Persoalan perempuan dan anak tak bisa dipecahkan sendiri. Semua pihak berkepentingan untuk menyelamatkan generasi. Dan isu HIV/AIDS adalah bagian penting yang terintegrasi dari kehidupan sosial perempuan dan anak. Begitu juga yang didengungkan dalam tema Hari AIDS Sedunia (HAS 2012).
Persoalan membebaskan perempuan dan anak dari HIV/AIDS ini, kata Kabid Pengembangan Peranan Perempuan Pengurus Daerah Bali Tunas Indonesia Raya (TIDAR Bali), Erna Andriyani cukup menarik. Sebagai aktivis perempuan dalam sayap pemuda Partai Gerindra, Erna memberikan saran bahwa sebenarnya persoalan perempuan atau ibu rumah tangga khususnya, adalah hal yang penting untuk diperhatikan oleh semua pihak. Integrasi itu menurut Erna, adalah pemikiran dan tindakan semua organisasi baik LSM, parpol dan pemerintah, untuk bisa mengusung berbagai program tentang kesehatan ibu dan anak yang melandasi penyelamatan generasi di negeri ini. Tak terkecuali pekerjaan besar tentang penanggulangan virus HIV/AIDS.
“Kasus HIV/AIDS ini bukan hal yang biasa dan remeh, karena dari tahun ke tahun selalu mengalami kenaikan. Bukan tidak mungkin yang harus dievaluasi bersama adalah cara pandang kita terhadap perempuan dan anak,” kata akitivis politik muda itu.
Kegelisahan Erna, berangkat dari mencermati data di beberapa media di Bali, yang ternyata angka kematian ibu di Kabupaten Buleleng mencapai 224 orang pada tahun ini dan itu dikarenakan terinfeksi HIV/AIDS. Tentu itu bukan hal yang tidak dapat disederhanakan tentunya.
Apapun kasus kematian itu, yang terpenting menurutnya adalah akses kesehatan bagi perempuan. Bukan tidak mungkin kasus kematian ibu karena infeksi HIV/AIDS adalah dari pola hidup berpasangan yang tidak memiliki kesadaran untuk sehat. Sehat, tentu dalam arti yang luas. Misalkan, kata Erna, apa yang dilakukan oleh pasangan atau suami di luar rumah yang banyak tidak terinformasi kepada pasangan perempuannya, yang ternyata bisa berdampak pada kesehatan perempuan itu sendiri.
“Bisa jadi pasangan laki-laki 'jajan' di luar yang kemudian imbasnya tentu kepada perempuan,” katanya.
Tetapi, tentu hal ini bukan berarti untuk membuat perempuan menjadi paranoid terhadap suami atau pasangannya. Paling tidak, ada upaya preventif yang pusarannya adalah melakukan pendidikan perempuan tentang akses dan hak kesehatan.
Pun juga lagi-lagi akses kesehatan menjadi sorotan dari TIDAR Bali ini. Dari banyaknya Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) perempuan, selalu yang didapati adalah perempuan dengan tingkat ekonomi yang menengah ke bawah. Hal ini, dari pengamatan Erna saat sempat aktif melakukan pendampingan kelompok rentan perempuan di Surabaya dan di beberapa Kabupaten di Jawa Timur. Ia tak menampik di Bali pun juga masih sama. Belum ada akses kesehatan terhadap perempuan yang cukup signifikan dijadikan contoh dalam pemberdayaan perempuan. Tentunya, informasi dan segala sesuatu untuk meningkatkan kapasitas perempuan dalam kesehatan reproduksi, sangat penting.
“Paling-paling yang banyak melakukan dan aktif mendampingi kelompok perempuan untuk berdaya secara kesehatan adalah dari kelompok LSM. Saya melihat, pemerintah masih belum seberapa aktif,” katanya.
Sebagai anggota dari sayap politik partai, persoalan HIV/AIDS yang membuat kematian ibu meninggi tentu menjadi konsern organisasinya. Seperti dikatakan di awal, bahwa tidak bisa sendiri untuk memerangi HIV/AIDS. Maka, konsep yang terintegrasi menurut Erna, adalah bagaimana semua peran harus dikolaborasikan. Misalkan, untuk penyelamatan ibu dan anak adalah persoalan kaum muda sebagai agen perubahan. Yang mana, menurut Erna, bahwa kelompok kaum muda, sebenarnya adalah kelompok pengkampanye dan edukasi bagi ibu-ibu di teritorial manapun. Karena, seperti yang dibahas di awal, akses kesehatan tidak terlalu terjangkau bagi kaum ibu. Maka, imbuh Erna, tugas dan peran kelompok muda sebagai relawan yang sadar untuk merubah negeri ini harus diaktifkan.
“Sekarang ini tidak perlu meyalahkan siapa untuk persoalan penyelamatan generasi. Walaupun negara bertanggung jawab penuh atas hak kesehatan perempuan. Tetapi paling tidak, menggunakan modal sosial untuk melakukan perubahan adalah hal yang lebih penting,” katanya.
Organisasi TIDAR, paling tidak sudah berkeyakinan untuk membangun kesadaran tentang akses dan hak kesehatan sebagai upaya preventif dalam penanggulang HIV/AIDS. Terutama kepada ibu dan anak, yang bukan tidak mungkin akan dilakukan dalam skup internal dan eksternal pada organisasi sayap Partai Gerindra itu. “Untuk isu perempuan dan anak, kami memang akan membangun komunikasi politik kepada internal partai kami. Sedangkan untuk perjuangan di wilayah eksternal, kami tentu juga memiliki program pendidikan sebaya. Dimana kekuatan kelompok muda dan perempuan akan membangun pembelajaran baru secara bersama-sama untuk upaya preventif dari hak kesehatan itu sendiri. Misalkan hak reproduksi, ini yang menjadi bagian terpenting. Termasuk penanggulangan HIV/AIDS merupakan bagian dari konsern kami, karena Bali memiliki angka ODHA yang tinggi. Maka, kami memiliki cara tersendiri untuk selalu memperjuangkan perempuan yang saat ini masih menjadi kelompok rentan di wilayah ini,” ujar Erna (beng)