Minggu, 27 Januari 2013

MEMBERI MAKNA PADA PERGANTIAN TAHUN (Edisi I/2013)

Pergantian tahun atau yang lazim disebut tahun baru, bagi tiap daerah dirayakan dan dimaknai dengan tradisi sendiri. Pun masyarakat Bali demikian adanya, ketika Tahun Baru Caka, datang. Tiap daerah memiliki tradisi berbeda secara ritual maupun spiritualnya.

Ida Pedanda Gede Telaga, salah seorang tokoh sulinggih dari Griya Gede Telaga Sanur, menjelaskan banyak hal tentang hal ini. Saat ditemui Tabloid Galang Kangin, Ida Pedanda Gede Telaga bercerita antara lain tentang beberapa pergeseran sosial yang terjadi kini dibandingkan pada masa mudanya (walaka).

Ida Pedanda Gede Telaga yang kini berusia 74 tahun mengungkapkan, masyarakat Hindu Bali selalu memberikan sesuatu yang lebih, pada momentum Tahun Baru Caka (sekitar Bulan Maret) di saat Nyepi. Perbedaan spirit nampak sekali jika kita melihat secara kasat mata. Hal ini tentu saja dikarenakan Tahun Baru Caka, adalah bagian dari ritual keagamaan yang sudah menjadi kebudayaan masyarakat Bali sendiri.
“Tahun Baru Caka bagi masyarakat Denpasar selalu ditandai dengan mengadakan pecaruan di perempatan agung tepatnya di Catur Muka dekat Lapangan Puputan. Itu adalah pertanda bahwa Tahun Caka akan berganti,” kata Pedanda yang pernah mengenyam ilmu akuntansi di perkuliahannya.

Hal yang sama dari Tahun Masehi adalah sama-sama memiliki sifat maju dalam hitungan tahun, dan sifat kebaruannya. Jika di Tahun Masehi hitungannya 2012,  Tahun Caka kini berangka 1934. “Jadi Masehi lebih tua dari Tahun Caka dengan selisih 78 tahun,” ungkap Ida Pedanda.

Pertanda Tahun

Ada pertanda lain perbedaan antara Tahun Baru Caka dan Masehi. Pertanda dari Tahun Baru Caka selalu bersifat nyepi atau petileman menjelang pergantian tahunnya . Dan tentu saja itu menjadi tradisi masyarakat Hindu di Bali. “Dari kesanga menjadi kedasa kalau di dalam Tahun Baru Caka, ini perbedaannya lagi,” katanya.

Saat menghadapi pergantian Tahun Masehi, masyarakat di Bali juga secara umum merayakan, tetapi tentu saja tidak melakukan ritual khusus keagamaan. Dalam pergantian Tahun Masehi, orang  Bali seperti masyarakat pada umumnya, merayakan dengan kemeriahan tanpa nyepi seperti di Tahun Baru Caka. Pada momentum pergantian Tahun Masehi, lebih banyak anak muda yang memainkan peran dengan berbagai even tanpa upacara dan ritual khusus.

Sama-sama memberikan makna tahun yang baru atau pergantian tahun, tetapi berbeda falsafahnya. Begitu kira-kira yang sedang disampaikan oleh tokoh Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI Denpasar) ini. Tetapi apapun tahun barunya, secara universal pasti menyimpan nilai tersendiri. Yang secara umum, saat berganti tahun adalah penanda untuk menyongsong langkah berikutnya dengan menoreh kembali dari apa yang sudah dilakukan pada tahun sebelumnya. “Sama-sama memiliki nilai tanpa membedakan satu sama lain,” ujarnya.

