Kebersamaan dan kekeluargaan menjadi prinsipnya. Koperasi memang memiliki keunikan jika dibandingkan dengan lembaga keuangan lain. Dua hal tersebut menjadikan hubungan yang terjalin antara koperasi dan anggotanya menjadi lebih dekat. Ini tentu memberikan pengaruh yang positif baik bagi anggota maupun koperasi sendiri.
KSP Karna telah membuktikannya. Koperasi yang berdiri sejak Mei 1999 ini tak hanya memberikan perhatian terhadap anggotanya yang terdaftar, akan tetapi pada seluruh anggota keluarganya. Ini dilakukan karena para pengurus koperasi menyadari keluarga menjadi investasi yang sangat berharga.
Ketua KSP Karna, I Made Sukadana Fajar, mengisahkan awal ide pendirian koperasi ini bukan sekadar pada hal-hal yang hanya bersifat ekonomi. Rasa kebersamaan dan keinginan untuk memajukan masyarakat dan anggota pada khususnya menjadi cikal bakal pembentukan koperasi yang beralamat di Jalan Sudamala, Sanur ini.
“Dari awal pembentukan koperasi ini memang digagas oleh anak-anak muda. Saat ini kami melihat ada begitu banyak anak-anak lulusan SMA atau kuliah yang belum memiliki pegangan. Ide awalnya memang untuk membentuk sebuah wadah bagi generasi muda dalam membetuk ikatan bathin. Jadi kami seperti membentuk sebuah banjar kecil,” ungkapnya.
Hal berbeda terlihat pada koperasi dalam pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU). Jika pada koperasi pada umumnya SHU dibagikan dalam bentuk tunai atau berupa barang saat Rapat Anggota Tahunan, ternyata tidak pada KSP Karna. Keuntungan (profit) yang didapat koperasi dialokasikan untuk kepentingan masa depan anggota beserta keluarganya. Tentu hal ini dilakukan dengan tetap mempertimbangkan prinsip keadilan dan pemerataan yang memang ada dalam koperasi. Dana ini disiapkan untuk anggota yang mengalami kesulitan.
“Dana yang merupakan kumpulan SHU kami siapkan untuk kepentingan di masa depan. Jadi sifatnya semacam dana cadangan yang bisa diambil anggota yang memang memerlukan. Ini memang komitmen dari setiap anggota sejak awal pendirian koperasi ini. Dana ini merupakan dana kesehatan dan kematian, bukan saja untuk anggota tetapi juga keluarganya,” ujar Sukadana.
Saat ini untuk dana kesehatan setiap anggota memiliki cadangan senilai Rp 2 juta per tahun per kepala keluarga. Jika cadangan dana yang dimiliki tak digunakan, maka akan terus terakumulasi. Sementara untuk dana kematian disiapkan penuh untuk membiayai upacara pengabenan.
Ada berbagai pertimbangan mengapa SHU yang dimiliki dialokasikan untuk biaya kesehatan dan juga kematian. Salah satunya karena kenyataan bahwa masyarakat serigkali tak mengantisipasi terjadinya gangguan kesehatan, sehingga saat sakit mereka kesulitan dana untuk berobat. Ini tentu berdampak bukan hanya pada sisi kesehatan, akan tetapi juga bisa berpegaruh pada kondisi perekonomian keluarga.
“Dana ini kami alokasikan untuk kepentingan seluruh anggota. Syarat untuk mendapat dana cadangan ini sangatlah mudah, mereka minimal telah menjadi anggota selama tiga tahun. Hanya saja tak mudah untuk menjadi anggota. Bagi yang ingin menjadi anggota mereka harus mendapatkan rekomendasi dari anggota lama,” jelasnya.
Sukadana menceritakan, di samping dana kesehatan dan dana kematian, koperasi juga tengah menggodok konsep dana pendidikan. Ini tidak terlepas dari pandangan setiap anggota yang menilai pendidikan sebagai salah satu investasi berharga untuk masa depan. Hanya saja sampai saat ini konsep dana pendidikan sedang dimatangkan sehingga dalam pembagiannya tak mencederai rasa keadilan dan pemerataan yang selama ini dianut.
Libatkan Keluarga
Seperti ide awal pembentukannya, dalam berbagai kegiatan yang dilaksanakan koperasi ini selalu berusaha melibatkan keluarga. Sukadana menuturkan setiap tahun selalu ada kegiatan koperasi yang melibatkan seluruh anggota beserta keluarganya. Mulai dari kegiatan tirta yatra hingga outbond.
“Dalam setiap kegiatan kami selalu berusaha melibatkan seluruh anggota dan keluarganya. Seperti beberapa waktu yang lalu kami mengadakan outbond bersama keluarga dari anggota. Kegiatan ini bisa memberi keceriaan kepada semuanya. Orangtua jadi memiliki kesempatan untuk lebih dekat dengan anak-anaknya melalui berbagai kegiatan yang posistif, santai dan menghibur,” tuturnya.
Perhatian terhadap keluarga terutama anak, diberikan karena sangat disadari anak-anak semakin hari justru semakin jauh dari orangtuanya. Berbagai dampak negatif dari hal ini seperti munculnya berbagai tindak kekerasan yang dilakukan anak-anak. Tentu jika ini dibiarkan bisa menjadi bom waktu di masa depan.
Selain dilibatkan dalam berbagai kegiatan yang bersifat santai, para pengurus KSP Karna juga senatiasa mengingatkan setiap anggotanya untuk melibatkan anak-anak dalam kegiatan usaha keluarga. Ini dilakukan untuk membiasakan anak dalam bisnis dan membuat mereka memahami bagaimana cara menjalankan sebuah usaha keluarga.
Membiasakan anak dalam kegiatan usaha keluarga juga diharapkan mampu menumbuhkan jiwa kewirausahaan anak. Dengan demikian diharapkan mereka bisa menjadi pengusaha yang handal. “Saat ini jika anak-anak bersekolah mereka targetnya bisa masuk sekolah pariwisata. Nantinya mereka ingin kerja di kapal pesiar ataupun hotel. Mereka yang punya tempat untuk berusaha juga lebih suka mengontrakkan tempatnya dan bukan menjadi pengusahanya,” ungkap pria yang telah tiga periode menjadi ketua koperasi ini.
Bahkan untuk membantu setiap anggota, KSP Karna siap memberikan pendampingan bagi anggota yang ingin memulai usaha. Bahkan mereka turut membantu perencanaan usaha anggota bahkan jika diperlukan mereka membantu mencarikan konsultan untuk membantu anggota. “Kami selalu berusaha membantu anggota. Kemajuan yang mereka dapatkan pasti akan berdampak positif terhadap koperasi baik secara langsung maupun tidak langsung,” imbuhnya.