Minggu, 24 Februari 2013

VISI BARU GAMELAN BALI (Edisi II/2013)

Selalu ada yang baru dalam warna musik gamelan Bali yang muncul dalam berbagai kesempatan waktu. Sebagai bagian seni budaya Bali, gamelan Bali tak pernah stag. Ia berpacu rancak, serancak warna baru yang dipertontonkan di hadapan sekitar 100 orang audiens lokal dan mancanegara di Denpasar bagian timur, 13 Januari 2013. Ide pertunjukan gamelan ini, merupakan bagian penting dalam memberikan warna baru kepada musik gamelan Bali.

“Saya memainkan gamelan Bali tetapi lebih pada musikalnya dan bukan gamelan Bali yang biasa,” ujar I Wayan Gde Yudane, seorang komposer musik yang seringkali tampil pada orkestra musik baru dunia.
Yudane pada malam itu membuat karya komposisi musik gamelan yang dimainkan oleh sekelompok pemusik gamelan Wrdhi Sawaram asal Padangsambian Denpasar.  Terlihat kompak dan memberikan kesan bukan hanya gamelan biasa.

Tak hanya itu, kolaborasi apik pada malam itu juga diperlihatkan oleh grup musik Gamelan Salukat asal Pengosekan, Ubud, Gianyar. Musikalisasi  gamelan khas Bali yang digubah dengan warna baru asal Gianyar ini dikomposeri oleh Dewa Ketut Alit, seorang seniman muda berbakat yang juga dikenal oleh pemusik dunia.

Baik Yudane maupun Dewa Alit yang menamakan dirinya sebagai kelompok komposer bertajuk Triple 2 , memiliki keyakinan bersama bahwa gamelan dapat menciptakan genre tersendiri untuk melintasi batasan musik tradisional. Terapan notasi musik barat dengan medan yang baru, tentunya menantang segala bentuk pengelompokan dan pakem pada gamelan Bali.

“Sekali lagi, penekanannya adalah bahasa musik baru. Bukan pada fisik gamelan saja. Atau boleh disebut penekanannya pada fusion yang mana menjadi bahasa di musik. Bukan pada bentuk pertunjukan musiknya,” imbuh Yudane.

Jika melihat dan menyelami alur musiknya, banyak sekali yang tak bisa dilacak jika kita sering mendengarkan gamelan biasa. Karena, mereka berdua masing-masing memadu garapannya  dengan menerobos ketentuan dan mencari bahasa musik yang sebenarnya dari alur gamelan itu sendiri.

Sebagaimana yang dilansir oleh Triple 2, bahwa dedikasi musik yang dimunculkan adalah sebuah inovasi. Tanpa mengurangi keahlian dan kreatifitas yang tinggi, mereka ingin mendorong lahirnya musik kreatif di Bali dan musik nasional, sehingga gamelan akan memiliki daya saing tersendiri dalam blantika musik dunia.
Setidaknya, pertaruhan inovasi gamelan ini adalah perjalanan Triple 2 yang pertama saat dibentuk pada Februari 2011. Pada inisiasi awal, ide kelompok Triple 2 ini sempat diperkuat oleh almarhum Wayan Sadra sebagai pemusik Bali yang lumayan tenar di dunia musik dunia maupun di Indonesia sendiri.

Triple 2 bertekad memberdayakan karya kepada berbagai kelompok (seka) musik di Bali, termasuk grup musik gamelan Salukat dan Wrdhi Sawaram. Sudah tentu berkualitas, dari pertunjukan apik malam itu, kolaborasi seka musik dengan komposer Triple 2, mampu menghipnotis para penonton di tengah gerimis yang tak kunjung usai. (beng)

Bagikan

SAJIAN TERBARU LAINNYA