Siapa yang tak mengenal Gede
Pasek Suardika S.H.,M.H ? Pria kelahiran
Singajara, 21 Juli 1969 silam ini, kini begitu populer di ranah politik
nasional. Wajah dan suaranya seringkali mengisi sesi interview dan diskusi
terbatas di televisi nasional. Komentar-komentarnya semakin akrab di
koran-koran nasional, media online, dan pemberitaan lainnya.
Ya,
politisi Partai Demokrat ini begitu berani tampil mewakili partainya untuk membahas
hal-hal yang sebenarnya sangat sensitif. Ia pun tampil “membela” Anas
Urbaningrum, Ketua Umum Partai Demokrat, yang disinyalir terlibat dalam kasus korupsi
pembangunan wisma atlet.
“Banyak
orang yang bilang, kok mau sih membela
Anas Urbaningrum. Saya cuma bilang, karena saya tahu dia tidak bersalah,” kata
Pasek Suardika saat berbincang dengan Galang Kangin.
Sebagai
sosok yang kini banyak menjadi narasumber media massa, tidak banyak yang tahu
kalau sebenarnya Pasek Suardika dulunya seorang jurnalis. Karirnya bermula di
dunia jurnalistik dengan menjadi wartawan di Harian Surya yang terbit di Jawa
Timur paska meraih gelar sarjana hukum di Universitas Brawijaya Malang. Karir
jurnalisnya juga sempat berlanjut di Harian Nusa (sekarang Nusa Bali) di Bali,
hingga akhirnya ia pun membangun sendiri media -- Tabloid Bali Aga --, yang
masih terbit hingga kini. Kiprahnya di dunia jurnalistik bahkan membuatnya
dipercaya menjadi Wakil Ketua Bidang Hukum dan Pembelaan Wartawan PWI Bali.
Lulusan
program magister hukum di Fakultas Hukum Universitas Udayana Denpasar ini juga
dikenal sebagai advokat muda yang karirnya cemerlang akibat sikapnya yang
berani, kritis dan sering melawan arus. Selain sebagai advokat, ia juga dikenal
sebagai konsultan pilkada di Bali.
Karir
politik sudah dirajut Pasek sejak ia mencoba keberuntungannya dalam pencalonan
anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) pada pemilihan umum tahun 2004 lalu. Namun, upayanya meraih kursi
DPD dari Bali ketika itu gagal. Ia hanya berhasil meraih 63.314 suara, atau di urutan ke sebelas dari para
pesaingnya. “Waktu itu saya menyadari, ternyata keliling Bali sendirian itu
tidak mudah. Berat juga,” kenangnya.
Baru
pada 2005, tepat saat Kongres I Partai Demokrat digelar di Sanur Bali, Pasek
memilih bergabung dengan partainya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu. Pasek
meraih “keberuntungannya” dalam Pemilu 2009, saat ia mencalonkan diri menjadi
anggota DPR RI lewat partai berwarna khas biru itu.
Disebut
keberuntungan, karena ia sebenarnya gagal meraih suara terbanyak, dikalahkan Jero
Wacik, kader demokrat lainnya yang juga Menteri Kebudayaan dan Pariwisata
ketika itu. Pasek hanya menduduki posisi kedua setelah Wacik, padahal jatah
kursi yang didapat Demokrat dari Bali hanya satu kursi. Beruntungnya, Jero
Wacik memilih melepas kursi DPR RI-nya sebelum sempat diduduki karena memilih
tetap setia menjadi pembantu Presiden SBY. Berkat itu pula, Pasek Suardika naik
menjadi anggota DPR RI dengan status pengganti antar waktu (PAW) hingga kini.
“Saya
mendapat keberuntungan dari keberuntungan orang lain. Buat saya, itu sah saja.
Daripada saya mendapat keberuntungan dari musibah orang lain,” ujarnya.
Mengabdi
sebagai anggota DPR RI, bagi Pasek, merupakan cita-cita dia semasa masih
pelajar dulu. “Memang ini cita-cita dari dulu, berpolitik dan langsung di level
nasional,” kata pria yang juga aktif menulis
beberapa buku bidang hukum, politik dan budaya itu.
Setelah
sempat menjadi anggota komisi X DPR RI yang membidangi pariwisata, budaya,
pendidikan, dan olahraga, kini ia bahkan dipercaya menempati posisi ketua
komisi III bidang hukum dan perundang-undangan, hak asasi manusia dan keamanan.
Komisi III termasuk komisi dengan dinamika sangat tinggi, karena semua kasus
terkait Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kepolisian, dan berbagai kasus yang
menjadi sorotan publik umumnya mengarah ke komisi III. “Sebuah kebanggaan karena
sebagai minoritas, bisa dipercaya menduduki posisi ini. Jelas berat, tapi saya
yakin pasti bisa,” ujarnya.
