Senin, 28 November 2011

INDUSTRI PARIWISATA BALI, Untuk Orang Bali? (Edisi 11)

Anda dari Bali? Orang Bali??? Woooww……it’s nice. Bisa menari? Selalu respon kagum dan excited yang saya dapatkan tiap kali saya memperkenalkan diri sebagai orang Bali, baik dengan rekan sesama orang Indonesia maupun manca negara. Bali memang, mau tak mau, masih menjadi ikon pariwisata Indonesia hingga sekarang. Tak dapat dipungkiri Bali memang sudah telanjur lebih dikenal masyarakat internasional. Bali masih menjadi tujuan impian wisatawan lokal maupun asing. Bali memang unik, ya alamnya, ya budayanya, ya karakter orangnya, pun dialek bahasanya yang khas. Maka tak salah bila di manca negara, buku-buku tentang kebudayaan dan kehidupan sehari-hari orang Bali, banyak diterbitkan.

Hingga sekarang, Bali masih menjadi pilihan bagi diadakannya berbagai pertemuan internasional. Seminar-seminar ilmiah pun, begitu diadakan di Bali, pesertanya akan sangat membludak. Ada begitu banyak kesepakatan dunia yang ditandatangani di Bali. Sesungguhnya, Bali tidak hanya tempat pariwisata, tapi juga tempat bersejarah bagi dunia. Hanya saja kita enggan, atau tidak peduli, untuk mencatat dan membanggakannya.

Dengan begitu tersohornya pulau Bali, pernahkah kita, orang Bali, berusaha menata agar apa yang menjadi keunikan kita tetap terjaga untuk kebudayaan Bali sendiri. Pernahkah kita, orang Bali, merasakan bahwa keunikan budaya inilah yang menyebabkan wisatawan selalu ingin datang ke Bali dan berusaha memasarkannya dengan cara yang lebih up to date. Pernah pulakah kita, orang Bali, berpikir seberapa banyak masyarakat Bali yang turut menikmati pesatnya kemajuan pariwisata Bali.

Seharusnya, dengan begitu pesatnya perkembangan pariwisata di Bali, masyarakat Bali dapat memegang peranan yang sangat penting dalam pengembangan pariwisata. Ada banyak hal yang dapat dilakukan, mulai dari perencanaan, pengembangan, pengawasan, dan pengevaluasian program pengembangan pariwisata. Tapi kenyataannya, keterlibatan masyarakat Bali yang paling menonjol hanya dalam pengembangan sarana utama pariwisata seperti akomodasi penginapan dan restoran, sarana penunjang pariwisata seperti art shop, tempat penukaran uang, dan toko oleh-oleh. Sedangkan peran yang lainnya masih sangat kecil. Itupun kebanyakan pengusaha kelas menengah dan kecil. Pengusaha besarnya?? Waahhh…entah darimana saja.

Suatu hari di masa peak season, beberapa tahun yang lalu, saya pernah mengantar keponakan berbelanja di Pasar Seni Kuta. Karena menawar diperkenankan, mulailah saya nego harga dalam bahasa bali. Dan saat di titik kritis, sang pegawai menyerah dengan minta saya ngomong langsung sama pemilik toko. Dengan pe-de saya langsung datangi si pemilik, masih dengan bahasa Bali…..tapi, ternyata saya salah strategi. Sang pemilik toko bukan orang Bali!! Dan itu saya alami di beberapa toko dengan berbagai macam komoditi yang berbeda. Ya ampuuunnn, ternyata yang orang Bali hanya para pegawainya. Sejak saat itu saya merasa mulai jadi wisatawan ketika berbelanja di Kuta. Bukan lagi ‘tuan rumah’.

Kali lain, saya berkesempatan mengobrol dengan tetangga yang seorang pramuwisata untuk wisatawan berbahasa mandarin, dan bukan orang Bali. Iseng saya bertanya, berapa banyak rekan seprofesinya yang orang Bali. Jawabannya singkat, hampir sama banyak dengan orang luar Bali. Saya hanya bisa tersenyum kecut. Ketika pramuwisata, yang harus memperkenalkan tentang Bali, hanya sebagian saja adalah orang Bali, tidakkah ini menjadi pertanyaan besar? Apakah mereka dapat menjiwai apa yang mereka sampaikan? Apakah nantinya para wisatawan tidak mendapatkan persepsi yang salah tentang budaya Bali? Apakah suatu budaya masyarakat dapat dipelajari hanya dari buku panduan pariwisata? Lalu akan ke arah mana bergulirnya pundi-pundi hasil industri pariwisata di Bali? Para wisatawan tersebut, berkeliling Bali, menikmati alam dan suasana Bali, menghabiskan uangnya di Bali, tapi siapa penikmat terbesarnya? Begitu banyak pertanyaan bergumul di pikiran saya.

