Minggu, 27 Januari 2013

DESA ADAT SEBAIKNYA PASIF (Edisi I/2013)

Semarak Tahun Baru 2013 di Bali, tentu tak bisa dihindari. Berbagai niat dan ekspresi kegembiraan selalu mewarnai. Ada perbedaan tentunya dengan Tahun Baru Caka yang menjadi tradisi masyarakat Hindu Bali pada momen ini. Hampir seluruh kegembiraan yang rutin dalam pergantian tahun selalu ditandai dengan kemeriahan aroma petasan ataupun kembang api. Semuanya nampak meriah di penghujung tahun.
Ya, masyarakat di Bali yang selalu menyuguhkan kemeriahan itu, tentu tidak berdiri sendiri. Begitu kata  Ketut Sumarta, Sekretaris Majelis Utama Desa Pakraman (MUDP) Provinsi Bali kepada Tabloid Galang Kangin.  Bisa diartikan, memang benar masyarakat Bali mengenal dua pergantian tahun. Tahun baru Saka dan pengaruh Gregorian yaitu Tahun Baru masehi. Menjadi dua hal yang berbeda dalam memaknai dua pergantian tahun itu . Dan tidak bisa dipungkiri kemeriahan dalam pergantian tahun selalu menunjukkan glamour. “Ya ini Bali, sudah tentu seperti tempat lainnya. Bahkan boleh jadi lebih meriah dari tempat lain, karena masyarakat dunia ada di sini,” kata Sumarta.

Tidak bisa membayangkan Bali seperti zaman lampau. Karena, kata Sumarta, Bali dipengaruhi oleh kosmik atau lingkungan peradaban tersendiri di zaman ini. Semua komunitas sosial sudah pasti akan berkelompok membuat kemeriahan ala mereka sendiri. “Ini bukan perayaan adat, jadi memang bukan wilayah kami untuk mengelola dan mengendalikan sebuah perayaan masehi ini. Tetapi akan berbeda dengan Tahun Baru (Hari Raya) Caka yang memang menjadi domain kami para pemangku adat untuk mendesain seperti apa perayaan yang seharusnya dan sebaiknya,” kata Sumarta.

Ungkapan Sumarta ini adalah bagian penting dari pesan yang menegaskan perihal wilayah pembagian peran tersendiri untuk penanggulangan gejala sosial. Apalagi momentum pergantian tahun yang selalu bergelimang kegembiraan hingga terkesan tiada batas, jika merunut tahun sebelumnya. Kegiatan yang meluapkan kegembiraan selalu mewarnai dan ia menegaskan kembali, bahwa upaya pengendalian momentum Tahun Baru Masehi ini, ada pada negara.

“Saya harus tegas bahwa untuk domain kenyamanan dan keamanan maupun ketertiban dalam momentum ini adalah wilayah pemerintahan formal negara. Saya tak ingin amburadul dalam tata kelola keamanan ataupun ketertiban jika terjadi  apa-apa pada momentum Tahun Baru Masehi ini akan  dilimpahkan ke lembaga adat di setiap wilayah,” tandas Sumarta.

Menjelang pergantian tahun, memang seluruh perangkat pemerintah akan  disibukkan dengan upaya pengendalian masyarakat pada saat merayakan tahun baru. Tak terkecuali pemerintah desa adat sekalipun. Paling tidak, pemerintahan dinas, begitu istilah pemerintah non adat, akan bekerja bersama aparat keamanan dalam upaya preventif keamanan dan kenyamanan dari menjelang pergantian tahun 2012 ke 2013.
Anjuran Sumarta, tentu saja mengandung ketegasan tersendiri. Bahwa prajuru adat tidak bisa menindak apapun jika memang terjadi gejala sosial atau kejadian yang negatif di malam tahun baru (Masehi). Termasuk pecalang yang ada di desa adat sekalipun ternyata kata Sumarta tidak berwenang untuk mengendalikan keamanan. “Tetapi mereka para prajuru adat atau keamanan desa adat boleh melakukan partisipasinya jika diminta oleh pemerintah negara atau aparat kepolisian untuk membantu. Tetapi sifatnya tidak aktif dan hanya sekadar membantu saja dalam partisipasinya. Jadi tidak bisa aparat keamanan desa adat menindak langsung dan sewenang-wenang. Jika melihat sesuatu gejala yang negatif, sebaiknya peran prajuru adat dan keamanan melaporkan kepada yang  memiliki kewenangan,” sarannya.

