Kamis, 29 November 2012

MENCEGAH DAN MENGENDALIKAN BERSAMA (Edisi XI/2012)

Data statistik Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) tentang kasus HIV/AIDS di Indonesia
 menunjukkan secara komulatif kasus ini per 1 April 1987 hingga 30 Juni 2012 memiliki total jumlah yang terinfeksi di Indonesia sebanyak 86.762 orang. Sedangkan yang sudah dalam tahapan AIDS di Indonesia, data tersebut menunjukkan angka 32.103 orang. Dan jumlah kematian dari kasus ini selama kurun waktu yang disampaikan sebelumnya menunjukkan angka 5.623 orang.

Dari jumlah komulatif tersebut, posisi Provinsi Bali barada di urutan ke-5 dari 33 Provinsi di Indonesia. Sedangkan jika diukur dari prevalensi kasus AIDS per 100.000 penduduk, data tersebut menujukkan Bali berada di posisi ke-2 setelah Provinsi Papua.

Tetapi, data dan angka hanya sekadar informasi. Tergantung untuk dimaknai baik atau malahan ingin “merusak” dari sebuah sajian data. Jika data dan angka untuk dipelajari dan dimaknai untuk perbaikan dan membangun lebih konstruktif, mungkin akan lain pula maknanya. Akan indah dan selalu menemukan solusi terbaik dengan upaya pencegahan dan pengendalian yang bisa melibatkan banyak pihak.

Seperti dituturkan Kordinator Pokja Pencegahan, Advokasi, dan Humas Komisi Penanggulang AIDS (KPA Provinsi Bali), I Nyoman Mangku Karmaya, saat ini pelayanan untuk Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) sudah mulai membaik di Bali. Karmaya tentu saja melakukan pembandingan dengan masa sebelumnya antara tahun 80-an atau awal 90-an. Sebelumnya, menurut dia banyak sekali ODHA yang diperlakukan diskriminasi oleh layanan kesehatan. Misalkan, kata Karmaya, pada zaman itu ODHA yang mengalami patah tulang, hanya disarankan memakai gips tanpa direkomendasi untuk dilakukan operasi. Atau bahkan ODHA yang mengalami kesakitan pada gigi, dokter gigi saat itu agak susah melayaninya.

Tentu perbaikan manajemen layanan inilah yang bisa menjadi salah satu daya ungkit penurunan angka AIDS di Bali. Dengan prinsip pelayanan kesehatan yang berbasis kewaspadaan umum, tentunya semua pelayan kesehatan juga memiliki rasa nyaman dan aman dalam melayani ODHA di Bali. Dikatakan Karmaya, saat ini jumlah fasilitas layanan Voluntary Counselling and Testing (VCT) di Bali sudah lumayan banyak. Jumlahnya hampir ada 10 unit lebih. Kecuali di Jembrana dan Bangli yang masih dalam proses. Dan layanan konselor akan diperbanyak lagi oleh KPA.

Tak hanya itu. Karmaya berpesan, sebaiknya setiap unit layanan kesehatan tidak diperbolehkan melakukan upaya diskriminasi kepada ODHA mulai sekarang hingga kedepan. Sedangkan untuk manajemen layanan lainnya, saat ini obat ARV sudah bisa didapatkan secara gratis di unit layanan AIDS yang ada di rumah sakit umum daerah di Bali.

Pemahaman Meningkat

Sedangkan untuk pemahaman masyarakat, lanjut Karmaya, boleh jadi memang semakin meningkat, dengan makin banyaknya informasi tentang AIDS di media.  Masyarakat sudah mulai menyerapnya, meski prosesnya agak lambat.  Tetapi, sayangnya, katanya, antara pengetahuan dan praktik masih tidak nyambung. Misalkan masyarakat saat ini banyak tahu tentang risiko penularan dalam hubungan seks dan pencegahannya dengan kondom, tetapi ternyata masih diabaikan hingga sekarang. Khususnya bagi para “pelanggan” seks komersial. Dari laporan yang dihimpun oleh KPA, kelompok “pelanggan” masih belum mau memakai alat pengaman atau kontrasepsi seperti kondom.

