Kamis, 29 November 2012

SUARA ODHA MENOLAK DISKRIMINASI (Edisi XI/2012)

Lika-liku, penuh kenangan. Kesedihan berubah menjadi kebanggaan adalah kemungkinan yang ditasbihkan bagi Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). Itulah perjuangan yang sedang diyakini oleh kelompok ODHA saat ini. Penuh harapan dan selalu ingin mengubah keadaan yang membanggakan.

Seperti yang dialami AR (maaf, namanya Galang Kangin rahasiakan), pria yang kini melewati usia 30 tahun. Hampir enam tahun lebih ia berjuang untuk diakui kembali di lingkungan keluarga dan masyarakat lingkungannya. Apa yang dialaminya bermula dari kebiasaan mengkonsumsi obat terlarang, hingga mengantarnya menjadi ODHA,  sudah tak lagi ditempatkannya sebagai penyesalan. AR yang ditemui 25 Oktober lalu menuturkan, berjalan lurus, menatap ke depan adalah kunci hidupnya kini.

Pada tahun 2002, ia selalu menjadi sosok yang “tersingkir” di lingkungan keluarga dan masyarakat dimana ia tinggal. Ia selalu berusaha tabah.  Kenyataan itu menjadikannya untuk tetap mencari jalan keluar. “Kalau saya makan atau minum, keluarga saya selalu membuang peralatan makan minum itu. Saya menjadi sedih saat itu. Hampir tak memiliki siapa-siapa lagi karena kamar saya juga dipisahkan dari rumah orangtua saya dan saudara saya,” kenangnya.

Situasi itu tak menjadikannya seperti manusia yang “termehek-mehek”, cengeng ataupun putus asa. Menurutnya, ia berkeyakinan untuk selalu berguna bagi dirinya sendiri, keluarga dan orang lain. “Itu adalah motivasi saya. Kalau saya tidak memiliki bekal ilmu, atau pengetahuan, saya tidak mungkin bisa menjelaskan kepada orang lain tentang apa itu AIDS secara jelas,” ucap AR.

Ya, memang benar, saat ini ia bangga karena banyak sekali ilmu yang didapat setelah aktif di salah satu yayasan yang memiliki fokus kerja pendampingan pada ODHA. Ia termasuk salah satu orang yang didampingi untuk dikuatkan kapasitas pengetahuan dan skil komunikasi ataupun pergaulan. Kepercayaan diri semakin tumbuh hingga mengantarnya menjadi salah satu fasilitator Kelompok Dampingan Sebaya (KDS), salah satu kelompok yang dikembangkan oleh Yayasan Spirit Paramacitta.

Saat bercerita tentang tips mengelola komunikasi dengan keluarga, AR mengisahkan banyak hal saat berjuang mendapatkan pengakuan. Kepada keluarga, ia rajin memberikan lembar informasi tentang perihal AIDS. Tak lupa, ia juga rajin untuk berusaha berbagi pendapat dengan orangtua atau saudaranya walaupun saat itu masih belum bisa mengerti tentang kondisinya.

Cara unik lainnya, ia selalu aktif mengkliping berita yang menggembirakan bagi ODHA. Kemudian, informasi dari kliping media koran ataupun majalah ia sampaikan kepada orangtuanya. Terus-menerus dan dengan sabar ia lakukan. Misalkan, di internet, kata AR, ada judul berita atau informasi “penderita HIV sembuh, 3 orang dengan operasi sum-sum tulang belakang,”. Berita itu ia sampaikan ke adiknya melalui surat email atau facebook.  “Atau misalkan, ada berita bayi yang lahir dengan kondisi negatif dari HIV dari orangtua yang ODHA, saya kirimkan berita-berita klipingan itu ke orangtua saya,” katanya. 

Ia sadar, memang pada awalnya orangtuanya tidak memiliki harapan melihat dirinya.  “Sudah, mati sajalah kamu,” ujar AR kembali mengenang ucapan orangtuanya.

Tetapi, keyakinan membuat strategi advokasi keluarga memang harus begitu. Haruslah memperbanyak opini positif dan dengan contoh-contoh nyata. Yang kemudian mengantarnya kembali kepada ayahnya. Hingga pada saat itu, ayah saya bertanya, “terus status HIV kamu itu bagaimana?”. Nah, dari pertanyaan itulah ia membayangkan bahwa ada sedikit ruang yang menganga untuk masuk kembali menjalin komunikasi dengan ayahnya.