Introspeksi diri adalah bagian penting dari kata kunci yang mengandung pesan, begitu pandangan sang Sulinggih ini. Perbuatan apapun atau masalah apapun yang pernah dilalui sebelumnya, misalnya perekonomian, kata Sulinggih, adalah bagaimana setiap orang bisa menata kembali kehidupan perekonomian mereka. “Yang jatuh bisa merefleksikan kembali dan membangun strateginya bagaimana bangkit dan mengejar kembali ketertinggalannya,” ujar Sulinggih. Tentu apapun itu, mengejar ketertinggalan atau bahkan menata kembali untuk kehidupan yang lebih baik, menjadi penting direnungkan dalam pergantian tahun yang baru ini. “Apapun tahun barunya, semuanya menjadi penting untuk hal penataan diri, penataan spiritual, atau penataan hubungan antara manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam sekitarnya,” ujarnya.

Semuanya tentu tidak lepas dari nilai yang diyakini masyarakat Bali yang lazim disebut Tri Hita Karana itu. Hanya saja, memang di Tahun Baru Caka, umat Hindu Bali mengenal  tentang yadnya untuk mengimplementasikan segala hal dari mulai sekala dan niskala saat merayakannya. Tetapi tentu saja agak berbeda dengan yang dilakukan saat tahun baru umum yang dikenal dengan Tahun Masehi ini. “Tidak banyak perbedaannya, cuma taksu yang membedakannya karena muatan spiritual keagamaan dan kebudayaannya,”  imbuhnya. (beng)


MEMBANGUN NILAI POSITIF
ZAMAN dahulu, masyarakat Bali, entah itu di Tahun Baru Caka ataupun Tahun Masehi, selalu memiliki taksu sedemikian rupa untuk tetap membangun nilai positif. Ida Pedanda Gede Telaga mengenang kembali masa mudanya. Saat merayakan Tahun Baru Masehi sekalipun, di bale banjar para muda-mudi juga banyak yang membuat kegiatan positif semisal berkumpul bersama untuk melakukan kama (kesenangan). “Cuma, kama itu harus juga dikontrol dengan ajaran dharma. Dan yang bisa mengkontrol kama itu biasanya para tetua atau prajuru adat di tempat masing-masing. Setiap bale banjar selalu ada simakrama untuk membicarakan introspeksi. Tidak keluar dari kegiatan adat dan spiritual. Sekarang sudah bergeser,” ujarnya.
Zaman ini memang sudah betul-betul berbeda. Banyak dimensi yang melatari pergeseran ini. Misalnya dimensi alam yang membuat pemikiran manusia bisa berubah. Boleh jadi, kata Sulinggih, manusia tidak lagi memiliki kepercayaan diri, yang berakibat adanya kaliyuga atau pertentangan, sehingga duduk bersama untuk melakukan introspeksi bersama, hampir hilang.

Paling tidak, apa yang diuraikan oleh Ida Pedanda Gede Telaga adalah pesan penting dalam pergeseran saat ini. Menurutnya, semuanya berpulang pada moralitas dan pengetahuan tentang dharma yang mulai luntur. Tawuran dan saling bersaing dalam unjuk kekuatan sedang menggejala. Apalagi di momentum pergantian tahun, dinamika unjuk kekuatan dan meninggalkan hal penting tentang introspeksi pasti terjadi. (beng)