Untuk upaya kepada masyarakat, saat ini, KPA Provinsi Bali juga menggerakkan Kader Desa Peduli AIDS. Program ini memiliki kekuatan untuk melatih orang-orang terpilih di desa untuk upaya pencegahan dengan berbagai penyuluhan. Kader Desa Peduli AIDS, tentu saja dilatih tentang banyak hal perihal AIDS agar masyarakat tidak lagi merasa takut dan bisa melakukan pencegahan jika sudah mengetahui secara utuh tentang AIDS. Semacam peer group yang dikendalikan programnya oleh KPA, sebagai pilot project KPA akan memilih wilayah Kabupaten Badung untuk percontohan awal.

Tak hanya KPA, banyak lembaga lain yang sedang fokus dengan persoalan AIDS ini. Seperti Yayasan Spirit Paramacitta, yang sudah bertahun-tahun melakukan hal yang sama. Alasannya, AIDS tidak bisa dikendalikan sendirian oleh KPA.

Ketua Yayasan tersebut, Putu Ayu Utami Dewi menuturkan bahwa semua masyarakat bisa jadi memiliki risiko dengan AIDS ini, karena penularannya bisa melalui hubungan seks atau jarum suntik. Dan awalnya stigma yang terjadi adalah “menuduh” kelompok homoseksual, pekerja seks yang meyebabkannya. Padahal dari mempelajari hidup manusia, sebetulnya stigma kepada mereka tidak harus terjadi lagi.
“Kasus yang mulai muncul, bukannya saya menakut-nakuti, tetapi lebih pada pendidikan publik saja. Ternyata saat ini banyak kasus yang muncul perihal ODHA malahan dialami oleh anak-anak dan ibu rumah tangga,” kata Putu Ayu.

Artinya, jika masyarakat disibukkan dengan berbagai stigma tanpa berpikir untuk mencegah diri dan keluarga, kasus ini akan terus berjalan. Strategi yang penting adalah, masyarakat harusnya tidak takut lagi bertemu dengan ODHA atau yang terinfeksi dan melakukan belajar bersama untuk pencegahannya dengan mereka yang terinfeksi. Karena belajar dari pengalaman mungkin akan lebih mendewasakan masyarakat dari pada sibuk dengan rasa was-was dan cemas, yang pastinya tidak akan pernah ada model belajar pencegahan yang baik.

Saat ini, Yayasan Spirit Paramacitta, kata Putu Ayu, sedang mengembangkan Kelompok Dukungan Sebaya (KDS). Kelompk ini semacam group teraphy jika meminjam istilah psikolog, yang fungsinya adalah belajar mengembangkan kekuatan diri dengan berbagai pengalaman di antara yang terinfeksi dan yang tidak terinfeksi. “Kami sudah mengembangkan sejumlah 8 KDS di seluruh Kabupaten di Bali,” ujarnya.
Saat ini, bahkan kelompok KDS ini sudah melakukan kemajuannya dengan memiliki program usaha bersama secara peningkatan ekonomi. Misalnya di Singaraja, kelompok KDS sudah memiliki perusahaan pupuk organik skala kecil menengah yang pasarnya sudah ada di Bali. Saat ini kelompok ini sudah memproduksi sekitar 1 ton pupuk yang siap dipasarkan di Bali. Tentu dengan program ini, kelompok KDS tidak semata-mata hanya berpikir tentang kecemasan atas kematian, tetapi sudah mulai mengembangkan diri untuk masa depan keluarganya dengan kegiatan ekonomi yang kreatif itu. (beng)


