Minggu, 28 Oktober 2012

REZEKI, BISA DIRENCANAKAN (Edisi X/2012)

Oleh
LK Budi Martini, SE.,MM

Hampir semua orang berpendapat bahwa rezeki sebenarnya sudah ada yang mengatur, yaitu Tuhan. Saya kira itu memang benar, karena sejak baru lahir, setiap orang membawa rezeki sendiri-sendiri. Tapi, apakah kita itu bisa meningkatkan rezeki kita sendiri? Dan, apakah kita tak bisa merencanakannya?
Saya berpendapat, meski rezeki sudah ada yang mengatur, namun kita harus tetap aktif merencanakannya. Tanpa direncanakan, rezeki itu akan sulit kita raih. Saya kira, rezeki itu membutuhkan peluang untuk menyongsongnya.

Menurut saya, mana mungkin rezeki itu datang kalau setiap hari kita tak punya aktivitas apa-apa, atau hanya pasrah saja. Malahan banyak dari kita yang mengatakan, bahwa rezeki itu tak perlu dikejar, pasti akan datang sendiri.

Saya tak sependapat dengan prinsip itu. Bagaimanapun juga kalau pada diri kita tak ada kegairahan bekerja, dan hanya memimpikan rezeki datang sendiri, maka rezeki itu pun akan sulit datang.  Justru menjauh. Sebaliknya jika kita tekun bekerja dan kreatif berwirausaha, saya yakin rezeki akan datang. Bisnis kita pun akan lebih cepat berkembang.

Apalagi, kalau berani memilih profesi sebagai wirausaha (berbisnis sendiri). Profesi ini sangat berpeluang mendatangkan rezeki yang relatif besar. Profesi ini berkebalikan dengan karyawan, yang digaji. Dengan berwirausaha, kitalah yang akan menerima hasil sepenuhnya jika berhasil, sementara kalau sebagai karyawan, penghasilan terbatas sesuai yang telah ditetapkan oleh perusahaan tempat kita bekerja. Oleh karena itu, rezeki besar akan datang mencari tempat yang pas, dan ini bisa direncanakan. Tinggal, kita berani atau tidak.

Bicara soal rezeki, saya jadi teringat pengalaman rekan saya. Dia seorang konsultan pajak. Saya lihat, dalam menjalankan profesinya, dia hanya menggunakan motor. Lantas selang beberapa tahun, ganti mobil, itupun mobil lama. Namun, ketika saya sarankan agar dia “berani” ambil mobil baru secara kredit, dia terkejut. Apalagi, ketika saya sarankan mobil lamanya dijual saja untuk bayar uang muka.

Setiap bulannya kan harus bayar angsuran? Itu pertanyaannya. Saya jawab, “Nah itulah rezeki akan mengikuti rencana Anda. Kalau Anda menggunakan mobil bagus pasti klien lebih percaya. Karena performance atau penampilan dibutuhkan dalam sebuah bisnis ataupun pekerjaan. Apalagi mau bekerja keras dan kreatif menjaring klien, saya yakin pasti mampu membayar angsurannya.”

Rupanya  rekan tadi mengikuti saran saya. Apa yang terjadi selanjutnya? Rezeki konsultan pajak itu ternyata mengalir cukup deras karena kliennya bertambah. Hasilnya, selain bisa membayar angsuran, dia pun masih punya kelebihan rezeki untuk menyewa kantor yang representatif di kawasan Renon Denpasar.

Apa yang saya ceritakan itu dapat menggambarkan bahwa rezeki itu sesungguhnya akan datang mengikuti rencana “hutang” kita. Rezeki itu juga akan datang sesuai pengambilan risiko bisnis kita, sehingga pada saat kita ambil risiko bisnis yang kecil, rezeki yang mengalir pun juga kecil. Sebaliknya, bila kita berani ambil risiko yang besar, maka rezeki yang mengalir pun juga besar.

LK Budi Martini, SE.,MM  adalah Dosen Fak. Ekonomi Universitas Mahasaraswati (Unmas) Denpasar, dan juga seorang Instruktur Kepribadian, Service Exellent, Komunikasi, serta etika dan Kepribadian.

Bagikan

SAJIAN TERBARU LAINNYA