Menciptakan pendidikan yang berkualitas tentu tak semudah membalikkan telapat tangan. Berbagai faktor harus diperhatikan. Tak hanya sarana dan prasarana, kualitas guru juga menjadi faktor yang sangat menentukan. Karenanya pendidikan para calon guru juga harus mendapatkan perhatian serius. Para calon guru, di samping memiliki pengetahuan akademis, juga harus memiliki pengetahuan lain sehingga mampu memberikan pendidikan yang berkualitas bagi para anak didiknya.
Hal inilah yang dilakukan oleh IKIP PGRI Bali dengan melaksanakan studi banding ke Bogor, Bandung dan Jakarta, 5-7 Desember lalu. “Ini agenda rutin yang dilaksanakan setiap tahun. Kali ini diikuti oleh lebih dari 260 orang mahasiswa FK MIPA yang telah duduk di semester V,” terang Drs. I Gusti Bagus Arthanegara, SH, MH, MPd., Ketua Yayasan Pembina Lembaga Pendidikan Perguruan Tinggi IKIP PGRI Bali.
Arthanegara berharap berbagai dampak positif akan didapat mahasiswa dari kegiatan ini, sehingga mereka memiliki pengetahuan tak hanya sekadar yang didapat di bangku kuliah. Tak hanya pada hal-hal yang bersifat akademis, dampak non akademis juga bisa didapat di saat bersamaan. Ini diharapkan bisa menjadi nilai tambah tersendiri bagi para mahasiswa.
"Dari sisi akademis kepada mahasiswa diperkenalkan secara langsung hal-hal yang berkaitan dengan mata kuliah. Misalnya saat mengunjungi Kebun Raya Bogor, mahasiswa dapat secara langsung melihat dan mengamati beberapa tanaman yang pernah dipelajarinya di kampus, yang mungkin belum pernah dilihat secara langsung. Dengan ini pemahaman mereka menjadi lebih baik dan pengetahuan mereka tak hanya sebatas teori. Jadi nanti jika mereka mengajar bisa menceritakan dengan jelas dan baik kepada murid yang diajar," ujarnya.
Kegiatan studi banding ini merupakan bagian dari praktek kuliah lapangan. Sebagai calon guru, para mahasiswa dituntut memiliki pengetahuan lebih dari sekadar yang didapat di bangku kuliah. Studi Banding ini akan memberikan mahasiswa berbagai pengalaman dan pengetahuan yang tak bisa didapatkan saat belajar di kelas.
Para mahasiswa juga diberikan kesempatan melihat kehidupan kampus di luar Bali dengan mengunjungi FKIP Universitas Pasundan yang merupakan salah satu Universitas Swasta terbaik di Indonesia. Di sini mereka berkesempatan melihat lab biologi ataupun matematika sebagai perbandingan kehidupan kampus.
Hal senada disampaikan Dekan FPMIPA IKIP PGRI Bali, Drs. I Wayan Suanda, SP,MSi. Kegiatan studi banding ini merupakan bagian dari praktek kegiatan lapangan yang memiliki bobot 2 sks. Dengan mengunjungi beberapa objek yang berkaitan dengan program studi, para mahasiswa diajak mengimplementasikan ilmu yang didapat saat kuliah. Dengan tambahan pengetahuan yang berkaitan dengan ilmunya, mahasiswa akan memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap bidang ilmunya.
"Dengan melihat beberapa tanaman secara langsung di Kebun Raya Bogor, akan menjadi pengalaman yang berarti bagi mahasiswa jurusan biologi saat nanti mereka mengajar. Sementara mahasiswa jurusan matematika bisa melihat lab matematika dan mikroteaching yang ada di FKIP Universitas Pasundan. Dengan melihat lab microteaching, para mahasiswa akan memiliki gambaran saat mereka mengambil mata kuliah ini di semester VII, karena yang ikut studi banding mahasiswa semester V," ujarnya.
Dengan melihat dan membandingkan secara langsung proses perkuliahan dan sarana serta prasarana yang digunakan, maka akan diketahui kekurangan dan kelebihan yang ada. Selanjutnya hal ini akan dijadikan acuan dalam peningkatan kualitas pendidikan dan pengajaran.
Kegiatan studi banding ini dijadikan sarana untuk menghubungkan materi kuliah dengan apa yang ada dalam kehidupan nyata. Dengan demikian mahasiswa akan tahu persis apa yang diajarkannya bukan hanya sebatas teori tetapi lebih pada hal-hal yang bersifat kontekstual.
Guna memaksimalkan hasil yang didapat selama studi banding, selanjutnya diadakan seminar yang dibawakan para mahasiswa. Makalah yang dibawakan dievaluasi oleh para dosen. Seminar ini juga sebagai bentuk pertanggungjawaban kegiatan. "Dari seminar yang diadakan, menjadi jelas hasil yang didapat melalui studi banding dan dapat dipertanggungjawabkan," imbuh Suanda.
Tak hanya sampai di situ. Kegiatan studi banding ini juga diisi dengan kegiatan yang berkaitan dengan kehidupan spiritual mahasiswa. Para mahasiswa diajak bersembahyang ke Pura Gunung Salak yang berada di Jawa Barat. Selain bersembahyang, para mahasiswa ini diharapkan bisa melihat bagaimana umat Hindu di luar Bali menjalani kehidupan mereka. "Dengan melihat kehidupan umat Hindu yang ada di luar Bali, mahasiswa tak akan lagi merasa sebagai yang paling baik dan tahu kalau umat Hindu bukan hanya ada di Bali, tetapi juga di luar Bali," terangnya.
Cinta Tanah Air
Arthanegara mengatakan, semangat kebangsaan dan rasa cinta Tanah Air bisa ditumbuhkan melalui hal-hal sederhana seperti kegiatan studi banding tersebut.
"Para mahasiswa diberikan kesempatan untuk melihat keindahan alam serta kekayaan budaya yang ada di luar Bali. Dengan ini mereka akan tahu kekayaan yang dimiliki Indonesia. Dengan melihat kekayaan yang ada di daerah lain, mereka juga tak akan berpikir sempit dan menganggap bahwa apa yang ada di Bali sebagai yang terbaik," ujarnya.(ayu)