Sabtu, 28 Juli 2012

PENTINGNYA MENGENAL KEPRIBADIAN DIRI SENDIRI (Edisi VII/2012)

Oleh Luh Kadek Budi Martini, SE.,MM

Pada zaman Yunani Kuno para Filsuf besar mengakui pentingnya pengetahuan mengenal diri sendiri. Socrates, seorang filsuf besar mengatakan : lebih dari segalanya, ketahuilah diri Anda. Namun kebanyakan kita merasa kurang tertarik atau kurang penting untuk meluangkan waktu seperlunya agar sadar terhadap diri kita. Sedangkan yang lain merasa bahwa melewatkan waktu hanya untuk memahami diri itu adalah perbuatan yang egois, karena itu lebih baik waktu digunakan berupaya untuk memahami orang lain.

Mengapa perlu mengenal diri sendiri?
1.    untuk mengetahui identitas diri
2.    untuk mengetahui tentang persepsi diri agar tidak mudah dipengaruhi dan terpengaruh oleh orang lain
3.    untuk bisa menerima diri sendiri dengan segala sikap negatif yang dimiliki dan mau mengadakan koreksi perubahan sikap negatif pada diri yang dimiliki

Apa itu kepribadian?
•    Kepribadian bukan sesuatu yang dapat kita pakai dan lepas begitu saja, seperti mode pakaian yang mutakhir.
•    Kepribadian  membentuk diri kita menjadi sesuatu yang bersifat unik
•    Kepribadian tercermin melalui cara atau sikap : Bagaimana kita tampil, bertingkah laku di rumah maupun di tempat kerja dan di dalam kebanyakan situasi sosial lainnya dalam kehidupan kita

Kenapa penting mempelajari kepribadian?
1.    Untuk bisa menerima diri sendiri
2.    Mengembangkan perasaan harga diri dan percaya diri
3.    Meningkatkan “pengertian” diri, nilai-nilai diri dan  kebutuhan diri sehingga bisa mengontrol orang lain melakukan hal yang sama
4.    Untuk memperoleh pengertian kepribadian orang lain, sehingga terjadi umpan balik pengalaman yang positif
5.    Mempelajari perubahan dalam gaya hidup (life style) yang berkembang

Mentransformasikan diri dari orang biasa menjadi orang yang penuh dengan percaya diri tidaklah mudah. Tapi bukan pula berarti tidak mungkin dilakukan. ”Orang biasa akan percaya jika dia melihat dulu. Sementara orang yang mentransformasikan hidupnya untuk suatu tujuan akan melihat sesuatu karena ia mempercayainya”. Itu semua mengisyaratkan bahwa setiap orang sebenarnya dalam bertindak sangat dipengaruhi oleh apa yang dipikirkannya.

Faktor yang memengaruhi terbentuknya kepribadian
1.    Faktor bawaan
Bawaan genetik yg menentukan diri fisik primer (warna kulit, mata, bentuk  hidung), juga kecenderungan dasar, misalnya kepekaan, penyesuaian diri.
2. Faktor lingkungan
    sekolah, lingkungan sosial budaya (teman, guru, tetangga)
       Contoh : Perluasan wawasan => Pendidikan formal/informal, pergaulan
3. Interaksi antara bawaan dan lingkungan
    Mengakibatkan perasaan ”Aku/Diriku” dalam seseorang
Contoh : Pengalaman masa kanak-kanak => anak sering dipukuli,   
                    maka cenderung pada saat dewasa menjadi sadis/kejam.

Langkah-langkah membentuk kepribadian yang positif :
1.    Antusias dan bertanggung jawab (sense of  responsibility)
Orang yang tidak mau menerima tanggung jawab, cenderung membebankan kesalahan kepada Tuhan. Dengan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, seseorang akan melaksanakan tugas yang diberikan secara tuntas, sehingga membuahkan hasil akhir yang memuaskan baik terhadap atasan maupun terhadap rekan sekerja terlebih juga terhadap customer.
2.    Perhatian (sense of  caring)
Hanya mereka-mereka yang tidak didominasi oleh sikap egosentris yang memiliki kepekaan terhadap kepntingan orang lain dan sekitarnya. Apabila kita memiliki sikap penuh perhatian, maka kita akan mampu menganalisa situasi secara tepat. Kalau kita ingin memiliki sahabat, maka kita harus bisa menjadi seorang sahabat.
3.    Memilih kata-kata dengan cermat (choice of  words)
Orang bodoh berbicara tanpa berfikir, orang yang bijaksana berfikir sebelum berbicara. Membiasakan menggunakan magic words yaitu dapat membuat senang orang yang mendengarnya, misalnya : tolong, terima kasih dan kata maaf.
4.    Kebiasaan mengkritik dan mengeluh (judge mental)
Berawal dari sifat ingin mengubah orang lain agar sesuai dengan keinginan kita, membuat kita sering mengkritik perilaku orang lain. Kebiasaan mengeluh sering kita jumpai bagi mereka yang tidak memiliki “sikap bersyukur”, juga menunjukkan kepribadian yang kekanak-kanakan karena ingin selalu diperhatikan.
5.    Tersenyum dan bersikap ramah (gracious)
Senyum meningkatkan nilai pada wajah serta memiliki efek menular dan juga merupakan cara yang murah untuk memperbaiki penampilan. Senyum yang tulus mengalir dari suasana hati yang gembira karena kebaikan. Begitu juga senyum yang tidak tulus akan mudah dirasakan oleh orang yang menerimanya. Kebiasaan selalu bersikap ramah dan tersenyum mengkomunikasikan bahwa kita bersedia menerima dan melayani keberadaan orang lain.
6.    Jadilah pendengar yang baik (be a good listener)
Mendengar menunjukkan kita memiliki kepedulian. Jika kita memiliki sikap peduli kepada orang lain, maka orang tersebut merasa dirinya penting. Hubungan timbal balik akan kita peroleh setelah kita mampu berperan sebagai pendengar terlebih dahulu.
7.    Penghargaan (reward)
Hubungan yang dapat bertahan lama adalah hubungan yang menghasilkan nilai win-win dan bukannya hubungan sesaat atau sepihak.

Di dalam organisasi atau dunia kerja, sikap saling melayani merupakan cerminan bahwa kita memiliki integritas dalam mencapai keberhasilan. Dimulai dari melayani dan mencintai diri sendiri terlebih dahulu, barulah kita akan mapu mencintai serta melayani orang lain baik horizontal/vertikal

==++==

LK Budi Martini, SE.,MM,  adalah Dosen Fak. Ekonomi Universitas Mahasaraswati (Unmas) Denpasar, dan juga seorang Instruktur Kepribadian, Service Exellent, Komunikasi, serta etika dan Kepribadian.
Bagikan

SAJIAN TERBARU LAINNYA