 Saya jawab, ”sudah pulih pak,” jawab AR. “Pulih itu yang bagaiamana?” kembali orangtuanya bertanya, AR menjawab, “pulih tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi, karena saya sudah konsumsi obat ARV.”
Ia menjelaskan kepada ayahnya bahwa obat ARV (antiretroviral) yang bisa menolongnya masih hidup hingga sekarang. Disambut lagi dengan pertanyaan, “dimana belinya, mahal atau tidak di apotik?” Dan banyak hal lagi yang akhirnya menghangat lagi hubungan anak dengan orangtua. Itulah kenangan AR saat momen yang membanggakan bagi dirinya.

Situasi itu, memang yang paling ditunggu oleh AR. Ada ruang yang terbuka menjalin komunikasi agar ada dukungan dari keluarga secara langsung. Bahkan, kata AR, setelah komunikasi menghangat, dirinya pernah mengalami kejadian pada saat kecelakaan lalu-lintas yang dialaminya. Jatuh dan tak berdaya dengan darah yang mengucur di kepalanya. Tetapi, yang membuat dia berkesan adalah, ayahnya sendiri yang membopong tubuhnya dengan kepala penuh darah menuju rumah sakit. “Saya tidak bisa membayangkan, betapa ayah saya memberanikan diri memegang kepala saya yang penuh darah tanpa jijik ataupun berpikir panjang seperti sebelumnya. Artinya, ayah saya sudah tercerahkan dengan berbagai informasi tentang AIDS, dengan informasi utuh tentang bagaimana penularannya,” kenang AR yang bercerita dengan bangga itu. (beng)



EMPATI AYAHNYA, MEMBANGKITKANNYA

KECELAKAAN itu seperti titik balik. Begitu melihat empati ayah,  saya terus mendekat dan kerap berkomunikasi dengan orangtua. Sering kali ayah mengingatkan tentang obat saya. Bertanya tentang apakah obat itu masih ada, sudah habis bahkan pertanyaan tentang kapan saya bisa menikah.

Saya senang dengan situasi itu, membuat saya bangkit kembali dan saya beranikan untuk menikah dengan calon istri saya. Karena pengetahuan tentang pengamanan dan pencegahan sudah mendarah daging di pikiran saya. Begitu juga kepercayaan ayah saya yang begitu luar biasa.

Membalikkan opini negatif memang tantangan. Begitu juga dengan hal kebugaran dan kesehatan, saya termasuk orang yang energik (bertubuh altletis). Ia memang merasa cukup terganggu dengan anggapan banyak orang bahwa ODHA adalah orang yang sakit.

Upaya menepis anggapan itu melecut semangat saya untuk melawannya. Saya itu heran, entah apakah masyarakat kebanyakan yang tidak tahu atau mungkin media informasi yang kurang tentang AIDS. Saya saat ini memang sedang mempersiapkan sebuah even sepak bola futsal yang sedang saya gandrungi bersama beberapa kelompok ODHA yang lain. Bulu tangkis juga menjadi hobi saya yang kesekian dari banyaknya keahlian olahraga yang saya sukai.

Bukan hanya masyarakat biasa yang tidak tahu utuh perihal AIDS. Hampir beberapa kali saya ditolak oleh dokter saat memeriksakan kesehatan. Itu sekelas dokter loh.., yang katanya tahu banyak tentang virus atau penyakit. Tetapi ternyata belum tentu paham juga tentang AIDS. Kalau ada dokter yang seperti itu, saya pasti langsung kejar argumentasinya dan saya berondong dengan banyak pertanyaan. Ya kita harus kritis dong ketika posisi mendapati diskriminasi. Kita warga negara sah, dan dokter juga pelayan kesehatan.
Saya sempat sedikit tertawa nyinyir di dalam hati. Pasalnya, saat audiensi kepada wakil rakyat di gedung DPRD, saya mengingat ada pembahasan penting tentang HIV/AIDS di Bali. Begitu banyak suara yang seolah-olah memihak kepada kelompok ODHA di gedung itu. Tetapi apa, saya saat itu melakukan testimoni setelah para wakil rakyat berbicara. Saya menyatakan jelas di gedung itu tentang keberadaan dan posisinya sebagai ODHA. Ternyata, di akhir acara itu, para anggota legislatif pun tak ada yang bersalaman dengan saya. Ya, saya menyadari, memang pengetahuan wakil rakyat memang hanya segitu tentang kondisi kami.