Bukan berarti imbauan MUDP ini mengerdilkan peran prajuru adat dalam mengelola keamanan ataupun kenyamanan di malam tahun baru. Tetapi, bentuk partisipasi adalah bagian penting dari menjaga Bali itu sendiri. Dan paling tidak, upaya ini akan menjelaskan kepada publik luas dan aparat prajuru adat sendiri tentang kewenangan dari sebuah perayaan tahun baru yang tidak merupakan Tahun Baru Caka yang menjadi adat dan tradisi masyarakat Bali sendiri. Lain halnya jika Tahun Baru Nyepi yang memang mengharuskan peran lebih dari prajuru adat ini.

Batas Jelas Kewenangan
Dan tentu saja, garis batas kewenangan ini nantinya, Sumarta berharap penuh untuk menata kembali dari tata kelola dan tanggung jawab desa adat. Ini bagian pentingnya, ujar Sumarta. Apalagi di Bali didapati dua kewenangan pemerintahan. Yang memang harus diatur segala kewenangan dan wilayah kekuasaannya. Apa yang diamati oleh Sumarta akhir-akhir ini sangat mendistorsi kewenangan perangkat desa adat.

Misalnya, kata Sumarta, maraknya gejala sosial yang negatif di masyarakat seperti  cafe, atau tawuran antardesa. Dengan berbagai kejadian ini, selalu yang disorot adalah pemerintahan desa adat. ”Bahkan banyak yang menyalahkannya karena dianggap tidak bisa menyelesaikan persoalan sosial di wilayahnya. Ini jadi aneh menurut saya,” tegasnya.

Sepertinya, lanjut Sumarta, banyak pihak yang tidak bisa memilah dari anatomi persoalan yang terjadi di masyarakat. Semuanya cenderung mempersoalkan pemerintah adat, karena tidak mau bertindak jika terjadi persoalan. Tetapi, hal ini menjadi renungan penting kepada prajuru adat pula. Pasalnya, Sumarta juga menyayangkan banyak keamanan desa adat yang melebihi kewenangannya. Misalkan razia cafe atau penduduk pendatang  yang dilakukan oleh Pecalang, kata Sumarta adalah hal  yang tidak benar. “Lha kalau begini, peran kepolisian dan pemerintah jadi hilang. Lalu, kalau terjadi apa-apa kena batunya ya Pecalang,” imbuhnya.

Paling  tidak, apa yang dijelaskan oleh Sumarta menjelang pergantian tahun adalah membuat kesepahaman bersama. Sumarta lebih melihat kewajaran dari aktivitas masyarakat dalam beraktivitas di akhir tahun. Hanya saja, media yang dipakai dalam beraktivitas memang membutuhkan perhatian dari pemerintah. Sedangkan pemerintah adat tentu saja boleh memainkan peran, tetapi paling tidak bisa memilah kewenangannya. (beng)