Bagikan

SAJIAN TERBARU LAINNYA

  • SEBUAH PERAYAAN SEKADAR “ NGE-POP” (Edisi II/2013)Valentine Day menyimpan banyak pertanyaan  tentang nilai. Kali ini seorang budayawan  membedah arti perayaan Valentine Day, untuk menjadi renungan banyak orang. Tentu segalanya agar tak terkesan latah dalam berbudaya. Redaksi memilih seorang budayawan yang cukup tajam dalam pengamatan dan...(more)
  • MENEMUKAN VALENTINE YANG LEBIH UNIVERSAL (Edisi II/2013) Martir itu bernama Santo Valentinus. Ia menggoreskan pesan tentang keyakinannya pada kasih sayang, saat detik-detik sebelum hukuman mati dilaksanakan. "Dari Valentinusmu," tulisnya. Valentinus secara sadar melanggar larangan menikah yang digariskan oleh Raja Roma Claudius II (zaman itu raja...(more)
  • KASIH SAYANG SEPANJANG ZAMAN (Edisi II/2012) Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE ...(more)
  • BISNIS KASIH SAYANG ALA PANTAI KUTA (Edisi II/2013)Valentine Day yang menembus hampir semua usia, semua lapisan dan pelosok sebagai Hari Kasih Sayang, juga dirasakan merambah dunia pariwisata. Dunia pelancongan ini memang dikenal toleran terhadap sesuatu yang  baru termasuk budaya popular. Begitu juga bisnis akomodasi wisata di Bali. Bali,...(more)
  • DESA ADAT SEBAIKNYA PASIF (Edisi I/2013)Semarak Tahun Baru 2013 di Bali, tentu tak bisa dihindari. Berbagai niat dan ekspresi kegembiraan selalu mewarnai. Ada perbedaan tentunya dengan Tahun Baru Caka yang menjadi tradisi masyarakat Hindu Bali pada momen ini. Hampir seluruh kegembiraan yang rutin dalam pergantian tahun selalu ditandai...(more)
  • PERGANTIAN TAHUN MENJELANG, UANG BERPUTAR KENCANG (Edisi I/2013)Bali masih menjadi destinasi yang menarik bagi wisatawan. Apalagi di momen menjelang pergantian tahun, selalu menjadi wisata menarik dengan berbagai suguhannya. Terbukti dari tahun ke tahun, selalu saja wisatawan nusantara maupun dunia mendambakan pemandangan tersendiri di Pulau Dewata ini. Tak...(more)
  • MEMBERI MAKNA PADA PERGANTIAN TAHUN (Edisi I/2013)Pergantian tahun atau yang lazim disebut tahun baru, bagi tiap daerah dirayakan dan dimaknai dengan tradisi sendiri. Pun masyarakat Bali demikian adanya, ketika Tahun Baru Caka, datang. Tiap daerah memiliki tradisi berbeda secara ritual maupun spiritualnya. Ida Pedanda Gede Telaga, salah seorang...(more)
  • POSKO TAHUN BARU MARAK Bermanfaat atau Berlebih? (Edisi I/2013)Perayaan penghujung tahun tentu sah-sah saja. Pesta dan perayaan kecil memang selalu terlihat berulang mewarnai tutup tahun dan menyambut datangnya tahun baru. Ada rona kemeriahan dan kegembiraan di setiap sudut kota dan di banjar-banjar.  Kewajaran berpesta diamini oleh seorang aktivis muda...(more)
  • URUSAN PEREMPUAN, URUSAN SEMUA LINI (Edisi XII/2012)Hari AIDS Sedunia (HAS 2012) tengah melansir isu besar yang menjadi fokus utama dewasa ini -- perempuan dan anak. Menurut Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Denpasar, Tri Indarti, tema HAS tersebut sangat beralasan. “Data dari nasional hingga daerah, semua mendapati  bahwa kasus...(more)
  • UJICOBA TERAPI AIDS DENGAN REKAYASA GENETIKA (Edisi XII/2012)Penyakit HIV-AIDS hingga kini tetap belum dapat disembuhkan. Terapi kombinasi obat-obatan memang secara medis dapat mengendalikan serangan penyakit AIDS, namun efeknya hanya untuk memperpanjang umur penderita. Kini sejumlah ilmuwan dari Amerika Serikat melakukan uji coba pengobatan HIV-AIDS...(more)