Keberpihakannya hanya macan kertas, tapi belum tahu betul tentang isi yang sebenarnya.
Memang benar, apapun itu, yang bisa menyuarakan lantang dan berdaya adalah ODHA sendiri. Tak bisa dipungkiri, bahwa kelompok ODHA memang membutuhkan uluran tangan berbagai pihak. Tetapi, tak bisa lagi untuk bergantung kepada orang lain. Yang bisa menyembuhkan ODHA adalah ODHA sendiri. Maka, kolaborasi dan saling belajar dan saling ODHA adalah kata kunci penting. ODHA tak harus lagi diposisikan sebagai orang yang “meminta-minta” dan berharap uluran tangan. (beng)




Bagikan

SAJIAN TERBARU LAINNYA

  • SEBUAH PERAYAAN SEKADAR “ NGE-POP” (Edisi II/2013)Valentine Day menyimpan banyak pertanyaan  tentang nilai. Kali ini seorang budayawan  membedah arti perayaan Valentine Day, untuk menjadi renungan banyak orang. Tentu segalanya agar tak terkesan latah dalam berbudaya. Redaksi memilih seorang budayawan yang cukup tajam dalam pengamatan dan...(more)
  • MENEMUKAN VALENTINE YANG LEBIH UNIVERSAL (Edisi II/2013) Martir itu bernama Santo Valentinus. Ia menggoreskan pesan tentang keyakinannya pada kasih sayang, saat detik-detik sebelum hukuman mati dilaksanakan. "Dari Valentinusmu," tulisnya. Valentinus secara sadar melanggar larangan menikah yang digariskan oleh Raja Roma Claudius II (zaman itu raja...(more)
  • KASIH SAYANG SEPANJANG ZAMAN (Edisi II/2012) Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE ...(more)
  • BISNIS KASIH SAYANG ALA PANTAI KUTA (Edisi II/2013)Valentine Day yang menembus hampir semua usia, semua lapisan dan pelosok sebagai Hari Kasih Sayang, juga dirasakan merambah dunia pariwisata. Dunia pelancongan ini memang dikenal toleran terhadap sesuatu yang  baru termasuk budaya popular. Begitu juga bisnis akomodasi wisata di Bali. Bali,...(more)
  • DESA ADAT SEBAIKNYA PASIF (Edisi I/2013)Semarak Tahun Baru 2013 di Bali, tentu tak bisa dihindari. Berbagai niat dan ekspresi kegembiraan selalu mewarnai. Ada perbedaan tentunya dengan Tahun Baru Caka yang menjadi tradisi masyarakat Hindu Bali pada momen ini. Hampir seluruh kegembiraan yang rutin dalam pergantian tahun selalu ditandai...(more)
  • PERGANTIAN TAHUN MENJELANG, UANG BERPUTAR KENCANG (Edisi I/2013)Bali masih menjadi destinasi yang menarik bagi wisatawan. Apalagi di momen menjelang pergantian tahun, selalu menjadi wisata menarik dengan berbagai suguhannya. Terbukti dari tahun ke tahun, selalu saja wisatawan nusantara maupun dunia mendambakan pemandangan tersendiri di Pulau Dewata ini. Tak...(more)
  • MEMBERI MAKNA PADA PERGANTIAN TAHUN (Edisi I/2013)Pergantian tahun atau yang lazim disebut tahun baru, bagi tiap daerah dirayakan dan dimaknai dengan tradisi sendiri. Pun masyarakat Bali demikian adanya, ketika Tahun Baru Caka, datang. Tiap daerah memiliki tradisi berbeda secara ritual maupun spiritualnya. Ida Pedanda Gede Telaga, salah seorang...(more)
  • POSKO TAHUN BARU MARAK Bermanfaat atau Berlebih? (Edisi I/2013)Perayaan penghujung tahun tentu sah-sah saja. Pesta dan perayaan kecil memang selalu terlihat berulang mewarnai tutup tahun dan menyambut datangnya tahun baru. Ada rona kemeriahan dan kegembiraan di setiap sudut kota dan di banjar-banjar.  Kewajaran berpesta diamini oleh seorang aktivis muda...(more)
  • URUSAN PEREMPUAN, URUSAN SEMUA LINI (Edisi XII/2012)Hari AIDS Sedunia (HAS 2012) tengah melansir isu besar yang menjadi fokus utama dewasa ini -- perempuan dan anak. Menurut Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Denpasar, Tri Indarti, tema HAS tersebut sangat beralasan. “Data dari nasional hingga daerah, semua mendapati  bahwa kasus...(more)
  • UJICOBA TERAPI AIDS DENGAN REKAYASA GENETIKA (Edisi XII/2012)Penyakit HIV-AIDS hingga kini tetap belum dapat disembuhkan. Terapi kombinasi obat-obatan memang secara medis dapat mengendalikan serangan penyakit AIDS, namun efeknya hanya untuk memperpanjang umur penderita. Kini sejumlah ilmuwan dari Amerika Serikat melakukan uji coba pengobatan HIV-AIDS...(more)
