Mendung sejak tadi menggelayut di langit. Hujan rintik yang kemudian turun mengiringinya, tak menyurutkan pelaksanaan tanam benih langsung (Tabela) di Subak Toya Hee, Desa Gelgel, Klungkung, 7 November lalu. Tabela yang digagas atas kerjasama Dinas Pertanian Kabupaten Klungkung dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) itu, selain menerapkan sistem tanam padi dengan pola Legowo 2 : 1, juga dilakukan penanaman benih langsung dengan penerapan teknologi sider.
“Cara kerjanya sederhana dan efektif. Benih yang telah siap tanam dimasukkan ke bagian sider yang berbentuk silinder yang telah berisi lubang. Saat sider ditarik, bagian silinder akan berputar, dan benih akan jatuh ke lahan melalui lubang tersebut. Jadi, jarak benih sudah diatur sedemikian rupa,” papar Kepala BPTP Agung Kamandalu di hadapan Bupati Klungkung Wayan Candra yang menyaksikan pelaksanaan Tabela itu.
Menandai penerapan teknologi ini, Bupati Wayan Candra turun langsung menarik alat sider, disaksikan para petani setempat beserta undangan. Sang bupati juga berkesempatan untuk ngelampit lahan yang sebelumnya ditanami palawija. Selama satu putaran tidak terlihat kecanggungannya duduk di atas tengala. “Sapi yang menarik tengala ini pastilah jenis betina,” Candra coba berkelakar melihat gerakan sapi yang gemulai.
Dengan penerapan teknologi sider, kata Agung Kamandalu, ada beberapa hal yang meringankan petani penggarap maupun pemilik sawah. Waktu yang diperlukan untuk menanam menjadi lebih singkat, biaya tenaga kerja jelas berkurang, dan tidak perlu lagi menyemai benih seperti cara konvensional.
Untuk mendapatkan hasil maksimal, petani Subak Toya Hee diharapkan mau menaati petunjuk pelaksanaan yang telah disosialisasikan. Subak Toya Hee yang dipilih sebagai pionir Tabela, diharapkan mampu menjadi contoh untuk diterapkan oleh petani di subak lain. “Keberhasilan peningkatan hasil produksi lewat Tabela yang mampu diperlihatkan Subak Toya Hee nantinya, akan mudah diterapkan pada subak-subak lainnya,” jelas Kepala Dinas Pertanian Klungkung Ir. Wayan Muliarta.
Sementara Ketut Sunaja, Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Klungkung mengungkapkan, di Subak Toya Hee, selain diterapkan cara tanam dengan Tabela dan Legowo 2 : 1, dalam pengolahan lahan sudah diaplikasikan teknologi pupuk organik Agrodyke sampai masa pemeliharaan dan menjelang panen nantinya. “Pada sekolah lapang kali ini ada dua pupuk organik yang diaplikasikan, salah satunya pupuk organik Agrodyke. Yang mana akan memberikan hasil maksimal dengan biaya produksi minimal, itulah yang akan disarankan oleh Dinas Pertanian Klungkung,” terang Ketut Sunaja.
Sejak beberapa minggu sebelumnya, unit Agro Kharisma Farm telah melakukan sosialisasi dan diskusi-diskusi dengan petani peserta Sekolah Lapang untuk mencoba menerapkan teknologi pupuk Agrodyke. “Kami sudah menyiapkan lahan seluas satu hektar untuk aplikasi pupuk Agrodyke,” terang Nyoman Sumandra, Pekaseh Subak Toya Hee. Untuk mengkoordinir pelaksanaan di lapangan, dipercayakan kepada Nengah Ringun, yang sehari-hari sebagai Petajuh Subak, didampingi Made Buana, Petugas Penyuluh Lapang (PPL) setempat.
Kepada seluruh petani peserta sekolah lapang, disarankan untuk mengaplikasikan pupuk Agrodyke ini sesuai dengan jadwal pemupukan yang sudah berlaku. Belum disarankan untuk mengurangi dosis pemakaian pupuk dasar. Sesuai anjuran PPL, gunakan takaran yang sudah ada. Pada waktu pemupukan pertama, campurkan 10 sendok makan pupuk Agrodyke hingga merata, lalu taburkan pada luasan lahan 10 are. Begitu pula saat pemupukan kedua. “Yang penting untuk dilakukan yakni saat mulai pengolahan lahan. Larutkan 10 sendok makan pupuk Agrodyke ke dalam 14 liter air (1 tangki). Kemudian semprotkan pada lahan seluas 10 are saat penggemburan tanah dengan bantuan traktor,” jelas Ketut Maryana, petugas pengawas hama dan penyakit, yang berkantor di Balai Penyuluh Pertanian Gunaksa.
LEWAT PROGRAM YARNEN BALI MADANI
TABELA dengan teknologi sider di sawah Subak Toya Hee selesai sudah, dilanjutkan dengan dialog interaktif bertempat di Bale Subak setempat. Pesan singkat Bupati Candra, dengan inovasi Tabela paling tidak biaya untuk penanaman benih dapat dikurangi. Petani dalam satu luasan yang biasanya mempekerjakan empat sampai lima orang untuk melakukan penanaman, sekarang cukup satu orang saja. Mengenai pengadaan alat sider bagi subak lainnya, Candra “menantang” para pelaku di lapang untuk membuktikan dulu hasil produksi yang sedang dicobakan itu.
Menyambut tantangan Bupati, Agung Kamandalu mengajak para petani Subak Toya Hee yang merupakan pilot project Tabela dengan teknologi sider itu, untuk benar-benar menerapkan aturan yang telah ditetapkan. “Keberhasilan ini akan memudahkan penularannya ke kelompok tani lain,” ujarnya.
Menyikapi makin menyempitnya lahan garapan petani, Kepala Desa Gelgel menyampaikan kepada Bupati Wayan Candra agar diberikan solusinya. “Permasalahan seperti itu hampir merata terjadi di seluruh wilayah pertanian di Bali. Dalam setiap rapat koordinasi, Dinas Pertanian selalu mengupayakan agar luasan lahan garapan petani tidak dikurangi. Untuk mengurangi menyempitnya lahan pertanian, harus dijalin kerjasama antara kepala desa dengan klian subak setempat, terutama para pemilik lahan agar bersepakat untuk tidak menjual tanah mereka,” solusi Candra.
Di bagian lain, tingginya biaya produksi yang tidak sebanding dengan hasilnya, menjadi salah satu keluhan petani dalam dialog tersebut. “Pemerintah dalam hal ini Dinas Pertanian selalu berupaya mencarikan petani solusi yang terbaik. Seperti cara tanam Tabela yang sedang dicobakan saat ini. Nah, untuk perlakuan pemakaian pupuk, pihak dinas selalu memberi kesempatan kepada setiap produsen pupuk organik khususnya untuk membuat demplot. Saat ini, untuk cara Tabela dan Legowo, dibantu oleh dua produsen pupuk organik. Salah satunya, pupuk Agrodyke yang dikemas dalam program Yarnen Bali Madani, dan dikelola KSU Kharisma Madani Denpasar,” beber Sunaja, Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Klungkung.
Dalam program Yarnen ini, pihak koperasi yang diwakili Unit Agro Kharisma Farm, memberikan pupuk Agrodyke terlebih dulu, dan dibayar petani pada saat panen. Selain itu, juga digalang kerjasama dengan pemilik penyosohan beras setempat. Hasil produksi berasnya akan dibeli kembali oleh pihak koperasi.