Sabtu, 28 Juli 2012

BESARKAN USAHA DAN ANAK (Edisi VII/2012)

Banyak pendapat, perempuan yang menjalankan usaha akan membuatnya mengesampingkan tanggung jawab dan kewajiban untuk mengurus keluarga dan rumah tangga. Kesuksesan  karir bisnis kerap diikuti oleh berantakannya rumah tangga, yang membuat anak menjadi korban.

Anggapan, tudingan seperti itu tak selamanya benar. Tak sedikit perempuan yang ternyata mampu menyelaraskan usaha dengan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga.

Susanti salah satunya. Perempuan 41 tahun ini membuktikan menjalankan usaha tak harus mengorbankan waktu dan kebahagiaan keluarga. Bahkan terbukti usaha yang dikelola sambil membesarkan anak dan menjalankan kewajiban sebagai ibu rumah tangga tetap menjadi yang terindah baginya. Tetap menjadi bagian dari masyarakat, juga tak menghalanginya meraih kesuksesan.

Bertempat di daerah Pemogan, perempuan asal Jember ini sukses membangun usaha pembuatan kostum peri untuk anak-anak. Sebelum akhirnya memulai usaha seperti saat ini, ia hanya bekerja di sebuah artshop dan juga garmen. Akan tetapi tuntutan hidup yang semakin tinggi terlebih dengan hadirnya anak-anak, membuatnya harus putar otak. Hasil yang didapat sebagai seorang karyawan dirasa semakin tak mencukupi kebutuhan rumah tangga yang semakin hari terus bertambah.

“Kalau kita terus ikut orang, sepertinya untuk maju itu sangat susah. Pendapatan kita pasti terus segitu-gitu aja. Kalaupun naik, pasti tak seberapa dan waktunya juga lama. Padahal keperluan hidup terus bertambah. Saat baru ada 1 orang anak mungkin tak jadi masalah, tapi saat lahir anak kedua baru akan terasa. Karena itu kita tak bisa selamanya cuma jadi karyawan. Harus berusaha membangun usaha sendiri,” jelasnya.
Susanti mengisahkan, saat kebingungan mencari cara untuk menambah penghasilan, ia bertemu seorang teman lama yang pernah bekerja di tempat yang sama. Saat itu temannya memang tengah mencari orang untuk membantu memproduksi kostum untuk anak-anak.

Berbekal pengalaman lima tahun bekerja di artshop dan di bagian produksi selama lima tahun, ia memberanikan diri untuk turut serta memproduksi kostum yang bertema utama peri untuk anak-anak.
“Saya tak memiliki keahlian, hanya pengalaman 10 tahun di bidang produksi dan pemasaran pakaian. Inilah yang kemudian menjadi modal utama yang membuat saya yakin saat ada teman yang mengajak bekerja sama dalam memproduksi kostum untuk anak,” ungkapnya.

Di masa awal ia memulai usahanya pada 2002, produksinya sangat terbatas. Ini dikarenakan ia hanya menyediakan pakaian untuk toko kecil milik rekannya yang ada di seputaran Kuta. Selain dibantu suaminya ia juga dibantu oleh tiga orang pekerja.

Ketekunannya dalam mengembangkan usaha ternyata berbuah manis. Seiring perjalanan waktu, pesanan terus berdatangan. Hingga pada akhirnya ia bertemu dengan seorang pelanggan yang merupakan supplier kostum anak dan memberinya order dalam jumlah besar hingga saat ini.

Produksi yang awalnya hanya dikerjakan oleh tiga orang pegawai saat ini semakin berkembang. Bertempat di sebelah rumahnya, ia dibantu oleh sekitar tiga belas orang pekerja. Di samping itu ia juga masih dibantu oleh beberapa orang yang bekerja secara lepas yang mengerjakan aksesoris hingga menjahit pakaian yang akan dijadikan kostum.

 Sampai saat ini Susanti mengaku tak pernah kesulitan dalam mendapatkan order. Dalam sebulan beberapa kali order datang dari pelanggannya. Meski masih berskala industri rumah tangga, dalam sebulan usaha kostum yang berlabel Lely Fairy ini bisa mendapat order puluhan hingga ratusan juta rupiah.

Tanpa Promosi

Dari sisi pasar, Susanti mengaku tak pernah kesulitan. Bahkan semua produknya ditujukan untuk pasar ekspor. Australia menjadi pasar utamanya hingga saat ini. Tak pernah ada promosi yang dilakukan untuk mendapatkan pesanan. Pesanan selalu ada terlebih sampai saat ini usaha pembuatan kostum relatif sedikit yang menggeluti.

“Saya tak pernah promosi untuk memasarkan produk, tetapi syukur sampai saat ini selalu ada order yang datang. Bahkan saya heran dibawa kemana semua baju yang dipesan. Meski selalu ada pesanan, saya tetap menjaga kualitas produk sehingga pelanggan merasa puas. Saya menjalankan usaha hanya bermodalkan ketekunan dan tetap berdoa,” ujar istri dari Nawawi ini.

Ibu dari tiga orang anak  ini mengungkapkan berkembangnya usaha yang telah digelutinya hampir sepuluh tahun ini bukan hanya membawa dampak bagi keluarganya, tetapi juga ibu-ibu lain yang juga membantunya dalam proses produksi. Karena membuat pernak-pernik dibutuhkan keahlian dan ketelitian, maka sebagian besar pekerjaanya ibu-ibu rumah tangga.

Susanti juga memiliki alasan tersendiri memilih mempekerjakan perempuan dan ibu rumah tangga untuk membantunya dalam berproduksi. Diberikannya order pada ibu rumah tangga bisa membuat mereka mendapatkan penghasilan tambahan tanpa harus meninggalkan kewajiban menjaga anak.

“Pekerjaan ini bisa dilakukan sambil menjaga anak di rumah. Sama seperti saya yang tek perlu meninggalkan anak. Kegiatan kemasyarakatan termasuk kegiatan keagamaan seperti pengajian  juga tetap bisa kami lakukan. Usaha ini juga menjadi kesempatan untuk bersosilisasi. Semua orang yang bekerja dengan saya sudah seperti keluarga, bukan seperti pegawai, sehingga mereka merasa nyaman,” ceritanya.
Bagikan

SAJIAN TERBARU LAINNYA