Selasa, 25 September 2012

KSU Bhuwana Sardula DARI KELUARGA UNTUK MASYARAKAT (Edisi IX/2012)

Di tengah keraguan beberapa pihak akan kemampuan koperasi untuk mewujudkan kesejahteraan, ternyata masih ada yang menjadikan koperasi sebagai alternatif mewujudkan kesejahteraan. Ketut Saban, SE salah satunya. Berbekal pengalaman bekerja di duna perbankan, ditambah keinginan mewujudkan kesejahteraan mulai dari lingkungan terdekatnya, ia bersama rekan-rekannya dan juga keluarga besarnya mendirikan KSU Bhuwana Sardula.

Mungkin tak pernah ada yang menyangka jika KSU Bhuwana Sardula sebenarnya berawal dari koperasi kecil yang dirintis dari sebuah rumah di seputaran Desa Saba, Blahbatuh, Gianyar. Perintis sekaligus ketua KSU Bhuwana Sardula, Ketut Saban menceritakan, pada awal berdirinya koperasi ini pertengahan tahun 2003, operasional dimulai dengan memanfaatkan salah satu ruangan yang ada di rumahnya.

Lokasi kantor yang memanfaatkan rumah pribadi saat itu dirasa tak terlalu menjadi kendala, mengingat yang menjadi anggota koperasi ini di awal, terhitung masih memiliki pertalian yang cukup dekat dengannya. Diakui bahwa keinginan awal untuk menciptakan kesejahteraan mulai dari keluarga menjadi alasannya.

“Awalnya yang menjadi anggota koperasi ini hanya keluarga saya. Di Bali kita mengenal dadia. Anggota dadia inilah yang kemudian saya ajak membentuk koperasi. Saya mengajak keluarga saya yang merupakan Arya Kebon Tubuh Kuta Waringin mulai dari yang ada di Bona hingga Saba, untuk membentuk koperasi. Akhirnya terkumpul 33 orang anggota mulai dari kakak, sepupu bahkan ada juga keluarga yang sudah menikah keluar yang turut menjadi anggota,” kenangnya.

Saban mengungkapkan alasan mengapa mengajak keluarga besarnya untuk mendirikan koperasi. Di samping untuk makin mengeratkan ikatan persaudaraan, kepercayaan juga menjadi faktor utamanya. Menurutnya sebuah koperasi baru akan mampu untuk berkembang jika didukung anggota yang percaya pada pengurusnya, sekaligus mempunyai rasa memiliki.

 Ia juga ingin tetap menjaga nama baik keluarganya dengan membatasi gerak di lingkungan keluarga terdekat terlebih dahulu. Menurutnya, jika anggota masih terhitung kerabat, maka jika terjadi sesuatu, tak akan sampai merembet ke luar dan sampai melibatkan pihak lain. Sampai tahun 2006 anggota koperasi ini masih sangat terbatas. Penerimaan anggota secara lebih luas baru dilakukan saat kondisi koperasi dirasa telah stabil.

Apa yang dilakukannya ternyata mulai membuahkan hasil. Berbekal pengalaman sebagai kepala bagian kredit di BPR Mulya Wacana, ia mengelola koperasi ini secara professional. Koperasi yang awalnya hanya bermodal Rp 35 juta yang berasal dari simpanan pokok dan wajib anggota, saat ini tercatat telah memiliki asset hingga Rp 11,5 miliar (RAT 2011). Pun demikian dengan anggota terus mengalami peningatan, dari awalnya hanya 33 orang, saat ini telah mencapai 190 orang.

Bahkan untuk operasionalnya tak lagi hanya memanfaatkan ruangan di rumah Ketut Saban. Sejak 2007 koperasi ini telah mampu mengontrak dan membangun tempat di Desa Saba. Tak hanya itu, Bhuwana Sardula juga membuka cabang di Bypass Dharma Giri Gianyar. “Tanah dan bangunan yang ada di Bypass Dharma Giri telah menjadi milik koperasi. Saat membelinya anggota rela tak mendapatkan bagian SHU,” ujarnya.

Meski di awal pendiriannya yang menjadi anggota koperasi sangatlah terbatas, ternyata saat ini KSU Bhuwana Sardula tengah bersiap untuk berubah status menjadi koperasi berdipo provinsi. Segala persyaratan telah dilengkapi, hanya tinggal menunggu pengesahan dari Bupati Gianyar. Bahkan saat ini anggotanya juga mulai banyak yang berasal dari luar Gianyar seperti Klungkung dan Karangasem. Sementara masyarakat Denpasar, diakui telah cukup lama memanfaatkan jasa KSU Bhuwana Sardula ini.
Sementara waktu penguatan unit simpan pinjam yang memang menjadi andalan utama, menjadi prioritasnya saat ini. Saban menjelaskan sejatinya banyak hal yang ingin dicapai koperasi ini ke depan, hanya saja diakui tantangan yang harus dihadapi tidaklah ringan. Bahkan tantangan yang cukup berat ini telah dirasakan langsung oleh Bhuwana Sardula pada unit retail yang dimilikinya.

“Sejak 2004 kami memiliki unit usaha retail. Hanya sayang perkembangannya tak seperti yang diinginkan. Bahkan tahun 2011 ini unit retail mengalami kerugian. Tapi ini tak lantas membuat kami menjadi patah arang. Pasti masih ada peluang untuk berkembang terlebih apa yang kami lakukan bertujuan baik bagi anggota dan masyarakat secara luas,” ujarnya. (ayu)


HILANGKAN KESAN SEKADAR ISENG

DI samping karena keinginan membantu menwujudkan kesejateraan, Saban menuturkan ia merintis koperasi dan mundur dari BPR Mulya Wacana juga akibat merasakan perlakuan yang kurang adil dari tempatnya bekerja. Tahun 2002 ia telah menduduki jabaan kepala bagian kredit yang bertanggung jawab terhadap kredit mencapai Rp 2 miliar. Sayangnya gaji yang ia terima sangat tidak layak.

Pengalamannya mendapat gaji minim dengan tanggung jawab yang begitu besar menjadi pelajaran tersendiri bagi Saban saat diberi kepercayaan mengelola koperasi. Saat ini 12 orang pegawai yang bekerja di KSU Bhuwana Sardula telah digaji layak. Bahkan dari awal telah menerima gaji di atas UMR.

“Saya memang ingin menghilangkan kesan bekerja di koperasi hanya sekadar iseng. Apalagi karena alasan tak ada pilihan. Pegawai di sini semua digaji layak, tetapi, untuk hal ini mereka juga harus memiliki kualifikasi yang jelas dan sesuai dengan keahlian yang dibutuhkan. Agar bisa berjalan dengan baik, koperasi harus didukung staf yang juga professional,” terangnya.

Tak hanya dari sisi kesejahteraan, KSU Bhuwana Sardula juga memberikan perhatian terhadap kualitas SDM pegawai. Karenanya sejak tahun ajaran 2012, mulai diberikan beasiswa bagi pegawainya untuk melanjutkan ke jenjang S-1. “Tahun ini kami memberi beasiswa S-1 pada dua orang pegawai kami sebagai upaya meningkatkan kualitas SDM. Mungkin tak bisa tiap tahun ini dilakukan, karena keterbatasan anggaran. Tetapi kami percaya secara perlahan kualitas SDM pasti bisa ditingkatkan,” yakinnya. (ayu)
Bagikan

SAJIAN TERBARU LAINNYA