Bagikan

SAJIAN TERBARU LAINNYA

  • SEBUAH PERAYAAN SEKADAR “ NGE-POP” (Edisi II/2013)Valentine Day menyimpan banyak pertanyaan  tentang nilai. Kali ini seorang budayawan  membedah arti perayaan Valentine Day, untuk menjadi renungan banyak orang. Tentu segalanya agar tak terkesan latah dalam berbudaya. Redaksi memilih seorang budayawan yang cukup tajam dalam pengamatan dan...(more)
  • MENEMUKAN VALENTINE YANG LEBIH UNIVERSAL (Edisi II/2013) Martir itu bernama Santo Valentinus. Ia menggoreskan pesan tentang keyakinannya pada kasih sayang, saat detik-detik sebelum hukuman mati dilaksanakan. "Dari Valentinusmu," tulisnya. Valentinus secara sadar melanggar larangan menikah yang digariskan oleh Raja Roma Claudius II (zaman itu raja...(more)
  • KASIH SAYANG SEPANJANG ZAMAN (Edisi II/2012) Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE ...(more)
  • BISNIS KASIH SAYANG ALA PANTAI KUTA (Edisi II/2013)Valentine Day yang menembus hampir semua usia, semua lapisan dan pelosok sebagai Hari Kasih Sayang, juga dirasakan merambah dunia pariwisata. Dunia pelancongan ini memang dikenal toleran terhadap sesuatu yang  baru termasuk budaya popular. Begitu juga bisnis akomodasi wisata di Bali. Bali,...(more)
  • DESA ADAT SEBAIKNYA PASIF (Edisi I/2013)Semarak Tahun Baru 2013 di Bali, tentu tak bisa dihindari. Berbagai niat dan ekspresi kegembiraan selalu mewarnai. Ada perbedaan tentunya dengan Tahun Baru Caka yang menjadi tradisi masyarakat Hindu Bali pada momen ini. Hampir seluruh kegembiraan yang rutin dalam pergantian tahun selalu ditandai...(more)
  • PERGANTIAN TAHUN MENJELANG, UANG BERPUTAR KENCANG (Edisi I/2013)Bali masih menjadi destinasi yang menarik bagi wisatawan. Apalagi di momen menjelang pergantian tahun, selalu menjadi wisata menarik dengan berbagai suguhannya. Terbukti dari tahun ke tahun, selalu saja wisatawan nusantara maupun dunia mendambakan pemandangan tersendiri di Pulau Dewata ini. Tak...(more)
  • MEMBERI MAKNA PADA PERGANTIAN TAHUN (Edisi I/2013)Pergantian tahun atau yang lazim disebut tahun baru, bagi tiap daerah dirayakan dan dimaknai dengan tradisi sendiri. Pun masyarakat Bali demikian adanya, ketika Tahun Baru Caka, datang. Tiap daerah memiliki tradisi berbeda secara ritual maupun spiritualnya. Ida Pedanda Gede Telaga, salah seorang...(more)
  • POSKO TAHUN BARU MARAK Bermanfaat atau Berlebih? (Edisi I/2013)Perayaan penghujung tahun tentu sah-sah saja. Pesta dan perayaan kecil memang selalu terlihat berulang mewarnai tutup tahun dan menyambut datangnya tahun baru. Ada rona kemeriahan dan kegembiraan di setiap sudut kota dan di banjar-banjar.  Kewajaran berpesta diamini oleh seorang aktivis muda...(more)
  • URUSAN PEREMPUAN, URUSAN SEMUA LINI (Edisi XII/2012)Hari AIDS Sedunia (HAS 2012) tengah melansir isu besar yang menjadi fokus utama dewasa ini -- perempuan dan anak. Menurut Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Denpasar, Tri Indarti, tema HAS tersebut sangat beralasan. “Data dari nasional hingga daerah, semua mendapati  bahwa kasus...(more)
  • UJICOBA TERAPI AIDS DENGAN REKAYASA GENETIKA (Edisi XII/2012)Penyakit HIV-AIDS hingga kini tetap belum dapat disembuhkan. Terapi kombinasi obat-obatan memang secara medis dapat mengendalikan serangan penyakit AIDS, namun efeknya hanya untuk memperpanjang umur penderita. Kini sejumlah ilmuwan dari Amerika Serikat melakukan uji coba pengobatan HIV-AIDS...(more)