Saat ini, hingga 2 bulan ke depan, saya berkesempatan belajar di Groningen, Belanda. Groningen hanya kota kecil, bukan kota wisata, hanya sebuah kota pelajar di ujung utara Belanda. Satu hal yang saya salut adalah, tiap orang di sini, saat akhir minggu, selalu menganjurkan untuk melihat tempat-tempat wisata yang ada di kota-kota lain di Belanda. Dan mereka dengan fasih bercerita apa saja yang bisa saya nikmati di sana, bagaimana cara saya bisa sampai ke tempat tujuan, dan berapa banyak uang yang kira-kira perlu saya siapkan, di luar budget oleh-oleh tentunya. Walaupun saya tahu, semua info tersebut tersedia secara rinci pada website wisata Belanda. Tapi nafas yang saya rasakan, setiap orang di sini sangat mencintai negerinya dan ingin orang lain menikmati hidup di negara mereka. Ini sungguh mencengangkan dan menyadarkan saya.

Sesungguhnya tanpa menjadi pramuwisata, seluruh orang Bali di semua sektor, dapat menjadi pewarta, pelaku dan penikmat hasil pariwisata Bali. Tetapi, dengan karakter orang Bali yang kebanyakan tidak terlalu peduli dengan urusan orang lain, saya khawatir belum banyak orang Bali yang menyadari, kita mulai tergusur dari hingar-bingar industri pariwisata Bali. Kita hanya orang-orang yang berbangga hati menjadi orang Bali, yang dikenal di berbagai penjuru dunia, tapi sesungguhnya belum punya kesadaran untuk membesarkannya.
(Groningen, Oktober 2011)
Bagikan