  • PERAN KAUM MUDA CUKUP SIGNIFIKAN (Edisi XII/2012) Persoalan perempuan dan anak tak bisa dipecahkan sendiri. Semua pihak berkepentingan untuk menyelamatkan generasi. Dan isu HIV/AIDS adalah bagian penting yang terintegrasi dari kehidupan sosial perempuan dan anak. Begitu juga yang didengungkan dalam tema Hari AIDS Sedunia (HAS 2012). Persoalan...(more)
  • SINERGI BERBAGI PERAN ADALAH KUNCI (Edisi XII/2012)Hari AIDS Sedunia (HAS), diperingati setiap tahun oleh seluruh negara. Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat tengah menyiapkan rangkaian HAS dengan berbagai hal. Buku pedoman pun tengah dilansir melalui Kementerian Perlindungan Perempuan dan Anak Republik...(more)
  • MENCEGAH DAN MENGENDALIKAN BERSAMA (Edisi XI/2012)Data statistik Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) tentang kasus HIV/AIDS di Indonesia  menunjukkan secara komulatif kasus ini per 1 April 1987 hingga 30 Juni 2012 memiliki total jumlah yang terinfeksi di Indonesia sebanyak 86.762 orang. Sedangkan yang sudah dalam tahapan AIDS di Indonesia,...(more)
  • MENGELOLA RISIKO DENGAN POSITIF DAN KONSTRUKTIF (Edisi XI/2012)Awal Oktober lalu, RSUD Badung menolong persalinan ibu yang teridentifikasi ODHA. Ibu rumah tangga berusia 30-an tahun itu, melahirkan bayinya dengan operasi caesar yang disarankan oleh dokter. Tak ada kelainan fisik apapun pada bayi. Hanya saja menunggu 18 bulan lagi untuk mengetahui sang bayi...(more)
  • SUARA ODHA MENOLAK DISKRIMINASI (Edisi XI/2012)Lika-liku, penuh kenangan. Kesedihan berubah menjadi kebanggaan adalah kemungkinan yang ditasbihkan bagi Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). Itulah perjuangan yang sedang diyakini oleh kelompok ODHA saat ini. Penuh harapan dan selalu ingin mengubah keadaan yang membanggakan. Seperti yang dialami AR...(more)
  • Mengenang Komitmen Sanur MENITI HIDUP LEBIH BAIK (Edisi XI/2012)Perhelatan besar di dunia internasional setiap tanggal 1 Desember adalah Hari AIDS sedunia. Hari itu mengajak warga dunia untuk menorehkan kembali tentang kumpulan dari segala penyakit yang mempengaruhi tubuh manusia, dimana sistem kekebalan tubuh melemah dan tidak dapat merespon sesuai...(more)
  • “TIDAK PAS UNTUK BALI” (Edisi X/2012)Semakin menjamurnya tempat hiburan malam di wilayah Bali, di satu sisi memang memberikan dampak ekonomi yang cukup besar bagi masyarakat. Perputaran uang dari bisnis ini lumayan tinggi. Namun bagi pengamat ekonomi Gede Made Sadguna, keberadaan tempat-tempat hiburan tersebut tidak seharusnya...(more)
  • SEDAPNYA ATMOSFER DUNIA MALAM (Edisi X/2012) Sinar laser beragam warna beradu, menusuk setiap sudut ruang. Tubuh-tubuh yang bergerak ritmis, seolah berbalut busana warna-warni. Musik berdentum kuat hingga menggetarkan dada. Atmosfer ruangan menebar aroma alkohol . Perempuan bertubuh seksi sensual bergerak ritmis menggoyang badan. Wow...(more)
  • “DI BALIK PIRINGAN HITAM” (Edisi X/2012)Diskotek dan tempat clubbing, tidak lepas dari “pawang” piringan hitam yang dikenal  disc jockey (DJ). Disc jockey atau joki cakram yang kerap juga disebut hanya deejay adalah seseorang yang terampil memilih dan memainkan rekaman suara atau musik yang telah direkam sebelumnya. Media hasil...(more)
  • KETIKA HARGA SEMBAKO MELANGIT (Edisi IX/2012)Ketika harga bahan-bahan kebutuhan pokok melangit jelang Hari Raya Idul Fitri dan Galungan, Agustus lalu, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) se-Bali tidak tinggal diam. Pasar murah digelar serentak di 35 desa di seluruh Bali.  Ni Made Wenten tampak agak kelelahan membawa satu karung kecil beras...(more)