  • PERAN KAUM MUDA CUKUP SIGNIFIKAN (Edisi XII/2012) Persoalan perempuan dan anak tak bisa dipecahkan sendiri. Semua pihak berkepentingan untuk menyelamatkan generasi. Dan isu HIV/AIDS adalah bagian penting yang terintegrasi dari kehidupan sosial perempuan dan anak. Begitu juga yang didengungkan dalam tema Hari AIDS Sedunia (HAS 2012). Persoalan...(more)
  • SINERGI BERBAGI PERAN ADALAH KUNCI (Edisi XII/2012)Hari AIDS Sedunia (HAS), diperingati setiap tahun oleh seluruh negara. Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat tengah menyiapkan rangkaian HAS dengan berbagai hal. Buku pedoman pun tengah dilansir melalui Kementerian Perlindungan Perempuan dan Anak Republik...(more)
  • MENCEGAH DAN MENGENDALIKAN BERSAMA (Edisi XI/2012)Data statistik Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) tentang kasus HIV/AIDS di Indonesia  menunjukkan secara komulatif kasus ini per 1 April 1987 hingga 30 Juni 2012 memiliki total jumlah yang terinfeksi di Indonesia sebanyak 86.762 orang. Sedangkan yang sudah dalam tahapan AIDS di Indonesia,...(more)
  • MENGELOLA RISIKO DENGAN POSITIF DAN KONSTRUKTIF (Edisi XI/2012)Awal Oktober lalu, RSUD Badung menolong persalinan ibu yang teridentifikasi ODHA. Ibu rumah tangga berusia 30-an tahun itu, melahirkan bayinya dengan operasi caesar yang disarankan oleh dokter. Tak ada kelainan fisik apapun pada bayi. Hanya saja menunggu 18 bulan lagi untuk mengetahui sang bayi...(more)
  • SUARA ODHA MENOLAK DISKRIMINASI (Edisi XI/2012)Lika-liku, penuh kenangan. Kesedihan berubah menjadi kebanggaan adalah kemungkinan yang ditasbihkan bagi Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). Itulah perjuangan yang sedang diyakini oleh kelompok ODHA saat ini. Penuh harapan dan selalu ingin mengubah keadaan yang membanggakan. Seperti yang dialami AR...(more)
  • Mengenang Komitmen Sanur MENITI HIDUP LEBIH BAIK (Edisi XI/2012)Perhelatan besar di dunia internasional setiap tanggal 1 Desember adalah Hari AIDS sedunia. Hari itu mengajak warga dunia untuk menorehkan kembali tentang kumpulan dari segala penyakit yang mempengaruhi tubuh manusia, dimana sistem kekebalan tubuh melemah dan tidak dapat merespon sesuai...(more)
  • “TIDAK PAS UNTUK BALI” (Edisi X/2012)Semakin menjamurnya tempat hiburan malam di wilayah Bali, di satu sisi memang memberikan dampak ekonomi yang cukup besar bagi masyarakat. Perputaran uang dari bisnis ini lumayan tinggi. Namun bagi pengamat ekonomi Gede Made Sadguna, keberadaan tempat-tempat hiburan tersebut tidak seharusnya...(more)
  • SEDAPNYA ATMOSFER DUNIA MALAM (Edisi X/2012) Sinar laser beragam warna beradu, menusuk setiap sudut ruang. Tubuh-tubuh yang bergerak ritmis, seolah berbalut busana warna-warni. Musik berdentum kuat hingga menggetarkan dada. Atmosfer ruangan menebar aroma alkohol . Perempuan bertubuh seksi sensual bergerak ritmis menggoyang badan. Wow...(more)
  • “DI BALIK PIRINGAN HITAM” (Edisi X/2012)Diskotek dan tempat clubbing, tidak lepas dari “pawang” piringan hitam yang dikenal  disc jockey (DJ). Disc jockey atau joki cakram yang kerap juga disebut hanya deejay adalah seseorang yang terampil memilih dan memainkan rekaman suara atau musik yang telah direkam sebelumnya. Media hasil...(more)
  • KETIKA HARGA SEMBAKO MELANGIT (Edisi IX/2012)Ketika harga bahan-bahan kebutuhan pokok melangit jelang Hari Raya Idul Fitri dan Galungan, Agustus lalu, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) se-Bali tidak tinggal diam. Pasar murah digelar serentak di 35 desa di seluruh Bali.  Ni Made Wenten tampak agak kelelahan membawa satu karung kecil beras...(more)