I Made Pagiartha tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Petani yang
menggarap lahan di kawasan elite Renon itu terus menebar senyum. “Kami petani di kawasan Renon sekarang agak lebih tenang, karena kami tidak perlu lagi khawatir kalau nilai jual gabah kami anjlok saat panen raya,” ujar bapak 4 anak itu di usai penandatanganan memorandum of understanding antara Subak Renon dengan Koperasi Kharisma Madani di Balai Subak Lungatad, Peguyangan Kangin, Denpasar Utara, 18 Februari lalu.
MOU tersebut menyangkut penyelenggaraan program bayar panen (Yarnen) Bali
Madani, sebuah program yang dirancang Koperasi Kharisma Madani untuk menyejahterakan petani di Bali. Penandatanganan MOU disaksikan Walikota Denpasar Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kota Denpasar, Ir. I Gede Ambara Putra, serta sejumlah pejabat dan perwakilan subak di Kota Denpasar.
Pagiartha merupakan Pekaseh Subak Renon dengan jumlah total 89 petani dan
luasan sawah mencapai 90 hektar. Kerjasama dengan Koperasi Kharisma Madani sebenarnya sudah dirintis sejak sekitar 4 bulan sebelum penandatanganan MOU. “Kami merasakan betul dampak dari program Yarnen dari Kharisma Madani,” tegas Pagiartha.
Lewat program Yarnen Bali Madani, Pagiartha beserta petani lainnya di Subak
Renon merasakan manfaat yang luar biasa. Selain mendapat jaminan kredit, program ini juga membantu pendanaan dalam mengolah lahan pertanian beserta pupuknya. “Koperasi Kharisma Madani membeli gabah kering giling kita seharga Rp 3.950 per kilogram. Dari jumlah itu, ke tingkat petani subak menyerahkan Rp 3.500 per kilogram. Selisih Rp 400 digunakan untuk membayar tukang tebas, dan sisanya masuk ke subak. Jadi sangat menguntungkan bagi petani maupun kelompok subak. Biasanya, harga panen kami seringkali dipermainkan oleh tengkulak,” tambah dia.
Selain kepastian harga, petani juga bisa bisa mendapatkan jaminan pembayaran cash dari Kharisma Madani. Penggunaan pupuk organik khusus yang dibiayai Koperasi Kharisma Madani juga cenderung membuat produksi panen mengalami peningkatan. “Jadi untungnya dobel,” tambahnya.
Ketua Koperasi Kharisma Madani, Putu Sumedana Wahyu, menegaskan, MOU dengan Subak Renon merupakan langkah penting bagi program Yarnen Bali Madani yang selama ini lebih banyak fokus pada wilayah pertanian di Kabupaten Badung.
“Program ini memang kami rancang untuk membantu petani dalam hal pembiayaan produksi pertanian, sekaligus untuk menjamin pemasarannya,” jelas dia.
Dijelaskan, program Yarnen Bali Madani pada dasarnya dirancang untuk memasyarakatkan kembali pertanian organik di kalangan petani Bali. “Ini murni idealisme kami untuk membantu petani. Kami juga mendukung upaya pemerintah
dalam mewujudkan pertanian organik,” ujar pria yang juga anak seorang petani itu.
Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kota Denpasar Ir. I
Gede Ambara Putra menyatakan dukungannya pada program Yarnen. Menurutnya,
program yang menjamin pembelian hasil panen petani itu akan sangat mendukung upaya Pemerintah Kota Denpasar dalam membendung alih fungsi lahan yang kian tak terkendali. Program Yarnen menurutnya harus lebih digalakkan oleh berbagai pihak, karena merupakan program mengajak para pengusaha untuk membantu para petani dimana semua biaya yang timbul baik untuk pembelian bibit maupun pupuk ditanggung pihak ketiga. Petani hanya mengerjakan lahan sawahnya.
Begitu pula setelah musim panen tiba, pengusaha akan membeli gabah sesuai harga pasar. "Harapannya adalah para petani dapat menikmati hasil panen yang sesuai dengan harga pasar, sehingga hasil yang diperoleh dapat lebih tinggi," tandas Ambara Putra.
Program Yarnen sendiri dilakukan dengan berupaya mendorong dan mengajak
pihak ketiga maupun pengusaha untuk dapat membantu petani di Denpasar. Terkait dengan alih fungsi lahan yang semakin tak terkendali, Ambara Putra menjelaskan, selain program Yarnen, program-program berbasis pertanian kreatif dan teknologi akan terus diluncurkan untuk memberdayakan lahan persawahan yang ada. (viani)