Bagikan

SAJIAN TERBARU LAINNYA

  • SEBUAH PERAYAAN SEKADAR “ NGE-POP” (Edisi II/2013)Valentine Day menyimpan banyak pertanyaan  tentang nilai. Kali ini seorang budayawan  membedah arti perayaan Valentine Day, untuk menjadi renungan banyak orang. Tentu segalanya agar tak terkesan latah dalam berbudaya. Redaksi memilih seorang budayawan yang cukup tajam dalam pengamatan dan...(more)
  • MENEMUKAN VALENTINE YANG LEBIH UNIVERSAL (Edisi II/2013) Martir itu bernama Santo Valentinus. Ia menggoreskan pesan tentang keyakinannya pada kasih sayang, saat detik-detik sebelum hukuman mati dilaksanakan. "Dari Valentinusmu," tulisnya. Valentinus secara sadar melanggar larangan menikah yang digariskan oleh Raja Roma Claudius II (zaman itu raja...(more)
  • KASIH SAYANG SEPANJANG ZAMAN (Edisi II/2012) Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE ...(more)
  • BISNIS KASIH SAYANG ALA PANTAI KUTA (Edisi II/2013)Valentine Day yang menembus hampir semua usia, semua lapisan dan pelosok sebagai Hari Kasih Sayang, juga dirasakan merambah dunia pariwisata. Dunia pelancongan ini memang dikenal toleran terhadap sesuatu yang  baru termasuk budaya popular. Begitu juga bisnis akomodasi wisata di Bali. Bali,...(more)
  • DESA ADAT SEBAIKNYA PASIF (Edisi I/2013)Semarak Tahun Baru 2013 di Bali, tentu tak bisa dihindari. Berbagai niat dan ekspresi kegembiraan selalu mewarnai. Ada perbedaan tentunya dengan Tahun Baru Caka yang menjadi tradisi masyarakat Hindu Bali pada momen ini. Hampir seluruh kegembiraan yang rutin dalam pergantian tahun selalu ditandai...(more)
  • PERGANTIAN TAHUN MENJELANG, UANG BERPUTAR KENCANG (Edisi I/2013)Bali masih menjadi destinasi yang menarik bagi wisatawan. Apalagi di momen menjelang pergantian tahun, selalu menjadi wisata menarik dengan berbagai suguhannya. Terbukti dari tahun ke tahun, selalu saja wisatawan nusantara maupun dunia mendambakan pemandangan tersendiri di Pulau Dewata ini. Tak...(more)
  • MEMBERI MAKNA PADA PERGANTIAN TAHUN (Edisi I/2013)Pergantian tahun atau yang lazim disebut tahun baru, bagi tiap daerah dirayakan dan dimaknai dengan tradisi sendiri. Pun masyarakat Bali demikian adanya, ketika Tahun Baru Caka, datang. Tiap daerah memiliki tradisi berbeda secara ritual maupun spiritualnya. Ida Pedanda Gede Telaga, salah seorang...(more)
  • POSKO TAHUN BARU MARAK Bermanfaat atau Berlebih? (Edisi I/2013)Perayaan penghujung tahun tentu sah-sah saja. Pesta dan perayaan kecil memang selalu terlihat berulang mewarnai tutup tahun dan menyambut datangnya tahun baru. Ada rona kemeriahan dan kegembiraan di setiap sudut kota dan di banjar-banjar.  Kewajaran berpesta diamini oleh seorang aktivis muda...(more)
  • URUSAN PEREMPUAN, URUSAN SEMUA LINI (Edisi XII/2012)Hari AIDS Sedunia (HAS 2012) tengah melansir isu besar yang menjadi fokus utama dewasa ini -- perempuan dan anak. Menurut Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Denpasar, Tri Indarti, tema HAS tersebut sangat beralasan. “Data dari nasional hingga daerah, semua mendapati  bahwa kasus...(more)
  • UJICOBA TERAPI AIDS DENGAN REKAYASA GENETIKA (Edisi XII/2012)Penyakit HIV-AIDS hingga kini tetap belum dapat disembuhkan. Terapi kombinasi obat-obatan memang secara medis dapat mengendalikan serangan penyakit AIDS, namun efeknya hanya untuk memperpanjang umur penderita. Kini sejumlah ilmuwan dari Amerika Serikat melakukan uji coba pengobatan HIV-AIDS...(more)