SAJIAN TERBARU LAINNYA

  • SEBUAH PERAYAAN SEKADAR “ NGE-POP” (Edisi II/2013)Valentine Day menyimpan banyak pertanyaan  tentang nilai. Kali ini seorang budayawan  membedah arti perayaan Valentine Day, untuk menjadi renungan banyak orang. Tentu segalanya agar tak terkesan latah dalam berbudaya. Redaksi memilih seorang budayawan yang cukup tajam dalam pengamatan dan...(more)
  • MENEMUKAN VALENTINE YANG LEBIH UNIVERSAL (Edisi II/2013) Martir itu bernama Santo Valentinus. Ia menggoreskan pesan tentang keyakinannya pada kasih sayang, saat detik-detik sebelum hukuman mati dilaksanakan. "Dari Valentinusmu," tulisnya. Valentinus secara sadar melanggar larangan menikah yang digariskan oleh Raja Roma Claudius II (zaman itu raja...(more)
  • KASIH SAYANG SEPANJANG ZAMAN (Edisi II/2012) Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE ...(more)
  • BISNIS KASIH SAYANG ALA PANTAI KUTA (Edisi II/2013)Valentine Day yang menembus hampir semua usia, semua lapisan dan pelosok sebagai Hari Kasih Sayang, juga dirasakan merambah dunia pariwisata. Dunia pelancongan ini memang dikenal toleran terhadap sesuatu yang  baru termasuk budaya popular. Begitu juga bisnis akomodasi wisata di Bali. Bali,...(more)
  • DESA ADAT SEBAIKNYA PASIF (Edisi I/2013)Semarak Tahun Baru 2013 di Bali, tentu tak bisa dihindari. Berbagai niat dan ekspresi kegembiraan selalu mewarnai. Ada perbedaan tentunya dengan Tahun Baru Caka yang menjadi tradisi masyarakat Hindu Bali pada momen ini. Hampir seluruh kegembiraan yang rutin dalam pergantian tahun selalu ditandai...(more)
  • PERGANTIAN TAHUN MENJELANG, UANG BERPUTAR KENCANG (Edisi I/2013)Bali masih menjadi destinasi yang menarik bagi wisatawan. Apalagi di momen menjelang pergantian tahun, selalu menjadi wisata menarik dengan berbagai suguhannya. Terbukti dari tahun ke tahun, selalu saja wisatawan nusantara maupun dunia mendambakan pemandangan tersendiri di Pulau Dewata ini. Tak...(more)
  • MEMBERI MAKNA PADA PERGANTIAN TAHUN (Edisi I/2013)Pergantian tahun atau yang lazim disebut tahun baru, bagi tiap daerah dirayakan dan dimaknai dengan tradisi sendiri. Pun masyarakat Bali demikian adanya, ketika Tahun Baru Caka, datang. Tiap daerah memiliki tradisi berbeda secara ritual maupun spiritualnya. Ida Pedanda Gede Telaga, salah seorang...(more)
  • POSKO TAHUN BARU MARAK Bermanfaat atau Berlebih? (Edisi I/2013)Perayaan penghujung tahun tentu sah-sah saja. Pesta dan perayaan kecil memang selalu terlihat berulang mewarnai tutup tahun dan menyambut datangnya tahun baru. Ada rona kemeriahan dan kegembiraan di setiap sudut kota dan di banjar-banjar.  Kewajaran berpesta diamini oleh seorang aktivis muda...(more)
  • URUSAN PEREMPUAN, URUSAN SEMUA LINI (Edisi XII/2012)Hari AIDS Sedunia (HAS 2012) tengah melansir isu besar yang menjadi fokus utama dewasa ini -- perempuan dan anak. Menurut Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Denpasar, Tri Indarti, tema HAS tersebut sangat beralasan. “Data dari nasional hingga daerah, semua mendapati  bahwa kasus...(more)
  • UJICOBA TERAPI AIDS DENGAN REKAYASA GENETIKA (Edisi XII/2012)Penyakit HIV-AIDS hingga kini tetap belum dapat disembuhkan. Terapi kombinasi obat-obatan memang secara medis dapat mengendalikan serangan penyakit AIDS, namun efeknya hanya untuk memperpanjang umur penderita. Kini sejumlah ilmuwan dari Amerika Serikat melakukan uji coba pengobatan HIV-AIDS...(more)
  • PERAN KAUM MUDA CUKUP SIGNIFIKAN (Edisi XII/2012) Persoalan perempuan dan anak tak bisa dipecahkan sendiri. Semua pihak berkepentingan untuk menyelamatkan generasi. Dan isu HIV/AIDS adalah bagian penting yang terintegrasi dari kehidupan sosial perempuan dan anak. Begitu juga yang didengungkan dalam tema Hari AIDS Sedunia (HAS 2012). Persoalan...(more)
  • SINERGI BERBAGI PERAN ADALAH KUNCI (Edisi XII/2012)Hari AIDS Sedunia (HAS), diperingati setiap tahun oleh seluruh negara. Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat tengah menyiapkan rangkaian HAS dengan berbagai hal. Buku pedoman pun tengah dilansir melalui Kementerian Perlindungan Perempuan dan Anak Republik...(more)
  • MENCEGAH DAN MENGENDALIKAN BERSAMA (Edisi XI/2012)Data statistik Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) tentang kasus HIV/AIDS di Indonesia  menunjukkan secara komulatif kasus ini per 1 April 1987 hingga 30 Juni 2012 memiliki total jumlah yang terinfeksi di Indonesia sebanyak 86.762 orang. Sedangkan yang sudah dalam tahapan AIDS di Indonesia,...(more)
  • MENGELOLA RISIKO DENGAN POSITIF DAN KONSTRUKTIF (Edisi XI/2012)Awal Oktober lalu, RSUD Badung menolong persalinan ibu yang teridentifikasi ODHA. Ibu rumah tangga berusia 30-an tahun itu, melahirkan bayinya dengan operasi caesar yang disarankan oleh dokter. Tak ada kelainan fisik apapun pada bayi. Hanya saja menunggu 18 bulan lagi untuk mengetahui sang bayi...(more)
  • SUARA ODHA MENOLAK DISKRIMINASI (Edisi XI/2012)Lika-liku, penuh kenangan. Kesedihan berubah menjadi kebanggaan adalah kemungkinan yang ditasbihkan bagi Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). Itulah perjuangan yang sedang diyakini oleh kelompok ODHA saat ini. Penuh harapan dan selalu ingin mengubah keadaan yang membanggakan. Seperti yang dialami AR...(more)
  • Mengenang Komitmen Sanur MENITI HIDUP LEBIH BAIK (Edisi XI/2012)Perhelatan besar di dunia internasional setiap tanggal 1 Desember adalah Hari AIDS sedunia. Hari itu mengajak warga dunia untuk menorehkan kembali tentang kumpulan dari segala penyakit yang mempengaruhi tubuh manusia, dimana sistem kekebalan tubuh melemah dan tidak dapat merespon sesuai...(more)
  • “TIDAK PAS UNTUK BALI” (Edisi X/2012)Semakin menjamurnya tempat hiburan malam di wilayah Bali, di satu sisi memang memberikan dampak ekonomi yang cukup besar bagi masyarakat. Perputaran uang dari bisnis ini lumayan tinggi. Namun bagi pengamat ekonomi Gede Made Sadguna, keberadaan tempat-tempat hiburan tersebut tidak seharusnya...(more)
  • SEDAPNYA ATMOSFER DUNIA MALAM (Edisi X/2012) Sinar laser beragam warna beradu, menusuk setiap sudut ruang. Tubuh-tubuh yang bergerak ritmis, seolah berbalut busana warna-warni. Musik berdentum kuat hingga menggetarkan dada. Atmosfer ruangan menebar aroma alkohol . Perempuan bertubuh seksi sensual bergerak ritmis menggoyang badan. Wow...(more)
  • “DI BALIK PIRINGAN HITAM” (Edisi X/2012)Diskotek dan tempat clubbing, tidak lepas dari “pawang” piringan hitam yang dikenal  disc jockey (DJ). Disc jockey atau joki cakram yang kerap juga disebut hanya deejay adalah seseorang yang terampil memilih dan memainkan rekaman suara atau musik yang telah direkam sebelumnya. Media hasil...(more)
  • KETIKA HARGA SEMBAKO MELANGIT (Edisi IX/2012)Ketika harga bahan-bahan kebutuhan pokok melangit jelang Hari Raya Idul Fitri dan Galungan, Agustus lalu, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) se-Bali tidak tinggal diam. Pasar murah digelar serentak di 35 desa di seluruh Bali.  Ni Made Wenten tampak agak kelelahan membawa satu karung kecil beras...(more)