Dalam beberapa tahun lalu, tumbuh cukup banyak koperasi di Kabupaten Gianyar sebagai bentuk geliat perekonomian masyarakat. Di sisi lain keberadaan koperasi-koperasi yang menjamur tersebut, tak sedikit yang menuai kontroversi. Meski koperasi berdampak positif pada perekonomian rakyat, banyak juga yang menuding pendirian begitu banyak koperasi ini kental muatan politis. Pendirian koperasi tanpa adanya kajian yang jelas dikhawatirkan justru menjadi masalah karena tanpa didukung kemampuan manajemen yang memadai.
Selain koperasi banjar yang berdiri di setiap banjar dinas, pada tahun 2005 juga didirikan koperasi seniman. Tercatat 20 koperasi seniman berdiri tersebar di seluruh Gianyar. Di awal pendiriannya masing-masing koperasi ini diberikan bantuan senilai Rp 100 juta. Hanya saja dalam perkembangannya, tak semua koperasi ini mampu bertumbuh norman sesuai dengan harapan. Banyak yang justru mengalami berbagai kendala dalam perjalanannya.
Salah satu koperasi seniman yang masih berjalan dan mampu berkembang sampai saat ini yakni Koperasi Seniman Baris Gede, Desa Adat Manukaya Let. Koperasi yang terletak di kawasan Pura Tirta Empul ini terus berkembang di tengah ketatnya persaingan lembaga keuangan.
Manager Koperasi Seniman Baris Gede Desa Adat Manukaya Let, Made Mawi Arnata mengungkapkan, koperasi ini didirikan pada awalnya memang untuk melestarikan keberadaan seni baris gede yang merupakan tarian sakral pelengkap yadnya. Caranya yakni dengan meningkatkan kesejahteraan para seniman melalui koperasi seniman.
Karena koperasi seniman, maka pada awal pendiriannya hanya para seniman yang menjadi anggota, hanya para seniman yang terlibat dalam kesenian baris gede. Mulai dari para penari baris, penabuh hingga penari rejang. Respon positif diberikan para seniman untuk perhatian pemerintah terhadap eksistensi seni wali dan juga seniman yang mendukungnya.
Malah, seiring perjalanan waktu, keanggotaan koperasi seniman ini meluas. Saat ini banyak anggotanya merupakan warga desa pakraman. Tak hanya sebagai anggota, desa pakraman juga terlibat dalam hal penguatan permodalan. Ini dikarenakan keberadaan seni baris gede tak bisa dilepaskan dari desa pakraman sebagai sebuah lembaga sosio religius.
“Dulu memang anggotanya hanya para seniman tetapi sekrang banyak anggota desa adat yang menjadi anggotanya. Desa adat juga membantu dalam peningkatan pemodalan sehingga koperasi bisa berjalan dan berkembang seperti saat ini. Desa adat memang memberikan perhatian yang sangat besar terhadap keberadaan koperasi ini,” ujar Mawi yang juga Bendesa Desa Adat Manukaya Let ini.
Setelah berjalan tujuh tahun, diakui modal yang dimiliki Koperasi Seniman Baris Gede Desa Adat Manukaya Let memang telah berkembang. Dari bantuan awal yang hanya Rp 100 juta, kini telah berkembang sampai Rp 600 juta. Pun demikian dengan anggotanya saat ini sekitar 200 orang.
Tak hanya dengan mengembangkan unit usaha baru. Guna menjaga perkembangan koperasi, para pengurus juga selalu berusaha selektif dalam menyalurkan kredit. Ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya kredit macet. Bahkan untuk menambah modal, koperasi ini juga sangat berhati-hati.
“Bantuan yang diberikan baik oleh pemerintah maupun desa adat tentu harus dikelola secara hati-hati dan bertanggung jawab. Desa adat memang bisa memberikan bantuan modal yang besar, tetapi kami harus berhati-hati mengelolanya. Kami tidak mau karena diketahui ada uang banyak dikoperasi ini maka orang berlomba-lomba untuk meminjam tapi malah berakhir sebagai kredit macet,” kata Mawi.
Unit Usaha Rumah Makan
Mawi menceritakan, Koperasi Seniman Baris Gede Desa Adat Manukaya Let bisa berkembang seperti saat ini, karena mendapat dukungan dari Desa Adat. Selain itu juga dikarenakan mampu memanfaatkan potensi lingkungan untuk mengembangkan koperasi. Tak hanya berkutat pada unit simpan pinjam yang umum digeluti sebagian besar koperasi. Koperasi Seniman Baris Gede Desa Adat Manukaya Let juga mengembangkan unit usaha lain dengan memanfaatkan posisinya yang berada di lingkungan Pura Tirta Empul.
Turis yang selalu ramai melancong ke kawasan ini, juga masyarakat lokal yang ramai bersembahyang dan melukat di Pura Tirta Empul, oleh Koperasi Seniman Baris Gede Desa Adat Manukaya Let ditangkap sebagai peluang. Sebuah unit usaha koperasi berupa rumah makan, didirikan. Unit usaha ini ternyata mampu berkontribusi positif terhadap perkembangan koperasi hingga tetap eksis seperti saat ini.
“Banyak umat yang datang ke sini untuk melukat. Pastinya setelah melukat mereka merasa kedinginan bahkan ada yang lapar. Karena itu kami berupaya menyediakan makanan dan minuman yang diperlukan para pemedek. Mereka merespon positif hal ini karena merasa dimudahkan. Terlebih jika mereka melukat sampai malam dan membawa serta keluarga,” terangnya.
Simpan pinjam sebagai unit usaha utama, kemudian sangat terbantu dengan unit usaha rumah makan yang juga memberikan kontribusi yang tak sedikit. Tercatat setidaknya Rp 29 juta rupiah omset dihasilkan oleh unit usaha ini setiap bulannya. Tak hanya dari sisi omset, keberadaan unit usaha ini juga ternyata mampu menyediakan lapangan kerja. Sampai saat ini tercatat 10 orang terllibat dalam operasional Koperasi Seniman Baris Gede Desa Adat Manukaya Let.
Karena harus melayani umat yang datang melukat ke Tirta Empul, maka konsekuensinya unit usaha rumah makan tak pernah tutup. Mereka tetap buka meski hari libur. Bahkan saat hari raya tertentu dimana banyak umat datang untuk melukat seperti banyu pinaruh dan siwaratri, mereka harus buka sampai pagi.
“Karena harus melayani pemedek yang datang melukat, kami tak bisa libur seperti koperasi yang lain. Untuk menyiasati hal ini, kami menerapkan sistem shift terhadap mereka yang bekerja di unit usaha ini. Ini memang harus dilakukan untuk terus memajukan koperasi,” imbuhnya. (ayu)