  • PERAN KAUM MUDA CUKUP SIGNIFIKAN (Edisi XII/2012) Persoalan perempuan dan anak tak bisa dipecahkan sendiri. Semua pihak berkepentingan untuk menyelamatkan generasi. Dan isu HIV/AIDS adalah bagian penting yang terintegrasi dari kehidupan sosial perempuan dan anak. Begitu juga yang didengungkan dalam tema Hari AIDS Sedunia (HAS 2012). Persoalan...(more)
  • SINERGI BERBAGI PERAN ADALAH KUNCI (Edisi XII/2012)Hari AIDS Sedunia (HAS), diperingati setiap tahun oleh seluruh negara. Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat tengah menyiapkan rangkaian HAS dengan berbagai hal. Buku pedoman pun tengah dilansir melalui Kementerian Perlindungan Perempuan dan Anak Republik...(more)
  • MENCEGAH DAN MENGENDALIKAN BERSAMA (Edisi XI/2012)Data statistik Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) tentang kasus HIV/AIDS di Indonesia  menunjukkan secara komulatif kasus ini per 1 April 1987 hingga 30 Juni 2012 memiliki total jumlah yang terinfeksi di Indonesia sebanyak 86.762 orang. Sedangkan yang sudah dalam tahapan AIDS di Indonesia,...(more)
  • MENGELOLA RISIKO DENGAN POSITIF DAN KONSTRUKTIF (Edisi XI/2012)Awal Oktober lalu, RSUD Badung menolong persalinan ibu yang teridentifikasi ODHA. Ibu rumah tangga berusia 30-an tahun itu, melahirkan bayinya dengan operasi caesar yang disarankan oleh dokter. Tak ada kelainan fisik apapun pada bayi. Hanya saja menunggu 18 bulan lagi untuk mengetahui sang bayi...(more)
  • SUARA ODHA MENOLAK DISKRIMINASI (Edisi XI/2012)Lika-liku, penuh kenangan. Kesedihan berubah menjadi kebanggaan adalah kemungkinan yang ditasbihkan bagi Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). Itulah perjuangan yang sedang diyakini oleh kelompok ODHA saat ini. Penuh harapan dan selalu ingin mengubah keadaan yang membanggakan. Seperti yang dialami AR...(more)
  • Mengenang Komitmen Sanur MENITI HIDUP LEBIH BAIK (Edisi XI/2012)Perhelatan besar di dunia internasional setiap tanggal 1 Desember adalah Hari AIDS sedunia. Hari itu mengajak warga dunia untuk menorehkan kembali tentang kumpulan dari segala penyakit yang mempengaruhi tubuh manusia, dimana sistem kekebalan tubuh melemah dan tidak dapat merespon sesuai...(more)
  • “TIDAK PAS UNTUK BALI” (Edisi X/2012)Semakin menjamurnya tempat hiburan malam di wilayah Bali, di satu sisi memang memberikan dampak ekonomi yang cukup besar bagi masyarakat. Perputaran uang dari bisnis ini lumayan tinggi. Namun bagi pengamat ekonomi Gede Made Sadguna, keberadaan tempat-tempat hiburan tersebut tidak seharusnya...(more)
  • SEDAPNYA ATMOSFER DUNIA MALAM (Edisi X/2012) Sinar laser beragam warna beradu, menusuk setiap sudut ruang. Tubuh-tubuh yang bergerak ritmis, seolah berbalut busana warna-warni. Musik berdentum kuat hingga menggetarkan dada. Atmosfer ruangan menebar aroma alkohol . Perempuan bertubuh seksi sensual bergerak ritmis menggoyang badan. Wow...(more)
  • “DI BALIK PIRINGAN HITAM” (Edisi X/2012)Diskotek dan tempat clubbing, tidak lepas dari “pawang” piringan hitam yang dikenal  disc jockey (DJ). Disc jockey atau joki cakram yang kerap juga disebut hanya deejay adalah seseorang yang terampil memilih dan memainkan rekaman suara atau musik yang telah direkam sebelumnya. Media hasil...(more)
  • KETIKA HARGA SEMBAKO MELANGIT (Edisi IX/2012)Ketika harga bahan-bahan kebutuhan pokok melangit jelang Hari Raya Idul Fitri dan Galungan, Agustus lalu, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) se-Bali tidak tinggal diam. Pasar murah digelar serentak di 35 desa di seluruh Bali.  Ni Made Wenten tampak agak kelelahan membawa satu karung kecil beras...(more)