Setiap hal di dunia ini memang punya dua sisi berlawanan, baik dan buruk, mudah dan sulit, berhasil dan gagal. Dan negara kita Indonesia tercinta ini, setelah 66 tahun merdeka, ternyata masih tetap saja berprinsip “kenapa harus dipermudah?” Lihat saja beberapa program pemerintah; pengangkatan guru kontrak, penyediaan air bersih, bantuan langsung tunai. Tujuan-tujuan mulia dari setiap program tersebut malah jadi masalah baru di masyarakat. Lalu bagaimana dengan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang sedang hangat dan ditujukan untuk usaha kecil menengah agar bisa lebih produktif? Kakek Putu dan Bli Nyoman Coblong penasaran ingin tahu dan segera berselancar di dunia maya.
“Bapak Presiden memiliki perencanaan untuk menambah lagi KUR, mengingat minatnya semakin meningkat dan sukses,” kata Menteri Koordinator dan Perekonomian Hatta Radjasa selepas dialog dengan pelaku ekonomi kerakyatan di Pasar Baru, Bandung, Minggu, 7 Agustus 2011, begitu dilansir Tempo Interaktif, Bandung. Rencana pemerintah itu sempat diungkap Hatta saat menjawab pertanyaan pelaku ekonomi yang mengatakan, masih ada stigma dari pelaku UMKM terhadap KUR, yang dinilai masih sulit untuk diakses. Dalam dialog itu Hatta menuturkan program KUR yang digulirkan pemerintah sejak 2007 lalu sudah menyentuh 6 juta nasabah. Dari seluruh nasabah, katanya, ada 600 ribu pelaku usaha yang non-bankable naik kelas menjadi pelaku usaha yang masuk kategori kelas komersil.
Wah…inilah program pemerintah yang berjalan sesuai tujuannya, begitu pikir Kakek Putu dan Bli Nyoman Coblong sambil mengangguk-angguk senang. Negeriku sudah mulai berubah, tambahnya dengan hati sumringah.
Ketika Kakek Putu dan Bli Nyoman Coblong ‘surfing’ di Kompas.com, keningnya jadi agak berkerut karena diberitakan penyaluran kredit usaha rakyat itu masih didominasi oleh usaha di sektor perdagangan. Penyaluran KUR di sektor hulu masih cukup kecil. Hal ini disampaikan Deputi Kelautan dan Perikanan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Diah Maulida dalam acara pelepasan penyuluh pendamping KUR di Jakarta, Selasa (23/8/2011). Wah…wah…wah….mulai ada cerita lain nih di balik laporan kesuksesan program ini.
Karena penasaran, Kakek Putu dan Bli Nyoman Coblong kembali “googling’ dan ketemulah laporan Bank Indonesia tentang kendala penyaluran KUR. Salah satunya adalah banyaknya calon debitur yang tidak bisa memenuhi persyaratan dari bank karena kondisi usahanya belum layak mendapatkan kredit. Kredit usaha rakyat ini dibuat untuk meningkatkan pendapatan usaha kecil. Tapi syarat administrasi keuangannya berderet-deret. Terus apa iya usaha kecil yang biasanya juga milik rakyat kecil, punya dokumen keuangan selengkap itu? Rekening koran, neraca laba rugi… waduh!!! Itu baru urusan administrasi. Belum lagi masalah agunan. Gimana mau punya barang untuk agunan, kalo usaha mereka aja belum tentu untung?
Kakek Putu dan Bli Nyoman Coblong malah jadi geleng-geleng kepala, seperti orang dugem di Boshe VVIP. Jadi sebenarnya KUR itu Kredit Usaha Rakyat atau Kredit Usaha yang dibuat jadi Ruwet ya? Ternyata negeriku belum berubah, Kakek Putu dan Bli Nyoman Coblong jadi resah lagi……
Oleh : Geg Aniek