Guna membuka ruang dialog dengan masyarakat,
Pasek pun telah membuka rumahnya di kawasan Renon untuk menjadi rumah aspirasi,
tempat masyarakat menyampaikan aspirasinya. “Saya menerima aspirasi apapun dari
masyarakat. Silakan datang,” kata dia.
Ia menambahkan, sudah banyak masyarakat yang
datang ke rumah aspirasinya untuk menyampaikan berbagai keluhan,mulai dari
bidang politik, sengketa tanah, hingga permintaan bantuan pembangunan.
“Beberapa aspirasi yang masuk kadang memang tidak sesuai dengan kewenangan
saya. Tapi semua aspirasi itu tetap kita tampung dan kita tindaklanjuti kepada
pihak yang memiliki kewenangan. Kami
tidak mau mengecewakan masyarakat yang sudah datang,” tambahnya.
Lalu, lebih enak mana menjadi jurnalis atau
politisi? “Enak dua duanya. Bedanya kalau dulu waktu jadi jurnalis, saya
mengejar narasumber untuk dapat berita yang bagus, sekarang saya yang dikejar-kejar
untuk diwawancarai,” ujar Pasek.
Sebagai
mantan jurnalis, ia mengaku kini punya cukup modal untuk mengetahui apa saja
yang dibutuhkan media dalam pemberitaan. Hal itu membuatnya lebih mudah
menyebarkan informasi secara tepat ke masyarakat, baik terkait kegiatan
partainya maupun terkait kinerja di DPR RI. “Karena tidak semua wakil rakyat
bisa bertemu konstituennya satu per satu, termasuk saya. Waktu saya lebih
sering di Jakarta ketimbang di Bali. Media massa jadi salah satu mainstream
utama untuk menjelaskan ke publik soal apa saja yang telah saya kerjakan,”
tegasnya.
Terkait Pemilihan Gubernur Bali 2013 mendatang,
Pasek Suardika yang ditanya apakah dirinya berencana maju dalam pencalonan
gubernur mengaku tidak terpikir. “Nggak cocok rasanya saya jadi gubernur,”
ujarnya santai. (viani)
Tentang
Pasek Suardika (DALAM BOX)
Pendidikan
:
TK Lab Unud Singaraja, Jl.
Udayana Singaraja Bali
SD Lab Unud Singaraja, Jl.
Udayana Singaraja Bali
SMP Lab Unud Singaraja, Jl.
Udayana Singaraja Bali
SMA Negeri I Singaraja, Jl.
Pramuka Singaraja Bali
Fakultas Hukum Universitas
Brawijaya, Malang Jatim
Magister Hukum Universitas
Udayana Denpasar
Riwayat
Pekerjaan dan Alamat Pekerjaan :
Asisten pengacara di Made
Yohanes Bantas & rekan di Malang Jatim
Wartawan di harian pagi Surya
Surabaya Jatim
Redaktur Pelaksana di harian
NUSA Denpasar Bali
Pemimpin Umum Tabloid Bali Aga
Denpasar Bali
Direktur Berdikari Law Office
Denpasar Bali
Anggota DPR RI dari Fraksi
Partai Demokrat / A-528
Anggota MPR RI /A-528
Tim Panja Gabungan Komisi II,
VIII dan X DPR RI tentang Penyelesaian Pengangkatan Tenaga Honorer
Tim Panja Sea Games dan ASEAN
Para Games 2011 Komisi X DPR RI
Tim Panja Benda Cagar Budaya
Komisi X DPR RI
Wakil Koordinator Grup
Kerjasama Bilateral (GKSB) DPR RI dengan Parlemen India
Tim Pengawas DPR RI mengenai
Tindak Lanjut Rekomendasi Panitia Angket DPR RI tentang Masalah Hukum Kasus
Bank Century
Anggota Panitia Khusus RUU
tentang Perubahan atas UU No.10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang - Undangan.
Anggota Panitia Kerja RUU
tentang Perubahan atas UU No.22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum
Komisi II DPR RI.
Anggota Panitia Kerja RUU
tentang Keistimewaan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Komisi II DPR RI.
Wakil Ketua Panitia Khusus RUU
tentang Perubahan atas UU No.10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR,
DPD dan DPRD.
Buku
– buku yang telah diterbitkan :
Seni Bali Menari
Memahami
Bali
Bhisama Pasek dalam Konteks Kekinian
Kekonyolan RUU APP
108 Tips Niskala
Kiprah SBY: Mempesona
karena Memang