  • PERAN KAUM MUDA CUKUP SIGNIFIKAN (Edisi XII/2012) Persoalan perempuan dan anak tak bisa dipecahkan sendiri. Semua pihak berkepentingan untuk menyelamatkan generasi. Dan isu HIV/AIDS adalah bagian penting yang terintegrasi dari kehidupan sosial perempuan dan anak. Begitu juga yang didengungkan dalam tema Hari AIDS Sedunia (HAS 2012). Persoalan...(more)
  • SINERGI BERBAGI PERAN ADALAH KUNCI (Edisi XII/2012)Hari AIDS Sedunia (HAS), diperingati setiap tahun oleh seluruh negara. Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat tengah menyiapkan rangkaian HAS dengan berbagai hal. Buku pedoman pun tengah dilansir melalui Kementerian Perlindungan Perempuan dan Anak Republik...(more)
  • MENCEGAH DAN MENGENDALIKAN BERSAMA (Edisi XI/2012)Data statistik Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) tentang kasus HIV/AIDS di Indonesia  menunjukkan secara komulatif kasus ini per 1 April 1987 hingga 30 Juni 2012 memiliki total jumlah yang terinfeksi di Indonesia sebanyak 86.762 orang. Sedangkan yang sudah dalam tahapan AIDS di Indonesia,...(more)
  • MENGELOLA RISIKO DENGAN POSITIF DAN KONSTRUKTIF (Edisi XI/2012)Awal Oktober lalu, RSUD Badung menolong persalinan ibu yang teridentifikasi ODHA. Ibu rumah tangga berusia 30-an tahun itu, melahirkan bayinya dengan operasi caesar yang disarankan oleh dokter. Tak ada kelainan fisik apapun pada bayi. Hanya saja menunggu 18 bulan lagi untuk mengetahui sang bayi...(more)
  • SUARA ODHA MENOLAK DISKRIMINASI (Edisi XI/2012)Lika-liku, penuh kenangan. Kesedihan berubah menjadi kebanggaan adalah kemungkinan yang ditasbihkan bagi Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). Itulah perjuangan yang sedang diyakini oleh kelompok ODHA saat ini. Penuh harapan dan selalu ingin mengubah keadaan yang membanggakan. Seperti yang dialami AR...(more)
  • Mengenang Komitmen Sanur MENITI HIDUP LEBIH BAIK (Edisi XI/2012)Perhelatan besar di dunia internasional setiap tanggal 1 Desember adalah Hari AIDS sedunia. Hari itu mengajak warga dunia untuk menorehkan kembali tentang kumpulan dari segala penyakit yang mempengaruhi tubuh manusia, dimana sistem kekebalan tubuh melemah dan tidak dapat merespon sesuai...(more)
  • “TIDAK PAS UNTUK BALI” (Edisi X/2012)Semakin menjamurnya tempat hiburan malam di wilayah Bali, di satu sisi memang memberikan dampak ekonomi yang cukup besar bagi masyarakat. Perputaran uang dari bisnis ini lumayan tinggi. Namun bagi pengamat ekonomi Gede Made Sadguna, keberadaan tempat-tempat hiburan tersebut tidak seharusnya...(more)
  • SEDAPNYA ATMOSFER DUNIA MALAM (Edisi X/2012) Sinar laser beragam warna beradu, menusuk setiap sudut ruang. Tubuh-tubuh yang bergerak ritmis, seolah berbalut busana warna-warni. Musik berdentum kuat hingga menggetarkan dada. Atmosfer ruangan menebar aroma alkohol . Perempuan bertubuh seksi sensual bergerak ritmis menggoyang badan. Wow...(more)
  • “DI BALIK PIRINGAN HITAM” (Edisi X/2012)Diskotek dan tempat clubbing, tidak lepas dari “pawang” piringan hitam yang dikenal  disc jockey (DJ). Disc jockey atau joki cakram yang kerap juga disebut hanya deejay adalah seseorang yang terampil memilih dan memainkan rekaman suara atau musik yang telah direkam sebelumnya. Media hasil...(more)
  • KETIKA HARGA SEMBAKO MELANGIT (Edisi IX/2012)Ketika harga bahan-bahan kebutuhan pokok melangit jelang Hari Raya Idul Fitri dan Galungan, Agustus lalu, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) se-Bali tidak tinggal diam. Pasar murah digelar serentak di 35 desa di seluruh Bali.  Ni Made Wenten tampak agak kelelahan membawa satu karung kecil beras...(more)