh produk yang ia miliki.

Produknya yang diberi brand The Legong ternyata diterima dengan baik oleh masyarakat. Bahkan saat ini pemasaran produknya tak hanya terbatas di Bali. Beberapa kota di luar pulau Bali seperti Jakarta, Surabaya, Batam, Medan dan Mataram ditembusnya.

Mereka yang menggunakan produk The Legong tak hanya konsumen perorangan, beberapa spa juga menggunakan produknya. Bahkan tak jarang beberapa orang membeli produk dan kemudian mengemasnya sendiri dan dijual sebagai produk sendiri.

Meski banyak perusahaan sejenis bermunculan di Bali, Dewi, demikian ibu muda ini biasa disapa, mengaku tak merasa khawatir. “Tiap tempat punya produk andalan, kalau di sini produk ratus yang paling dicari. Beberapa pelanggan yang datang tak hanya untuk sekadar membeli produk. Banyak juga diantara mereka yang datang untuk mengkonsultasikan masalah kewanitaan yang mereka hadapi. Kalau malam BBM saya penuh dengan konsultasi, bukan hanya oleh perempuan tapi ada juga laki-laki,” ungkapnya.

Bertumbuh suburnya tempat perawatan diri berupa spa di Bali dilirik sebagai peluang yang menjanjikan oleh Dewi. Apalagi kemudian Bali yang juga dinobatkan sebagai pulau spa terbaik, Dewi menilai ini akan menjadi bisnis yang sangat menjanjikan ke depan. Terlebih dengan semakin tingginya minat masyarakat terhadap produk-produk herbal, tentu akan menjadi peluang tersendiri bagi produk semacam ini.

Pertahankan Mutu

Dewi percaya, seperti halnya persaingan yang ketat pada bisnis spa, produk pendukung spa yang dimiliki Dewi pun tentu harus mampu bersaing. Mengatasi persaingan yang semakin ketat, Dewi cukup ketat pada kualitas produk. “Menjaga  kualitas produk itu merupakan kunci utama,” akunya.

Ia tak menampik munculnya banyak usaha sejenis kerap memicu persaingan yang tak sehat. Bahkan tak jarang ada beberapa pengusaha yang melempar produk dengan harga murah dan dapat merusak pasar.
“Jika dibandingkan dengan produk lain yang sejenis, produk saya memang lebih mahal. Banyak dari pelanggan yang mengungkapkan hal ini dan membandingkan produk saya dengan produk lain yang menurut mereka lebih murah. Beberapa diantara mereka memang beralih ke produk lain, akan tetapi pada akhirnya mereka kembali karena setelah dicoba mereka tahu kalau produk saya memang memiliki kualitas yang berbeda.”

Mutu yang tetap terjamin menjadi kunci bagi Dewi untuk mempertahankan pelanggan dan pasar. Sampai saat ini ia selalu menghindari menggunakan bahan kimia sintetik yang bisa berbahaya bagi tubuh manusia. Termasuk untuk bahan pengawet, Dewi juga hanya menggunakan garam. Karenanya produk-produknya hanya mampu bertahan selama enam bulan. (ayu)


JALAN YANG DIPILIH

TERSIMPAN berkah di balik musibah. Seperti  ungkapan itulah apa yang dilalui perempuan ayu pemilik nama lengkap Putu Deasy Krisna Dewi ini.  Usaha yang digeluti dan mengantarnya pada sebuah kesusksesan merupakan sebuah bisnis keterpaksaan yang dilakoninya usai mendapatkan musibah. Awalnya ia bekerja di sebuah perusahaan farmasi Amerika dengan penghasilan di atas 30 juta rupiah tiap bulan. Akan tetapi usai ditipu dan menderita kerugian hingga ratusan juta, ia pun jatuh sakit.

“Sebenarnya saya tak punya riwayat sakit jantung. Mungkin karena depresi habis ditipu sampai 650 juta, saya menjadi depresi. Saat general check up yang rutin dilakukan perusahaan, terlihat saya memiliki masalah dengan kesehatan dan langsung dapat SP3. Akhirnya karena kinerja saya tak membaik setelah dua bulan saya resign tanpa pesangon dan kemudian terpaksa kembali ke kampung,” kenangnya.

Kemampuan Dewi untuk mengolah bahan-bahan yang ada di sekitarnya sebagai produk herbal tak lepas dari kegemarannya merawat diri. Dewi menuturkan saat masih bekerja di perusahaan farmasi dan ditugaskan ke luar kota, ia gemar mengikuti kursus-kursus pembuatan produk spa. Inilah yang kemudian ia kembangkan sampai sekarang. Sementara untuk resep tentang tanaman obat yang bisa digunakan untuk melakukan perawatan ia dapat melalui lontar usadha yang ada di rumah mertuanya.

"Pengetahuan tentang pengobatan saya dapat dari lontar usadha yang ada di rumah, kursus-kursus dan juga dari hasil konsultasi dengan Prof. Wimpie yang selama ini sangat banyak membantu saya. Saya memang pernah mengalami peristiwa yang mengisyaratkan saya harus membantu mengobati orang dan jalan inilah yang saya pilih. Saya memang fokus pada perawatan wanita terutama areal kewanitaan yang kerap diabaikan perempuan Bali. Karena itu kebanyakan produk saya merupakan produk perawatan untuk daerah kewanitaan," ungkapnya.

Banyak pengalaman yang didapat Dewi selama ini. Bahkan banyak manfaat lain dari produknya yang ia ketahui justru dari konsumen. Hingga tak heran, produksi yang hanya diawali dengan 1 kg lulur, saat ini omsetnya telah mencapai Rp 25 juta per bulan. Jumlah ini bisa mengalami peningkatan tajam jika Dewi mengikuti pameran dan ditambah dengan melakukan terapi ear candle yang juga menjadi salah satu andalannya.

Meski telah memiliki pasar tersendiri, bukan berarti usaha Dewi ini tanpa kendala. Alasan klasik kurangnya modal menjadi kendala utama yang masih harus dihadapi. Bahkan beberapa kali saat menjelang pameran, Dewi belum memiliki cukup produk untuk dibawa. "Untungnya ada rekan yang banyak membantu saya. Salah satunya Koperasi Srikandi di Ubung yang selama ini sering memberikan bantuan meski saya tak memiliki jaminan," jelasnya.

Sementara untuk bahan baku Dewi mengaku tak mengalami kendala yang berarti. Ini dikarenakan produknya dibuat dari bahan bumbu yang bisa didapat dari para petani sekitarnya maupun pasar-pasar tradisional. Pun demikian dengan promosi, selama ini ia selalu mendapat dukungan penuh dari pemerintah Kabupaten Gianyar, bahkan Provinsi sebagai salah satu produk unggulan karya putra daerah.

"Selama ini saya banyak dibantu pemerintah, difasilitasi untuk melakukan pameran bukan hanya di Bali, tetapi juga luar kota bahkan luar negeri. Ini sangat membantu untuk memperkenalkan produk dan memperluas pasar. Bahkan saya juga dibantu untuk meng-HAKI-kan produk saya. Perhatian dan pembinaan yang diberikan benar-benar saya rasakan. Apalagi produk herbal kini semakin diminati," ujarnya.(ayu)
Bagikan

SAJIAN TERBARU LAINNYA